Untuk menjaga kemurnian ibadah dari cacat tersebut ia membutuhkan keikhlasan dan mengingat karunia Tuhan. Ikhlas berarti beramal karena Allah semata. Sedangkan mengingat karunia Tuhan berarti apa yang dikerjakannya selama ini karena anugerah Allah semata, bukan dari dirinya sendiri. Dengan begitu ja bisa melintasi jalan tersebut dengan perlindungan dari Sang Pemelihara Allah Swt. serta tekad dan kehati-hatiannya. Dan ia pun kembali beribadah.
Namun kemudian timbul masalah baru, yakni tenggelam dalam kenikmatan yang diberikan Allah Swt. Kenikmatan, pertolongan, pemeliharaan dan kemuliaan yang diberikan Allah membuat hamba tersebut lupa mensyukurinya. Bahkan ia terjerumus dalam kekufuran yang dapat menjerumuskan derajat tingginya, yakni derajat hamba yang ikhlas dalam beramal dan memalingkan kenikmatan tersebut darinya.
Kini ia pun dihadapkan pada jalan terakhir yaitu ‘agabatul hamdi wasy-syukri atau tahapan memuji dan mensyukuri nikmat. Hamba tersebut harus melewatinya sekuat tenaga dengan banyak memuji dan bersyukur atas karunia Allah Swt.
Bila berhasil melewati tahapan ini, berarti tinggal selangkah lagi ia sampai di tempat tujuan, yakni haribaan Allah Swt. Berada di atas hamparan anugerah-Nnya, di puncak keridaan dan pekarangan Cinta-Nya. Ia pun bergelimang kenikmatan di taman keridaan-Nya, di atas permadani ketenangan, kedekatan dan tempat memohon di haribaan-Nya serta mendapatkan kemuliaan dan berbagai karunia.
Begitu nikmatnya sehingga seakan-akan jiwanya telah melayang ke akhirat meski tubuhnya masih berada di dunia fana. Hari demi hari ia menunggu panggilan dari Tuhannya, sampaisampai tumbuh rasa benci dan bosan terhadap kehidupan dunia, makhluk, dan yang ada di sekelilingnya. Ia merindukan kematian untuk menyempurnakan kerinduannya kepada Al-Malaul A’la (golongan tertinggi), yakni para malaikat. Pada saat itulah tibatiba datang utusan dari Penguasa alam semesta. Mereka datang membawakan rasa tenang, wewangian, kabar gembira, keridaan yang murni dari sisi Tuhan tanpa disertai kemurkaan-Nya..Mereka membawanya dalam keadaan senang, gembira, dan keinginan yang kuat untuk meninggalkan dunia yang penuh kepalsuan dan godaan, menuju hadirat Tuhan dan bermukim di taman surga. Dia mendapati dirinya yang dulu lemah telah mendapatkan kenikmatan abadi dan tempat tinggal yang besar. Di sana ia menikmati karunia Tuhan yang Maha Pemurah. Kenikmatan tersebut berupa kelemah-lembutan, cinta kasih, dan kedekatan dengan-Nya serta kenikmatan dan kemuliaan yang tak terbayangkan. Tiada dapat diceritakan dan kian hari kian bertambah. Ia merasa sangat berbahagia. Betapa agung kerajaan yang ditempatinya. Dan sungguh, itulah tempat kembali terbaik bagi orang yang terpuji.
Kita memohon kepada Allah Swt. agar Dia berkenan melimpahkan kenikmatan dan karunia-Nya kepada kita semua. Sungguh yang demikian itu tidak sulit bagi Allah. Semoga Allah tidak menjadikan kita semua orang yang hanya mapu melihat, mendengar, mengetahui dan berangan-angan tanpa mampu mengerjakannya. Semoga Dia tidak menjadikan ilmu kita sebagai alasan yang paling tepat untuk mengalahkan kita kelak di hari kiamat. Semoga dengan ilmu tersebut Allah menunjukkan jalan kita semua untuk beramal dan melaksanakan ibadah sebagaimana mestinya. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang.
Selawat dan salam semoga terlimpah kepada penghulu kita Nabi Muhammad dan keluarga beliau. Begitu juga dengan kemuliaan serta keagungan, semoga terlimpah atas mereka.
Inilah urutan jalan beribadah yang kami terima dari Tuhan melalui jalan ilham dengan kesimpulan sebagai berikut:
Jalan menuju surga itu memiliki tujuh tahapan:
- Ilmu dan makrifat.
- Puji dan syukur.
Dengan berakhirnya pembahasan ketujuh tahapan tersebut berarti selesai pula kitab “”Minhajul Abidin” ini.
Selanjutnya tahapan-tahapan tersebut akan kami ketengahkan secara singkat, padat dan bermakna. Insya Allah setiap tahapan kami hadirkan dalam bab tersendiri.
Semoga Allah berkenan melimpahkan taufik dan bimbinganNya kepada kita. Tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah yang Maha Luhur dan Maha Agung.
Penyusun









One Comment