Terjemahan.ahmadalfajri.com | Terjemah Kitab Tarikh Tasyri
- PERIODE PERTAMA PEMBINAAN HUKUM PADA MASA RASULULLAH S.A.W
- AL QUR’AN DAN AS SUNNAH
- BAGAIMANA TURUNNYA AL QUR’AN ?
- PERBEDAAN — PERBEDAAN MAKKI DAN MADANI
- ASAS PEMBINAAN HUKUM ISLAM DALAM – AL QUR’AN
- MENYEDIKITKAN BEBANAN
- BERANGSUR-ANGSUR DALAM MEMBINA HUKUM
- KEHUJJAHAN AL QUR’AN
- GAYA BAHASA AL QUR’AN DALAM MENUNTUT (THALAB) DAN MENYURUH UNTUK MEMILIH ( TAKHYIR )
- Jumlah hukum-hukum didalam Al Qur’an
- AS SUNNAH
- Asas pembinaan hukum pada periode ini
- SEMBAHYANG
- PUASA
- HAJI DAN “UMRAH
- ZAKAT
- PERANG
- PERJANJIAN — PERJANJIAN
- TAWANAN PERANG
- RAMPASAN PERANG
- ATURAN RUMAH TANGGA
- PERJODOHAN (PERKAWINAN)
- PERCERAIAN (THALAK)
- ATURAN MEMPUSAKAI (MEWARIS)
- MU’AMALAT
- HUKUMAN
- PERIODE KEDUA PEMBINAAN HUKUM PADA MASA SHAHABAT—SHAHABAT BESAR 11 S/D 40 Hijriyah.
- Gambaran situasi politik secara global.
- AL QUR’AN DAN AS SUNNAH DALAM PERIODE KEDUA
- IJTIHAD PADA PERIODE INI
- PERIODE KETIGA PEMBINAAN HUKUM PADA MASA SHAHABAT KECIL DAN TABI’IN YANG MENJUMPAI MEREKA
- GAMBARAN POLITIK
- Keistimewaan-keistimewaan periode ini
- IJTIHAD PADA PERIODE INI AL QUR’AN DAN AS SUNNAH
- MUFTI-MUFTI YANG TERKENAL PADA PERIODE INI
- PERIODE KE EMPAT PEMBINAAN HUKUM PADA MASA AWAL ABAD KEDUA SAMPAI PERTENGAHAN ABAD KE EMPAT HIJRIYAH
- GAMBARAN POLITIK
- Keistimewaan periode ini :
- 1. Meluasnya kebudayaan.
- 2. Gerakan ilmiyah di negara-negara Islam.
- 3. Tambahnya para penghafal Al – Qur’an (huffazh) dan perhatian untuk menunaikannya.
- 4. Pembukuan As Sunnah.
- 5. Pertentangan tentang materi Fiqh.
- 6. Pembukuan ushul Fiqh.
- 7. Timbulnya istilah-istilah Fiqh.
- 8. Munculnya ulama-ulama yang bijak yang dikenal oleh jumhur dengan tokoh-tokoh
- 9. Pembidangan masalah-masalah.
- 10. Pembukuan kitab-kitab hukum
- PERIODE KELIMA PERIODE MENDIRIKAN DAN MENGUATKAN MADZHAB, TERSIARNYA DISKUSI DAN PERDEBATAN
- PERIODE KE ENAM
PERIODE PERTAMA PEMBINAAN HUKUM PADA MASA RASULULLAH S.A.W
AL QUR’AN DAN AS SUNNAH
Al Kitab atau Al Qur,an adalah suatu kitab yang sudah dikenal, diturunkan kepada Muhammad s.a.w. dengan berkelompok-kelompok sejak dari malam tanggal 17 Ramadhan tahun 41 kelahiran beliau. Beliau diberi wahyu ketika beliau sedang bertahannuts di gua Hira’. Ayat pertama yang diturunkan yaitu :
Artinya : Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
sampai tanggal 9 Dzul Hijjah pada hari Raya Akbar tahun 10 Hijriyah dan tahun ke 63 dari kelahiran beliau dengan wahyu (ayat) yang diturunkan :
Artinya : Pada hari ini telah Ku -sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku -cukupkan ke- padamu ni’matKu dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Masa antara mulai diturunkannya Al Qur’an dan yang terakhir (penutupnya) adalah 22 tahun 2 bulan dan 22 hari.
Malam mulai diturunkannya Al Qur’an adalah malam Qadar (Lailatul Qadar), sehubungan dengan itu Allah berfirman :
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ? Malam kemuliaan itu lebih baik dari pada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dibril dgn izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan . Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.
Dan Allah berfirman lagi:
Artinya : Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Yaitu) urusan besar dari sisi Kami : sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul.
Dan tidaklah bertentangan bahwa malam itu adalah pada ‘ bulan Ramadhan. Allah ta’ala berfirman :
Artinya : Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
Itulah bulan yang mana Muhammad s.a.w. selalu beri’tikaf dan berpuasa di gua Hira’. Ibnu Ishak menceriterakan dari Wahab bin Kisan dari Abid bin Umar bin Qatadah Al Laitsi berkata :
Artinya : Rasulullah s.a.w. selalu menetap di dalam gua Hira” selama satu bulan pada tiap-tiap tahun. Hal itu peribadahan yang dilakukan oleh orangorang Quraisy pada masa Jahiliyah. Peribadahan itu adalah berbuat kebaikan. Kemudian ia berkata : Sehingga bulan dari tahun yang dikehendaki oleh Allah untuk memuliakan beliau dengan pengutusan olehNya s.w.t. beliau keluar ke Hira” sebagaimana beliau selalu keluar untuk menetap di sana bersama keluarga beliau…… .. Sampai akhir hadits.
Adapun malam mulai ditururikannya’ wahyu maka terdapat banyak perselisihan. ibnu Ishak cenderung bahwa malam itu tanggal 17 bulan Rumadhan, dan Al Qur,an telah menunjukkannya dalam firman Allah ta’ala :
Artinya : Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, di hari bertemunya dua pasukan.
Yang dimaksudkan dengan hari bertemunya dua pasukan adalah hari bertemunya kaum muslimin dengan orang-orang musyrik di Badar yaitu hari Jum’ah tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah. Hari Furgan (pembeda) adalah hari mulai diturunkannya Al Qur’an . Keduanya bersatu dalam sifat dan keduanya bertepatan dengan hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan, meskipun keduanya tidak berada dalam satu tahun. Ath Thabari dalam tafsirnya meriwayatkan dengan sanadnya dari Hasan bin Ali berkata : “Malam Furgan (pembeda antara yang benar dan bathil) adalah hari bertemunya dua pasukan pada tanggal 19 Ramadhan. ”Al Qasthalani dalam mensyarahi hadits Bukhari telah meriwayatkan perbedaan pendapat para ulama dalam menentukan malam itu. Sebagian dari padanya pendapat yang dicenderungi oleh Ibnu Ishak dan dikatakannya bahwa pendapat itu diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Thabrani dari hadits Zaid bin Arqam. Dan saya cenderung kepada pendapat ini karena malam itu malam yang besar derajatnya dan tinggi keadaannya maka jauhlah (tak mungkinlah ) Al Qur’an lupa menentukannya meskipun dengan isyarat. Dan Al Qur’an telah mengisyaratkan dalam peristiwa yang terbaik yaitu ketika membicarakan tentang rampasan perang Badar, itulah hari yang mana Allah memuliakan kaum muslimin dan menampakkan kepada mereka keajaiban. keajaiban pertolonganNya yakni sesuatu yang mengandung kemuliaan agama dan meninggikan derajat mereka. Hari peristiwa itu adalah hari yang mana Allah memuliakan Muhammad s.a.w. dengan kerisalahan beliau. Dengan indah sekali Al Qur’an mengisyaratkannya dengan firman Allah :
Artinya : Dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furgan, di hari bertemunya dua pasukan.
Adapun hari terakhir turunnya Al Qur’an , Ath Thabari berkata dalam mena’wilkan firman Allah ta’ala ‘
Artinya : Pada hari ini telah Ku-sempurnakan kepadamu agamamu.
Mereka mengatakan bahwa hari itu adalah hari Arafah, tahun hajji wada”. Setelah ayat ini,sedikitpun tidak turun kepada Nabi tentang fardhu-fardhu, dan tidak pula menghalalkan atau mengharamkan sesuatu. Dan beliau s.a.w. setelah turunnya ayat ini hanya hidup selama delapan puluh satu hari. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas, As Sudi, dan Ibnu Juraij. An Naisaburi dalam tafsirnya meriwayat:
kan dari Ibnu Abbas bahwa beliau membaca ayat ini dan di sisi beliau ada seorang Yahudi, maka Yahudi itu berkata. “Seandainya ia (ayat itu) diturunkan kepada kami pada suatu hari niscaya hari itu saya ambil sebagai hari Raya? ”Ibnu Abbas berkata : “Sesungguhnya ayat itu diturunkan pada dua hari Raya yang bertepatan dalam satu hari, yaitu hari Jum’at yang jatuh pada hari Arafah”.
Turunnya Al Qur’an berkelompok-kelompok adalah orang-orang musyrik. Al Qur’an telah menyebutkan hal itu dan menjawabnya. Dalam surat Al Furqan Allah berfirman :
Artinya : Berkatalah orang-orang kafir : ”Mengapakah Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja ?” “Demikianlah , supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami (menurunkannya dan) membacakannya sekelompok demi kelompok.
Dalam surat Al Isra” Allah berfirman :
Artinya : Dan Al Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
Masa turunnya Al Qur’an terbagi menjadi dua bagian yang berbeda-beda, yaitu :
- Masa beliau s.a.w. diam di Mekkah yakni selama 12 tahun 15 bulan dan 3 hari yaitu dari 18 Ramadhan tahun 41 sampai dengan awal bulan Rabi’ul Awwal tahun 54 dari kelahiran beliau. Ayat-ayat Al Qur’an yang turun pada masa itu disebut Makkiyah.
- Masa sesudah hijrah beliau yakni selama 9 tahun 9 bulan dan 9 hari yaitu dari awal bulan Rabi’ul Awwal tahun 54 sampai dengan 9 Dzul Hijjah tahun 63 dari kelahiran beliau, atau tahun 10 Hijriyyah. Ayat-ayat Al Qur’an yang turun pada masa itu disebut Madaniyyah. Ayat-ayat Al Qur’an Makkiyah sekitar 19/30 Al Qur’an, dan yang Madaniyyah sekitar 11/30 Al Qur’an.
Surat-surat Madaniyyah adalah :
- Al Bagarah.
- Ali Imran.
- An Nisa”.
- Al Maidah.
- Al Anfal.
- At Taubah.
- Al Hajj.
- An Nur,
9, Al Ahzab.
- Al Qital.
- Al Fath.
12: Al Hujurat.
- Al Hadid.
- Al Mujadalah.
- Al Hasyr.
- Al Mumtahanah.
- Ash Shat.
- Al Jum’ah.
- Al Munafiqun.
- At Taghabun.
- Ath. Thalaq.
- At Tahrim.
- An Nashr (Idzaa jaa-a nashrullahi wal fath).
Selain surat-surat Al Qur’an adalah 114 surat, surat yang pertama adalah Al Fatihah dan surat yang terakhir adalah An Nas.
Surat adalah suatu tingkat dari tingkat-tingkat An Nabighah berkata :
Artinya : Tidakkah engkau lihat bahwa Allah telah memberimu suatu tingkatan (derajat), engkau lihat setiap raja mondar-mandir di bawahnya.
Ia maksudkan bahwa Allah telah memberi engkau suatu tingkatan ( derajat) kemuliaan yang: tidak terjangkau oleh raja-raja lain. . »
Sebagian dari mereka telah menghamzahkan surat AlQur’an (. ) dan pengertiannya menurut bahasa ialah potongan dari Al Qur’an yang merupakan kelebihan dari yang lain, sehingga pengertian su’rah dari sesuatu adalah sesuatu yang dikeluarkan dan merupakan sisa yang diambil. Oleh karena itu kelebihan minum yang diminum oleh seseorang yang dikeluarkan dan ditampung dalam suatu tempat disebut su’rah. Dari pengertian ini perkataan A’sya Tsalabah dalam mensifati perempuan yang diceraikan, maka ia mengeluarkan sisa perasaan hatinya :
Artinya : Ia telah cerai dan meninggalkan remuk redam yang berserakan dalam hati atas jauhnya itu.
Dan Tsa’labah berkata seperti itu pula :
Artinya : Ia telah cerai dan meninggalkan kebutuhan terhadapnya dalam jiwa setelah bermesraan, dan sebaik-baik cinta adalah sesuatu yang berguna.
Masing-masing surat ini mempunyai nama yang khusus. Sebagiannya ada yang namanya diambil dari permulaannya dan inilah nama yang terbanyak pada surat-surat Al Qur’an seperti surat Al Anfal (Rampasan perang) yang permulaannya : :
Artinya : Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian)harta rampasan perang.
Surat Al Isra” (Memperjalankan di malam hari) yang Permulaannya :
Artinya : Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam.
Surat Thaha yang permulaannya :
Artinya : Thaha, Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu mendapat kesusahan.
Surat Al Mu’minun (Orang-orang yang beriman) yang permulaannya :
Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.
Surat Al Furqan (Pembeda) yang permulaannya :
Artinya : Maha Suci (Allah) yang telah menurunkan Al Furqan (Al Qur’an) kepada hambaNya.
Surat Ar Rum (Bangsa Rumawi) yang permulaannya :
Artinya : Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa, Rumawi. Di negeri yang terdekat : dan Mereka sesudah dikalahkan akan menang.
Surat Fathir (Pencipta) yang permulaannya :
Artinya : Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi. dan lain sebagainya.
Di dalam Al Qur’an terdapat 35 surat yang dinamakan dengan sesuatu yang tidak disebutkan pada awal suratnya, misalnya surat Al Bagarah (Sapi betina) di mana kisah sapi betina baru disebutkan dalam surat itu setelah ayat ke 65. Kisah keluarga Imran disebutkan dalam surat itu (Ali Imran = keluarga Imran) setelah ayatnya yang ke 32. Dalam surat An Nisa” (Wanita) baru disebutkan tentang wanita setelah beberapa ayat dari permulaannya. Dan ceritera tentang maidah (hidangan) disebutkan dalam surat Al Maidah (Hidangan) setelah ayatnya yang ke 120 yakni mendekati akhir surat. Dan lain sebagainya.
Pembahasan tentang sebab pemilihan bagi nama-nama surat ini berulang kali, namun yang diunggulkan adalah permulaan surat baik bacaan atau turunnya berdasarkan penglihatan kepada kebanyakan surat-syrat. Demikian itu karena turunnya Al Qur’an tidak urut baik surat-surat maupun ayat-ayatnya, sebagimana pembahasan yang akan datang.
Al Qur’an turun kepada Nabi s.a.w. per Iima ayat, sepuluh ayat dan kadang-kadang lebih banyak atau lebih sedikit dari pada itu. Memang benar (shahih) ayat-ayat kisah dusta turun sepuluh ayat sekaligus,.demikian juga permulaan surat Al Mu’minum turun sepuluh ayat sekaligus. Benar pula turunnya :
Artinya : Yang tidak mempunyai udzur.
dari firman Allah :
Artinya : Tidaklah sama antara mu’min yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai udzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya.
Demikian juga firman Allah ta’alah :
Artinya : Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karenaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Bijaksana.
setelah firman Allah ta’ala :
Artinya : Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, sebab itu janganlah mereka mendekati Masjidil haram sesudah tahun ini.
Keadaan Nabi s.a.w. itu ummi, tidak dapat membaca dan tidak dapat menulis. Yang demikian ini ditunjuk oleh firman Allah dalam surat Al “Ankabut :
Artinya : Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur’an) dan menulis sesuatu kitabpun dan kamu tidak pernah suatu kitab dengan tangan kananmu. Andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), tentulah akan ragu-ragu orang-orang yang mengingkari (mu).
Beliau menerima Al Qur’an dari malaikat dengan hafalan, sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah ta’ala dalam surat Al Qiyamah :
Artinya : Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca ) Al Qur’an karena hendak cepatcepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian atas tanggungan Kami penjelasannya.
Allah berfirman dalam surat Thaha :
Artinya : Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu. Dan katakanlah : “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.
Allah berfirman dalam surat Al A’la :
Artinya : Kami akan membacakan (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan tersembunyi.
Dan Allah berfirman dalam surat Al Hijr. :
Artinya : Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami (pulalah) yang memeliharanya.
Apabila beliau telah memahami dan telah menghafal. nya maka ayat-ayat itu disampaikan kepada manusia dan beliau menyuruh salah seorang dari para penulis wahyu (kuttabul wahyi) untuk menuliskan di hadapan beliau pada pelepah kurma, adakalanya pada batu tipis atau pada kertas. Beliau mempunyai para penulis yang telah terkenal di mana mereka menulis untuk beliau. Sebagian ahli sejarah menyebutkan baiiwa jumlah mereka ada dua puluh enam orang. Al Halabi menukil sejarah karangan Al Iraqi bahwa mereka (para penulis wanyu) ada empat puluh orang. Sebagian dari mereka ada yang selalu bersama beliau dalam seluruh periode perabinaan hukum , dan sebagian dari mereka ada yang sewaktu-waktu saja menuliskan beliau baik sedikit maupun banyak. Para penulis yang terkenal adalah khalifah yang empat (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali), Amir bin Fuhairah yang menuliskan surat-surat untuk para raja dan yang lain, Ubaiy bin Ka’ab orang pertama yang menjadi penulis beliau dari kalangan Anshar di Madinah dan biasanya ia selalu menuliskan wahyu dan dialah salah seorang fuqaha’ yang selalu menulis di masa Nabi s.a.w., Tsabit bin Syammas, Zaid bin Tsabit , Mu’awiyah bin Abu Sufyan dan saudaranya Yazid, Mu’awiyah dan Zaid bin Tsabit adalah orang yang selalu menuliskan wahyu dan yang lain di hadapan Rasulullan s.a.w. dan memang itulah pekerjaan dua orang itu, Mughirah bin Syu’bah, Zubair bin Awwan, Khalid bin Walid, Ala” bin Al Hadhrami, Amr bin Asii, Abdullah bin Al Hadnrami, Muhammad bin Maslamal dan Abdullah bin Ubaiy bin Salul,
Tulisan Al Qur’an itu selalu di kediaman Nabi s.a.w. di samping para penulis wahyu itu juga menulis untuk dirinya sendiri. Dalam penulisan itu Nabi selalu menunjukkan tempat setiap ayat pada suatu surat. Sehingga hafalan orang-orang ummi (orang yang tidak dapat membaca dan tidak dapat menulis ) , lembaran-lembaran (catatan-catatan) para penulis wahyu, dan tulisan-tulisan Al Qur’an yang ada di kediaman Nabi s.a.w. seluruhnya itu saling tolong – menolong (bantu-membantu) dalam -pemeliharaan wahyu yang diturunkan oleh Allah. Dan tidak ada perbedaan pendapat di antara para ulama’ tentang urutan ayat pada suatu surat yang mana hal itu tauqifi, dengan perintah Nabi s.a.w. |
Masa ini telah lewat (berlalu) namun Al Qur’an belum terkumpul dalam satu mush-haf. Sebagian para Qurra’ (ahli baca Al Qur’an) ada orang yang hafal seluruh Al Qur’ an di luar kepala, seperti Abdullah bin Mas’ud yang termasuk As Sabigunal awwalun (orang yang pertama-tama masuk Islam) dan menemani Nabi dalam seluruh masa kenabian, Salim bin Ma’gil maula Abu Hudzaifalr yang seperti Abdullah bin Mas’ud (Ibnu Mas’ud) dalam masuk Islamnya dan dalam menemani Nabi , Mu’adz bin Jabal, Ubaiy bin Ka’ab bin Tsabit, Abu Zaid di mana empat orang itu adalah dari Ansnar, Abu Darda” dan lain-lainnya lagi. Dan sebagian besar shahabat itu hafal sebagian dari Al Qur’an.
One Comment