Tahapan Ketiga ‘AWAAIQ (GODAAN)
Tahapan ketiga adalah awanig (godaan).
Hai orang-orang yang hendak beribadah! Anda harus dapat menyingkirkan rintangan-rintangan hingga ibadah yang Anda lakukan bisa kokoh dan kuat. Semoga Allah memberikan petunjuk-Nya padamu.
Di depan telah kami sebutkan bahwa ada empat macam rintangan (godaan).
- Rintangan pertama: Dunia seisinya
Untuk menghilangkan rintangan tersebut kita harus menghilangkan ketergantungan terhadapnya dan memalingkan diri darinya. Adapun yang mengharuskan berbuat demikian ada dua:
Pertama, agar ibadah Anda lurus dan bertambah banyak. Sebab kecintaan terhadap dunia akan menyibukkan diri Anda. Anggota badan sibuk mencari kekayaan dunia, sedangkan hati selalu dipenuhi keinginan dan sibuk mencari berbagai cara (untuk mendapatkannya). Keduanya akan merintangi ibadah, karena nafsu dan hati merupakan sesuatu yang satu. Jika hati telah sibuk memikirkan sesuatu, maka ia pasti akan melupakan kebalikannya.
Dunia dan akhirat bagaikan dua wanita yang dimadu. Jika Anda membahagiakan yang satu, maka yang satu lagi pasti akan kecewa karena merasa terlupakan. Keduanya bagaikan timur dan barat. Jika Anda menghadap kesalah satu sisinya, tentu sisi yang lain berada di belakang Anda.
Keterangan yang menyebutkan bahwa kesibukan mencari dunia secara lahir dapat merintangi ibadah adalah apa yang diceritakan oleh Abu Darda’ r.a. Beliau berkata: “Tiada hentinya aku berusaha menyatukan ibadah dan berdagang. Ternyata keduanya tidak dapat menyatu. Kemudian aku memilih beribadah dan meninggalkan perdagangan.”
Diceritakan pula bahwa sahabat Umar r.a. berkata: “Jika keduanya (ibadah dan mencari dunia) dapat bersatu pada diri seseorang, tentu aku dapat menyatukannya pada diriku dengan kekuatan dan kelembutan yang dianugerahkan Allah kepadaku.”
Bila demikian adanya, maka tinggalkanlah dunia yang pasti rusak dan pilihlah (akhirat yang menjanjikan) keselamatan.
Adapun secara batin, hati akan sibuk memikirkannya, karena hati adalah tempat berkeinginan, sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Nabi Saw. Beliau bersabda:
Artinya: “Barangsiapa mencintai dunia, niscaya ia akan merugi di akhirat. Barangsiapa mencintai akhirat, niscaya dunianya akan terbengkalai. Oleh karena itu pilihlah hal yang bersifat abadi seraya meninggalkan sesuatu yang dijamin pasti binasa.”
Sekarang telah nyata bahwa jika secara lahir Anda sibuk berusaha mencari dunia dan secara batin dipenuhi keinginan untuk mendapatkannya, niscaya tidak mudah bagi Anda untuk memenuhi hak-hak ibadah. Sedangkan zuhud (menghilangkan ketergantungan terhadap dunia) akan menjadikan lahir dan batin Anda lapang, mudah beribadah, bahkan seluruh tubuh akan membantu ibadah Anda.
Diceritakan dari Salman Al-Farisi. Beliau berkata: “Sesungguhnya apabila hati seseorang tidak terpancang kepada dunia, maka hatinya bersinar terang penuh hikmah dan anggota badannya saling menolong dalam beribadah.”
Kedua, sikap zuhud akan membuat Anda semakin berharga,
berkedudukan tinggi dan bertambah mulia. Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya: “Dua rakaat yang dikerjakan oleh seorang alim dan berhati zuhud lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada amal yang dikerjakan oleh ahli ibadah sepanjang hidupnya secara terus menerus.”
Apabila ibadah yang bisa bertambah mulia dan banyak karena zuhud, maka sudah seharusnya orang yang ingin beribadah bersikap zuhud dan berpaling dari dunia.
Jika Anda bertanya: “Apakah arti zuhud di dunia dan bagaimana cara yang benar untuk melakukannya?”
Jawabnya adalah: Menurut para ulama, zuhud dibagi menjadi dua. Zuhud yang berada di bawah kemampuan manusia dan zuhud yang berada di luar jangkauan kemampuan manusia.
Zahud yang berada di bawah kemampuan manusia terbagi menjadi tiga:
1 Tidak mencari-cari sesuatu yang tidak menjadi milikinya.
- Membagikan apa yang telah terkumpul kepada orang lain.
- Di dalam hati tidak menghendaki dunia dan herusaha mendapatkannya.
Zuhud yang berada di luar jangkauan kemampuan seorang hamba adalah segala sesuau yang tidak bisa mempengaruhi hati agar berpaling dari ibadah.
Perlu diketahui pula bahwa sebenarnya zuhud yang mampu dilakukan oleh seorang hamba adalah permulaan dari munculnya zuhud yang berada di luar batas kemampuan zuhud sesuai dengan kemampuannya seperti tidak mencari sesuatu yang tidak dimilikinya, mau berbagi kesenangan dengan apa yang ia miliki, tidak berhasrat dan memilih dunia serta dikerjakan karena Allah, mengharap keagungan pahala yang diperoleh dengan banyak mengingat bahaya yang ditimbulkannya (dunia), maka hal itu pasti akan membuatnya bersikap masa bodoh terhadap dunia, Dan menurutku “sikap masa bodoh” inilah zuhud yang sebenarnya.
Kemudian ketahuilah bahwa yang terberat di antara ketiganya adalah membuang keinginan dari hatinya.
Banyak orang yang secara lahir meninggalkan dunia tapi dalam batin tetap menginginkannya. Jadi, ia hanya tenggelam dalam pergulatan dan penderitaan yang melelahkan dirinya sendiri. Dan segala persoalan zuhud sebenarnya bermuara pada “sikap masa bodoh terhadap dunia” ini.
Bukankah Allah Swt. telah berfirman:
Artinya: “Itulah negeri akhirat. Kami menjadikannya untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi.” (Q.S. Al-Qashshaash: 83)
Allah menyandarkan hukum pada “tidak adanya keinginan”, bukan “tidak mencari tahu” atau tidak mewujudkan keinginan.”
Juga firman Allah berikut ini:
Artinya: “Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat, maka akan Kami tambahkan keuntungan tersebut baginya. Dan barangsiapa menghendaki keuntungan dunia, maka Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tiada sedikitpun bagian di akhirat untuknya.” (Q.S. Asy-syuraa: 20)
Firman Allah:
Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (di dunia – ini), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki.” (Q.S. Al-Israa’: 18)
Dan firman-Nya pula:
Artinya: “Dan barangsiapa menghendaki kehidupan di akhirat dan berusaha dengan sungguh-sungguh ke arah itu, sedang ia seorang mukmin, maka mereka itulah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik. “(QS.5 Al-lsraa 19)









One Comment