Kitab Tasauf

Terjemahan Kitab Adab al-Suluk Wa al-Tawassul

Terjemahan Kitab Kuning | Terjemahan Kitab Adab al-Suluk Wa al-Tawassul

Daftar Isi
show

1 Makanan Hati dan Bekal Perjalanan

Ada tiga hal mutlak yang mesti dipegang oleh seorang ukmin dalam segala kondisinya:

1. perintah yang harus dilaksanakannya;

2. larangan yang harus dijauhinya; dan

3. takdir yang harus diterimanya (dengan segala keridhaan).

Ketiga hal ini merupakan hal-hal minimal di mana tidak satu pun di antaranya boleh lepas dari diri seorang mukmin. Seyogianya, ia melekatkannya pada hatinya, membincangkannya dengan nafsu dirinya, dan menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dalam rangka mewujudkannya.

2 Dengan Amal Segala Pengharapan akan Terpetik

SYEKH-SYEKH Semoga Allah meridhai dan meridhakannya “Ikutilah (sunnah) dan jangan membuat-buat bid’ah! Patuhlah dan jangan melanggar! Bertauhidlah dan jangan menyekutukan! Sucikanlah al-Haqq (baca: Allah) dan jangan tuding keburukan kepada-Nya! Mintalah selalu pada-Nya dan jangan pernah kau rasa jemu! Tunggu dan berharaplah, jangan kau ragu dan meragukan (belai kasih-Nya)! Bersabarlah selalu dan jangan gusar! Tegarlah dan jangan lari! Bersaudaralah dan jangan bermusuhan! Bersatulah (bahumembahu) dalam laku ketaatan dan jangan bercerai-berai! Saling mencintailah dan jangan saling benci! Sucikanlah diri dari keburukan, jangan kau kotori dan nodai diri dengannya!

Percantiklah diri dengan ketaatan kepada Tuhanmu dan jangan pernah kau menjauh dari pintu-pintu Maula Junjunganmu! Jangan kau berpaling dari sambutan-Nya. Jangan kau tundatunda taubat. Dan, jangan pernah bosan untuk memohon maaf dan ampunan pada Penciptamu, siang dan malam.

“Semoga Dia menganugerahkan belai kasih dan kebahagiaan, menjauhkanmu dari

api neraka dan memasukkanmu ke dalam surga, menyibukkanmu dengan kenikmatan

dan kesenangan bersama perawan-perawan dan perjaka di surga (Darussalam), mengekalkanmu di dalamnya untuk selamanya, menaikkanmu di atas kendaraan kuda-kuda putih, menghiburmu dengan bidadari dan bidadara, juga segala macam aroma kebaikan, melodi hambahamba sahaya wanita, beserta segala karunia- karunia, kemudian mengangkat derajatmu bersama para nabi, kaum shiddiqin, para pahlawan syahid, dan kaum shalih di surga orang-orang yang mulia (‘lliyyin).”

3 Dalam Cobaan Terkandung Kebangkitan Ruh dan Kesadaran Mata Hati

SYEKH—semoga Allah meridhai dan meridhakannya “Jika seorang hamba ditimpa cobaan, pertama tama cobalah ia atasi sendiri dengan usaha diri. Jika masih belum lepas, cobalah ia cari pertolongan kepada makhluk sesamanya, seperti para raja (penguasa), pejabat, bangsawan, hartawan, atau dokter ahli dalam bidang perih luka dan sakit. Jika belum sembuh juga, barulah coba ia kembali kepada Tuhannya ‘Azza wa Jalla dengan doa dan simpuh kerendahan hati (tangis). Selama ia masih bisa menemukan solusi pada dirinya sendiri, maka jangan lari pada sesamanya. Dan, selama ia temukan solusi pertolongan pada makhluk sesamanya, tidak perlu ia rujuk pada Sang Khaliq Penciptanya ‘Azza wa Jalla. Baru ketika tak ia temukan lagi solusi pertolongan pada makhluk, maka lemparkan diri bersimpuh di hadapan-Nya sambil terusmenerus memohon, bersimpuh, berdoa, menangis, dan memelas dengan harap- harap cemas, takut bercampur harap kepada-Nya. Sang Pencipta Azza wa Jalla akan membiarkan ia letih dalam berdoa dan tidak akan mengabulkannya sampai ia memutuskan kaitan diri dengan sarana-sarana (duniawi). Ketika itulah takdir berjalan di dalam dirinya dan tindakan (Allah) pun berlaku pada dirinya. Si hamba pun lebur binasa dari segala sarana dan gerak, tinggallah ketika itu ruhnya semata.

“Jika sudah demikian halnya, tak ia lihat lagi apa-apa selain sebagai manifestasi tindakan al-Haqq ‘Azza wa Jalla. Praktis, jadilah ia orang yang penuh keyakinan dan manunggal. Ia yakin bahwa sejatinya tidak ada pelaku (yang bertindak dan bergerak) kecuali hanya Allah “Azza wa Jalla. Tidak ada penggerak dan pendiam kecuali hanya Allah. Juga tidak ada kebaikan dan keburukan, manfaat dan mudharat, keterbukaan dan ketertutupan, kehidupan dan kematian, kehormatan dan kenistaan, kekayaan dan kemiskinan kecuali telah diatur oleh tangan kuasa Allah Azza wa Jalla. .

“Jadilah ia ketika itu di hadapan kuasa takdir ibarat bayi di tangan perawat, mayat di tangan pemandinya, bola di lengkung tongkat penunggang kuda; membolak-balik, berubah, berganti, dan menjadi; tanpa daya penggerak di dalam dirinya maupun selainnya. Ia hilang dari dirinya dan melebur dalam tindakan Junjungannya. Tak ia lihat apa-apa lagi selain Sang Maula dan tindakan-Nya, juga tak mendengar dan berpikir tentang selainNya.

“Jika melihat, maka karena perbuatan-Nyalah ia melihat. Jika ia mendengar dan mengetahui, maka karena kalamNyalah ia mendengar dan dengan ilmu-Nyalah ia mengetahui. Dengan nikmat-Nya ia terkaruniai dan dengan kedekatan-Nya ia terbahagiakan. Melalui kedekatan dengan-Nya ia berhias dan mulia. Hanya dengan janji-Nya ia lega dan senang. Hanya denganNya ia bisa merasakan ketenangan. Dengan firman-Nya ia merasa intim, dan dengan selain-Nya ia merasa muak dan mangkir. Dengan berdzikir menyebut-Nya ia mencari perlindungan dan bersimpuh mendekat. Hanya dengan-Nya ia percaya diri. KepadaNya ia serahkan diri. Dengan cahaya makrifat-Nya ia peroleh petunjuk dan berbaju. Tentang keanehan-keanehan ilmu-Nya ia menelaah, dan tentang rahasia-rahasia qudrat-Nya ia mengawasi.

“Dari-Nya ‘Azza wa Jalla ia mendengar dan tersadar. Kemudian, pada semua itu ia memuji dan memuja, sekaligus bersyukur dan berdoa.”

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42Laman berikutnya
Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker