Bila demikian yang terjadi dan Anda merasa khawatir, maka yang terbaik adalah kembali memohon kepada Allah agar Dia menjadikannya rida terhadap Anda, memberinya kebaikan yang sebanding dengan perbuatan Anda dan perbanyaklah istighfar untuknya.
Dosa yang menyangkut kehormatan seperti berkhianat kepada seseorang tentang isteri, anak, atau yang sejenisnya tidak bisa ditebus dengan meminta kerelaan orang tersebut, karena hal itu bisa menimbulkan kemarahannya. Dalam hal ini lebih tepat bila Anda merendahkan diri sambil memohon kepada Allah agar Dia menjadikannya rela kepadamu dan memberikan kebaikan yang banyak sebagai imbalannya. Namun jika tidak khawatir timbul fitnah, meski itu jarang terjadi, maka meminta kerelaan (maaf) adalah lebih baik.
Dosa yang berhubungan dengan masalah agama seperti mengkafirkan, menuduh berbuat bid ah dan sesat kepada orang lain adalah hal yang sulit dihapus. Yang Anda butuhkan adalah menyatakan bahwa Anda berbohong dalam pembicaraan Anda di depan lawan bicara, meminta maaf kepada yang bersangkutan (yang dikafirkan, dituduh berbuat bid’ah dan sesat) — dengan catatan jika hal itu memungkinkan untuk Anda lakukan. Jika tidak, maka Anda harus benar benar merendahkan diri kepada Allah serta memohon agar Dia menjadikannya rela kepadamu.
Jadi, secara umum, apa yang mungkin (mampu) Anda lakukan seperti meminta maaf kepada musuh, maka lakukanlah. Jika tidak mungkin, maka kembalikanlah semuanya kepada Allah dengan merendahkan diri serta memohon kepada-Nya dan bersedekah, agar Dia menjadikannya rela kepadamu. Semua terserah kehendak Allah kelak di hari kiamat. Hanya saja kita harus berharap Dia memberikan anugerah dengan karunia-Nya yang agung. Bila Dia mengetahui ketulusan hati seorang hamba, maka Dia-pun akan menjadikan musuhnya rela kepada hamba tersebut dengan limpahan karunia-Nya dan tidak ada lagi hukuman (baginya).
Pelajarilah hal ini dengan seksama.
Bila Anda telah mengetahui apa yang kami sebutkan di atas, kemudian hati Anda telah bersih dari keinginan melakukan dosa yang sejenis di masa mendatang, berarti Anda telah keluar dari lingkaran dosa.
Bila Anda berhasil membersihkan hati tapi belum bisa memenuhi (menggada) fardu yang tertinggal dan meminta maaf kepada musuh, berarti tuntutan hak adami masih melekat pada diri Anda, tapi dosa yang lain sudah terampuni.
Pembicaraan tentang tobat ini terlalu panjang dan tidak mungkin termuat semuanya dalam buku yang ringkas ini. Jika ingin mengetahui lebih dalam tentang tobat ini, bacalah kitab tobat yang terdapat dalam kitab:
- Ihya Ulumiddin.
- Al-Qurbah ilallah.
- Al-Qhaayatul Quswa.
Di dalam kitab-kitab tersebut Anda akan memperoleh banyak faedah dan penjelasan yang lebih luas. Sedang yang kami kemukakan di sini hanya pokok-pokoknya saja yang harus selalu diketahui oleh kaum muslimin.
Yakinlah bahwa tahapan tobat adalah tahapan yuang amat Sulit, permasalahannya sangat penting dan bahayanya pun besar sekali,
Kami pernah mendengar bahwa Ustadz Abu Ishag AlIsfirayini rahimahullah, yang termasuk orang berilmu tinggi serta beramal dengan ilmunya berkata: “Aku berdoa kepada Allah agar dikaruniai tobat yang murni selama tiga puluh tahun. Aku merasa heran dan berkata pada diri sendiri: “Maha Suci Allah. Kebutuhan yang kupinta selama tiga puluh tahun hingga sekarang belum juga terpenuhi. Kemudian aku bermimpi seolah-olah ada penyeru yang berkata padaku: ‘ Apakah dalam hal ini kamu merasa heran? Apakah yang menjadi permintaanmu itu? Kamu meminta agar Allah mencintaimu. Bukankah Allah telah berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan (berakhlak) bersih.” (Q.S. al-Baqarah: 222)
Apakah kamu mengira bahwa permintaanmu untuk dicintai merupakan hal mudah? Lihatlah para imam yang berusaha dengan sungguh-sungguh agar hatinya bersih serta benar-benar mencari bekal untuk kehidupan akhirat.”
Bahaya yang mengkhawatirkan adalah menunda tobat. karena mula-mula suatu dosa akan membuat hati menjadi keras dan pada akhirnya membuat celaka.
Kita tidak boleh melupakan kisah Iblis dan Bal am bin Ba’ura. Pada mulanya mereka hanya berdosa dan pada akhirnya menjadi kafir. Keduanya binasa berasama orang-orang yang celaka untuk . selama-lamanya.
Kemudian sadar dan bersungguh-sungguhlah. Semoga Anda bisa mencabut akar dosa yang menancap dan tumbuh di hati, serta menyelamatkan diri dari dosa-dosa tersebut. Jangan merasa bebas dari kekerasan hati yang timbul karena dosa.
Lihatlah diri Anda.
Sebagian orang saleh mengatakan bahwa hati menjadi kelam (hitam) karena dosa. Tanda-tanda hati yang kelam adalah tidak merasa takut ataupun terkejut saat melakukan dosa, ketaatan yang ja kerjakan tidak mempengaruhi (pola hidup)nya, dan tidak mau menerima nasehat.
Jangan meremehkan dosa walau sekecil apapun, karena hal itu akan membuat Anda merasa telah bertobat, padahal Anda masih terus menerus melakukan dosa-dosa besar.
Aku pernah mendengar berita bahwa Kahmas bin Al-Hasan berkata: “Aku pernah melakukan suatu dosa. Lalu aku menangisinya selama empat puluh tahun.” Beliau kemudian ditanya: “Dosa apa itu wahai hamba Allah?” Beliau menjawab: “Suatu hari aku dikunjungi seorang teman yang beragama Islam. Lalu aku membeli ikan untuk menjamunya. Kemudian aku beranjak mengambil segumpal tanah di balik pagar tetangga tanpa izin untuk mencuci tangannya.”
Peristiwa yang membuat gundah Kahmas di atas bisa dijadikan renungan bagi Anda untuk mengoreksi diri sendiri dan sesegera mungkin untuk bertobat. Sebab ajal (batas hidup) masih tersimpan rapi dan tidak dapat kita ukur. Dunia ini hanya menipu, sedangkan nafsu dan setan selalu memusuhi. Rendahkanlah diri Anda di hadapan Allah dan memohonlah kepada-Nya.
Cobalah Anda mengingat kisah Nabi Adam a.s. yang diciptakan dengan kekuasaan Allah, ditiupkan ruh padanya dan menempatkannya di surga. Ia tidak berbuat salah kecuali hanya sekali. Lalu turunlah perintah untuk turun dari surga karena satu kesalahan tersebut. Bahkan diceritakan bahwa Allah berfirman kepadanya: “Hai Adam! Kamu memnganggap-Ku sebagai teman yang bagaimana?” Adam menjawab: “Tetangga terbaik wahai Tuhanku.” Allah berfirman: “Enyahlah dari samping-Ku, dan tanggalkan mahkota keagungan-Ku dari kepalamu. Sesungguhnya orang yang durhaka kepada-Ku tidak pantas bertetangga dengan-Ku.” Sehingga diceritakan bahwa Adam menangisi dosa tersebut selama dua ratus tahun sampai kemudian Allah mengampuni dosanya yang hanya dilakukan satu kali.
Beginilah sikap Allah terhadap nabi dan orang pilihan-Nya yang melakukan sekali dosa. Kemudian bagaimana dengan orang lain yang banyak melakukan dosa dan bukan nabi?
Tangis Nabi Adam merupakan perendahan diri dan permohonan orang yang bertobat. Lalu bagaimana sikap Allah terhadap orang yang selalu berbuat dosa tanpa memikirkan akibatnya? Alangkah indah syair seorang pujangga:
Orang yang bertobat merasa khawatir
terhadap dirinya sendiri.
Lalu apa pendapatmu tentang orang
yang tidak mau bertobat?
Jika Anda bertobat dan malakukan dosa untuk kedua kalinya, maka segeralah bertobat. Katakan pada diri Anda: “Mudahmudahan aku mati sebelum kembali melakukan dosa seperti ini.” Begitu pula jika Anda melakukan dosa untuk ketiga dan keempat kalinya.
Bila Anda melakukan suatu dosa dan mengulanginya sebagai suatu rutinitas, maka Anda pun harus menjadikan tobat sebagai rutinitas. Jangan sampai tobat Anda dikalahkan oleh dosa dan jangan pula berputus asa. Tak perlu menghiraukan godaan setan yang menghalangi tobat Anda, karena bertobat setiap kali melakukan dosa adalah pertanda baik.
Tidakkah Anda pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya: “Yang terbaik di antara kamu adalah orang yang sering tergoda namun selalu bertobat.”
Maksudnya orang tersebut sering tergoda melakukan dosa tapi banyak bertobat dan kembali kepada Allah dengan penuh penyesalan dan permintaan maaf (istighfar).
Ingatlah firman Allah Swt.:
Arinya: “Dan barangsiapa berbuat jahat atau menganiaya dirinya sendiri kemudian memohon ampunan kepada Allah, niscaya 1a akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nisaa: 110)









One Comment