Kitab Tasauf

Terjemah Kitab Minhajul Abidin

Demikianlah. Setelah kami mengetahui jalan tersebut begitu rumit, maka kami pun merenung dan berpikir bagaimana cara melaluinya, bekal apa yang mesti dipersiapkan, sarana apa yang dibutuhkan dan bagaimana tehnik melaluinya seperti ilmu dan cara mengamalkannya. Semoga Allah berkenan memberikan taufik-Nya dan melindungi para penempuhnya dari kebinasaan hingga mereka tidak berhenti di tengah jalan yang sangat berbahaya tersebut. Dan hanya Allah tempat berlindung.

Kemudian kami menyusun beberapa kitab yang menerangkan cara melintasi jalan tersebut (tatacara beribadah) seperti “Ihya Ulumiddin”, “Qurbah Ilallah”, dan lain sebagainya yang memuat beberapa ilmu dengan halus dan sulit dipahami oleh orang awam, sehingga banyak orang yang mencela kitab-kitab tersebut serta beramai-ramai menjelek-jelekkannya. Padahal sebenarnya mereka tidak mampu membuat kitab yang sebagus itu. Hal itu tidak terlalu aneh. Adakah kalam yang keindahannya melebihi firman Allah Ta’ala, Penguasa alam semesta? Jawabnya pasti tidak. Walaupun begitu, mereka (orang-orang kafir) menganggap bahwa firman Allah hanyalah dongengan orang-orang kuno. Tidakkah Anda mendengar ucapan Zainal Abidin, Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abu Thalib r.a. yang berbunyi:

Sungguh aku menyimpan mutiara mutiara ilmuku agar orang yang bodoh tidak melihat yang sehingga timbul fitnah baginya.

Hal semacam ini juga terjadi pada ayah Hasan (Ali bin Abu thalib) sampai kepada Husain. Sebelum Al-Husain, sayyidina Hasan juga telah berpesan:

“Wahai saudara-saudaraku! Banyak sekali ilmu yang mirtp permata. Jika aku memperlihatkannya, niscaya orang-orang menganggapku sebagai penyembah berhala,

kaum muslimin akan menghalalkan darahku dan mereka berpendapat bahwa membunuhku merupakan tindakan yang baik.”

Orang-orang yang mulia di sisi Allah, yakni orang yang ahli mengamalkan agama Allah berpendapat bahwa keadaan tersebut membutuhkan pandangan penuh kasih sayang terhadap para makhluk Allah serta meninggalkan pertentangan terhadap mereka.

Dengan penuh kerendahan hati aku memohon kepada Allah, yang ditangan-Nya tergenggam segala urusan dan makhluk, agar Dia berkenan memberi kemudahan dalam menyusun kitab yang telah disetujui oleh para ulama serta dapat diambil manfaatnya oleh para pembaca. Kemudian Allah mengabulkan permohonanku ini, yaitu doa seorang hamba yang betul-betul memohon kepada-Nya. Dan dengan anugerah-Nya pula aku dapat mengetahui rahasia yang tekandung dalam kitab tersebut. Dia juga memberikan ilham dalam cara penyusunan yang sangat menakjubkan dan belum pernah kubeberkan dalam kitab sebelumnya mengenai beberapa rahasia mengamalkan ajaran agama Allah sebagaimana yang kusampaikan saat ini. Hanya Allah tempat memohon petunjuk.

Sesungguhnya yang pertama kali mengingatkan seorang hamba untuk beribadah dan menelusuri jalannya adalah pikiran yang datang dari langit berasal dari Allah dan pertolongan khusus dari-Nya. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah Swt.

Artinya “Apakah kamu mengira orang yang dilapangkan hatinya oleh Allah (yang senang dan rida dalam menjalankan agama Allah) sama dengan orang tidak dikaruniai kelapangan hati? Tentu saja tidak. Orang yang dikaruniai kelapangan hati pasti berperilaku (hidup) menggunakan dasar nur dari Tuhannya.” (Q.S. Az-Zumar: 22)

Rasulullah Saw. memberikan isyarat dalam hal ini dengan hadisnya:

Artinya “Sungguh, apabila nur telah masuk dalam hati niscaya hati akan menjadi lapang.”

Para sahabat.bertanya: “Ya Rasulullah! Apakah hal tersebut mempunyai tanda-tanda? Rasulullah Saw. menjawab:

Artinya “Iya. Yaitu orang yang hatinya kemasukan nur akan menjauhkan diri dari dunia, kembali ke alam keabadian dan mempersiapkan kematian sebelum maut datang kepadanya.”

Mula-mula hati seorang hamba akan bergerak dan berkata begini: “Diriku selalu diberi karunia oleh Allah seperti hidup, kemampuan, pikiran, berkata serta berbagai kemuliaan dan kelezatan, di samping terbebas dari penyakit dan segala sesuatu yang merugikanku. Sesungguhnya di balik semua kenikmatan ini, Dzat yang memberikan karunia-Nya menuntutku untuk mensyukuri dan melayani-Nya. Seandainya aku lalai dari melayani dan bersyukur kepada-Nya, tentu Dia akan memalingkan nikmatnikmat tersebut dariku dan menggantinya dengan siksaan. Padahal Dia telah mengirimkan seorang utusan kepadaku yang diperkuatNya dengan berbagai mukjizat luar biasa dan tidak dimiliki oleh seorangpun Selain utusan tersebut. Utusan itu sudah mengabarkan kepadaku bahwa diriku memiliki Tuhan yang Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Hidup, berkehendak, berfirman, memberi perintah dan larangan. Yakni Tuhan yang Maha Kuasa menyiksaku jika tidak mentaati-Nya dan kuasa memberi pahala jika aku mengikuti perintah-Nya, Tuhan yang Maha Mengetahui semua gejolak pikiranku. Dia telah mengancam dan memerintahkan agar aku menjalankan norma-norma syariat.”

Bila hati seorang hamba telah bergerak dan berkata seperti ini tentu akan muncul perasaan bahwa tuntutan untuk bersyukur dan melayaninya adalah sesuatu yang bisa dilakukan. Sesudah itu hamba tersebut pasti akan merasa takut dan khawatir bagaimana seandainya nanti mendapat tuntutan Allah (di akhirat).

Keadaan semacam ini dinamakan khaatir faza’ (خاطرالفزع) yaitu gerak hati yang mengingatkan dan menggerakkan seorang hamba dengan berbagai dalil serta menolak semua alasan. Hal ini juga mendorong seorang hamba agar berpikir dan mericari dalil.

Jika keadaannya sudah seperti itu, maka hamba tersebut tentu akan bergerak. Hatinya selalu gundah mencari jalan agar bisa selamat, aman, dan tenteram dari apa yang bergejolak dalam hati atau apa yang didengar dengan telinganya. Akhirnya jalan yang dia temukan hanya merenungi dalil dan menjadikan makhluk Allah sebagai dalil adanya Sang Pencipta agar ia dapat memperoleh “Ilmul Yaqin, yaitu mengetahui apa yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang dan mengetahui bahwa ia memiliki Tuhan yang memberinya kewajiban, memerintahkan dan melarangnya.

Ini adalah permulaaan dari jalan rumit yang dilalui seorang hamba dalam menyusuri ibadah dan disebut ‘aqbqtul ilmi wal ma’rifat (.   ) yaitu jalan ibadah berupa ilmu dan makrifat.

Jalan ini harus dilalui agar dalam beribadah ia selalu waspada.

Selanjutnya ia mulai melangkah untuk menempuh ‘aqabatul ilmi dengan perenungan dalil-dalil secara baik, sempurna dalam berpikir, belajar dan bertanya kepada ulama akhirat yang menjadi petunjuk, penuntun dan pelita umat. Ia juga meminta doa dan mengambil faedah dari mereka agar mendapat kemudahan dan pertolongan Allah dalam menempuh jalan ini.

Jika jalan ini sudah dilaluinya, maka dia akan memperoleh ilmul yagin terhadap keadaan yang masih samar dan mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dia-lah Dzat yang menciptakannya, memberinya kenikmatan dengan segalanya. Dia juga membebani hamba-Nya untuk mensyukuri dan memerintahkan hamba tersebut untuk melayani dan mengikuti-Nya secara lahir batin. tuhan memberi peringatan agar dia tidak kufur dan berbuat maksiat. Tuhan menjanjikan pahala yang abadi jika ia mau berbuat taat dan mengancam dengan siksaan jika ia berbuat maksiat dan berpaling dari-Nya.

selanjutnya pengetahuan dan keyakinan terhadap sesuatu yang samar tersebut akan mendorongnya untuk melayani dan melaksanakan ibadah kepada Sang Majikan Agung pemberi kenikmatan yang dicarinya selama ini.

Pada akhiRnya hamba tersebut dapat menemukan dan mengenal Tuhan setelah sebelumnya bodoh dan tidak mengerti. Akan tetapi ia tidak mengetahui bagaimana caranya beribadah kepada-Nya dan apa yang harus dilakukannya dalam melayaniNya secara lahir-batin.

Setelah ia memperoleh pengetahuan tentang Allah dengan susah-payah, maka ia harus belajar dengan giat untuk mengetahui kewajiban syariat yang harus dilakukannya secara lahir-batin.

Setelah dia berhasil menyempurnakan ilmu dan pengetahuan tentang kewajihan-kewajiban, maka ia pun bergerak hendak melaksanakan dan sibuk beribadah. Kemudian ia berpikir dan menemukan dirinya bergelimang dosa. Ini dialami oleh kebanyakan manusia. Dia akan berkata pada dirinya sendiri: “Bagaimana aku akan melakukan ibadah, sememntara diriku selalu berbuat maksiat? Aku harus bertobat terlebih dahulu agar Allah mengampuni dosaku, melepaskan diriku dari belenggu dosa dan membersihkan diriku dari kotoran debu-debu maksiat sehingga diriku pantas melayani Allah dan duduk di atas hamparan pendekatan kepada-Nya.”

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90Laman berikutnya
Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker