Balaghah

Terjemahan Kitab Balaghah Wadhihah

Terjemahan Kitab Kuning | Terjemahan Kitab Balaghah Wadhihah

MUKADIMAH (Fashahah – Balaghah – Uslub)

Fashahah

Fashahah maknanya jelas dan terang. Anda berkata, “Afshahash Shubhu”, yakni “Pagi telah jelas”. Kalimat yang fasih adalah kalimat yang jelas maknanya, mudah bahasanya, dan baik susunannya. Oleh karena itu, setiap kata dalam kalimat yang fasih itu harus sesuai dengan pedoman sharaf, jelas maknanya, komunikatif, mudah lagi enak.

Suatu kata akan mencapai kriteria itu bila sering dipakai oleh para penulis dan penyair yang peka karena tidak ada kata yang terungkap melalui lisan dan tulisan mereka kecuali memenuhi kriteria kefasihan dan keindahan tersebut.

Selera yang sehat merupakan modal utama dalam mengetahui keindahan dan kemudahan kata-kata serta membedakannya dari kata-kata yang buruk dan sulit. Karena kalimat adalah suara, maka orang yang suka mendengar suara burung tikukur dan benci terhadap suara burung hantu dan burung gagak, pendengarannya akan langsung mengingkari setiap kalimat yang asing lagi sulit suku kata suku katanya. Bukankah kata “al-muznah” dan kata “ad-diimah’ sebagai nama awan yang mengandung air hujan itu lebih halus dan nyaman didengar daripada kata “al-bu’aag” yang semakna dengan keduanya? Kata yang terakhir ini kasar dan memekakkan telinga. Kata-kata yang sebanding dengannya sangat banyak, dan dapat Anda rasakan-dengan selera sendiri.

  1. Untuk mencapai predikat fashahah, suatu kalimat di samping ha. rus terdiri atas kata-kata yang sesuai dengan kaidah sharaf yang benar dan mudah dipahami, disyaratkan harus terlepas dari rangkaian yang lemah, yakni keluar dari kaidah bahasa yang berlaku, seperti kembalinya dhamir (kata ganti) kepada lafaz yang berada di depannya, baik dalam ungkapan maupun dalam kedudukannya, sebagaimana dalam ucapan Sayyidina Hasan berikut:

Seandainya kemuliaan seseorang itu dapat menjadikannya panjang umur, maka kemuliaan Muth’im akan dapat memperpanjang kehidupannya.

Dhamir pada kata “majduhu” adalah kembali kepada kata “Muth’im’ Kata yang terakhir ini dengan jelas terungkapkan setelah dhamirnya, dan dari segi kedudukannya dalam kalimat juga jatuh setelahnya karena menjadi maf’ul bih. Oleh karena itu, syair di atas tidak fasih.

  1. Disyaratkan juga susunan kalimatnya tidak terdiri atas kata-kata yang tanafur sehingga hubungan satu kata dengan kata lainnya tidak menimbulkan kalimat itu sulit untuk didengar dan diucapkan. Contoh kalimat yang terdiri atas kata-kata yang tanafur adalah syair berikut:

Kubur musuh berada di tempat yang sunyi. Dan tidak ada kubur lain di dekat kubur musuh itu.)

Suatu pendapat menyatakan bahwa syair ini tidak mudah dibaca seseorang tiga kali secara terus-menerus tanpa kesulitan karena dalam.syair ini berkumpul beberapa kata yang huruf-hurufnya berdekatan makhrajnya. Dengan demikian, menimbulkan kesulitan yang sangat, padahal bila kata-kata itu diucapkan secara terpisah, tidaklah menimbulkan kesulitan dan tidak menyusahkan.

  1. Kalimat yang fasih adalah kalimat yang tidak rancu susunannya. Kalimat yang rancu yaitu kalimat yang tidak jelas maksudnya karena sebagian kata-katanya didahulukan atau diakhirkan dari tempatnya semula, atau kata-kata yang seharusnya berdekatan menjadi terpisah-pisah, seperti kalimat:

Tidak membaca kecuali satu Muhammad bersama kitab saudaranya. Kalimat ini tidak fasih karena susunan kata-katanya rancu. Aslinya adalah:

Muhammad tidak membaca bersama saudaranya kecuali sebuah kitab. Kata sifatnya didahulukan daripada kata yang disifatinya. Di samping itu, ada beberapa kata yang seharusnya bersamaan ternyata dipisahkan, yakni adatul-istitsna’ (kata sambung untuk mengecualikan) dipisah dengan mustatsna-nya (kata yang dikecualikan), dan mudhaf (kata yang bersandar) dengan mudhaf ilaih (kata yang disandari). Kalimat lain yang serupa dengan contoh Wi atas adalah syair yang diungkapkan oleh Abuth-Thayyib Al, Mutanabbi berikut:

Bagaimana mungkin Adam itu bapak seluruh manusia, sedangkan ba. pakmu adalah Muhammad. Dan kamu adalah salah seorang dari ma. nusia dan jin

Susunan yang benar adalah: –

Padanya terkumpul kelebihan dan kesempurnaan sebagai makhluk. Dalam kalimat itu mubtada’ dipisahkan dengan khabarnya (yakni abuuka dan Muhammadun). Di samping itu, khabar didahulukan atas mubtada’-nya, yang kadang-kadang menimbulkan kesimpangsiuran pemahaman, misalnya pada kata-kata watstsagalaani anta, yakni tanpa disadari anak kalimat tersebut ternyata mengandung kerancuan dan tak terarah.

  1. Kalimat yang fasih harus terbebas dari kerancuan makna, seperti bila si pembicara bermaksud mengatakan sesuatu, tetapi katakata yang dipakai tidak menunjukkan hakikat makna yang dimaksud sehingga ungkapannya membingungkan dan bisa mengundang kesalahpahaman bagi pendengar. Contohnya kata al-lisaan, kadang-kadang dikatakan dengan arti bahasa, sebagaimana dalam firman Allah Swt. (QS Ibrahim: 4). Pemakaian seperti ini adalah benar dan fasih. Namun, bila kata ini dikatakan untuk makna mata-mata, umpamanya dikatakan:

Hakim memasang beberapa orang mata-matanya di kota itu.

Maka pemakaian kata-kata seperti ini tidak dibenarkan, dan kalimatnya mengandung kerancuan makna.

Contoh lain adalah syair yang diungkapkan oleh Imri’ul Qais dalam menyifati kuda:

Dengan terkejut saya naik kuda sekurus pelepah kurma, yang wajahnya tertutup oleh bulu ubun-ubunnya yang seperti ranting-ranting kurma yang terurai.

Makna asli kata   adalah pelepah kurma. Dalam syair ini yang dimaksud adalah kuda yang kurus. Hal ini tidak menjadi masalah, meskipun menyerupakan kuda dengan pelepah kurma itu mengandung kelemahan. Yang tidak dapat diterima adalah menyifati kuda, tentang rambut ubun-ubunnya sepanjang ranting-ranting kurma dan menutupi wajahnya, karena telah dikenal di kalangan orang Arab bahwa kuda yang rambut ubun-ubunnya sampai menutupi wajahnya bukanlah kuda yang mulia dan gemuk. Di antara kalimat yang rancu maknanya adalah pernyataan Abu Tammam.

Saya pancing kemurahannya dengan sungguh-sungguh pada Sabty pagi. Maka ia jatuh pingsan ketika mendengar beberapa gasidah. Dalam pernyataan di atas, si penyair tidak henti-hentinya mem. bacakan syair hingga kemurahan orang yang dipujinya itu jatuh pingsan. Pernyataan dengan kalimat demikian adalah pernyata. an yang paling jelek.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48Laman berikutnya
Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker