Terjemahan.ahmadalfajri.com | Terjemahan Kitab Al Lama’at Karya Badiuzzaman Said Nursi
CAHAYA PERTAMA
Sesungguhnya munajat Nabi Yunus as. adalah salah satu munajat paling agung dan paling indah serta salah satu media paling ampuh agar doa dikabulkan oleh Allah.”
DIKISAHKAN bahwa Nabi Yunus as. dilemparkan ke laut Jalu ditelan oleh ikan besar dan diombang-ambingkan ombak. Malam yang pekat pun menurunkan tirainya. Nabi Yunus pun ditimpa ketakutan dan terputuslah sebab-sebab pengharapan. Sirnalah angan-angan, sehingga dengan merendahkan diri beliau melantunkan doa yang lembut memelas kasih:
“Tiada Tuhan selain Engkau maha suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-
orang yang zalim”. (al-Anbiya [21]: 87)
Dan doa ini yang menjadi sarana keselamatan dan terbebasnya beliau dari penderitaan.
Rahasia agung dari munajat ini adalah bahwa dalam suasana yang mencekam dan menakutkan itu sebab-sebab material sepenuhnya runtuh sehingga sebab-sebab itu tidak dapat mengubah apa pun dan tak dapat memberi pengaruh apapun. Hal itu terjadi karena yang dapat menyelamatkan beliau dari kondisi tersebut hanyalah yang memiliki kekuasaan terhadap ikan besar, lautan, malam dan angkasa, karena baik ikan besar, malam yang gelap gulita serta lautan yang ganas telah “sepakat untuk menyerang” beliau. Dengan demikian tidak ada satu sebab pun yang dapat menyelamatkannya, tak ada seorang pun yang dapat mengakhiri penderitaan beliau dan mengantarkannya pada pantai keselamatan dan keamanan kecuali Yang Maha Menguasai malam, ikan besar sekaligus lautannya dan Yang Mampu menundukkan segala sesuatu dengan perintah-Nya … hingga kalaupun dalam suasana yang mencekam dan menakutkan tersebut semua makhluk membantu Nabi Yunus dan siap mematuhi beliau maka hal itu tidak akan memberi manfaat apapun baginya.
Benar … sebab-sebab itu tidak memberi pengaruh apa pun. Dengan ainul yaqin, Nabi
Yunus memandang bahwa tidak ada lagi tempat berlindung kecuali ke haribaan Dzat
Pencipta sebab. Dan melalui celah-celah cahaya tauhid yang benderang terbukalah rahasia keesaan Allah hingga munajatnya yang ikhlas itu menundukkan malam, ikan dan lautan secara bersamaan. Bukan hanya itu, bahkan dengan cahaya tauhid yang murni perut ikan yang gelap berubah laksana perut kapal selam, lautan yang ganas dengan ombak yang siap menelan pun berubah bagaikan taman yang penuh keindahan. Awan gemawan pun berarakan di langit. Bulan menampakkan wajahnya yang bersinar bak pelita terang yang muncul di atas kepala beliau. Semuanya karena munajat tersebut.
Demikianlah makhluk-makhluk yang tadinya mengancam dan menakutkan beliau, sekarang berlalu dengan wajah bersahabat lalu mendekati dengan kasih dan sayang hingga beliau keluar menuju pantai keselamatan dan menyaksikan kemurahan Allah yang Maha Penyayang dari bawah pohon yaqthin.
Oleh karena itu hendaklah kita melihat diri kita melalui perspektif munajat itu. Kita berada pada suatu kondisi yang menakutkan dan penuh ancaman berkali-kali lipat dari kondisi yang dialami oleh Nabi Yunus karena:
Malam yang menaungi kita adalah masa depan dan masa depan kita, jika kita melihatnya dengan pandangan acuh, tampak gelap dan menakutkan bahkan lebih pekat seratus kali lipat dari malam yang dilalui oleh Nabi Yunus.
Lautan kita adalah bumi yang setiap ombaknya membawa beribu jenazah. Karena itu ia adalah lautan yang menakutkan seratus kali lipat lebih menakutkan daripada lautan tempat Nabi Yunus dilemparkan.
Ikan besar kita adalah nafsu amarah yang kita bawa. la adalah ikan yang ingin menelan dan memusnahkan kehidupan akhirat kita. Ikan ini lebih rakus daripada ikan yang menelan Nabi Yunus karena ikan yang menelan Nabi Yunus mungkin dapat melenyapkan kehidupan yang lamanya seratus tahun saja sementara nafsu amarah kita berupaya menghancurkan ratusan juta tahun kehidupan abadi yang menyenangkan dan penuh kebahagiaan.
Demikianlah hakikat kondisi kita selamanya oleh karena itu tidak ada jalan lain kecuali kita mengikuti Nabi kita Yunus as. berjalan di atas petunjuk-Nya, berpaling dari semua sebab lalu menghadap secara langsung kepada Allah yang merupakan penyebab dari segala sebab. Menghadap kepada-Nya dengan sepenuh jiwa dan raga kita mengharap pertolongan-Nya dengan doa:
Kita meyakini bahwa masa depan yang menanti kita, dunia yang menampung kita, nafsu amarah yang ada pada diri kita, karena kelalaian dan kesesatan kita, telah melakukan persekongkolan terhadap kita. Kita pun yakin bahwa tidak ada yang dapat menghilangkan ancaman masa depan, menumpas teror dan bencana-bencana dunia, menjauhkan bahaya nafsu amarah kecuali Dzat yang menguasai masa depan, mengatur dunia, dan menguasai jiwa kita.
Siapakah selain pencipta langit dan bumi yang mengetahui gejolak jiwa kita, siapa selain-Nya yang mengetahui rahasia hati kita dan siapa selain-Nya yang mampu menerangi masa depan dengan menciptakan akhirat bagi kita? Siapakah selain-Nya yang dapat menyelamatkan kita dari riak ombak dunia yang penuh dengan deburan peristiwa? Tidak … tidak ada yang mampu menjadi penyelamat kecuali Allah. Dia lah yang jika tidak karena kehendakNya tidak mungkin sesuatu, di manapun dan dalam keadaan bagaimanapun, mendapatkan pertolongan.
Hakikat keberadaan kita akan terus seperti itu kecuali jika kita menengadahkan tangan tunduk kepada-Nya, meminta pandangan kasih sayang-Nya kepada kita, mengikuti rahasia munajat Nabi Yunus yang mampu mengendalikan ikan besar hingga tunduk kepada beliau sehingga ikan itu laksana kapal selam yang berlayar di bawah laut dan menjadikan lautan bagaikan taman yang indah serta menyelimuti malam dengan pakaian cahaya benderang dengan bulan yang bersinar. Maka kita panjatkan:
Kita meminta perhatian kasih Ilahi untuk masa depan kita dengan ungkapan: Dengan munajat itu kita peruntukan bagi kehidupan kita dengan kalimat
Dan dengan untaian: kita berharap agar Dia memandang kita dengan pandangan welas asih agar masa depan kita dapat penuh cahaya iman dan al-Quran, juga agar
malam mencekam berganti menjadi aman dan menyenangkan agar kita dapat mengakhiri misi serta tugas kehidupan kita dengan tiba di pantai keselamatan, masuk dalam pelukan kebenaran Islam. Dengan kebenaran yang merupakan bahtera yang telah disediakan oleh al-Quran itu kita berlayar mengarungi gelombang kehidupan di atas ombak usia serta abad yang membawa jenazah tak terhitung banyaknya. Dan yang mengantarkan mereka pada kematian, mengganti kematian dengan kehidupan di dunia kita ini tanpa kenal lelah. Karena itu mari kita melihat pemandangan yang menakutkan ini melalui kaca mata Qurani, niscaya pemandangan tersebut berubah menjadi pemandangan yang segar dan senantiasa baru. Pembaharuannya yang terus-menerus itu telah menghilangkan keterasingan yang menakutkan yang muncul dari topan badai dan gempa di lautan untuk kemudian berganti menjadi pandangan yang penuh hikmah dan pelajaran serta membangkitkan pengamatan dan pemikiran tentang ciptaan Allah. Maka, kehidupan kita diterangi dengan keindahan pembaharuan tersebut. Pada saat itu, nafsu amarah tidak dapat mengalahkan kita bahkan kitalah yang menguasainya dengan rahasia yang diberikan oleh al-Quran. Bahkan dengan pelajaran Qurani tersebut, kita mampu mengendalikan nafsu amarah sehingga menjadi tunduk pada kehendak kita dan mendapatkan sarana yang baik dan bermanfaat untuk mendapatkan kesuksesan di kehidupan yang abadi.
One Comment