Terjemahan Kitab Kuning | Terjemah Nadhom Maqsud
MUKADDIMAH
Berkata seorang hamba yang menjadi tawanan (sangat butuh) rahmat Allah ta’ala yang mulia yaitu syeikh Ahmad bin Abdurrahim. Setelah memuji kepada Allah ta’ala Dzat yang mempunyai sifat keagungan seraya memohon rahmat ta’zhim untuk Nabi Muhammad SAW dan keluarganya.
Fi’il tsulasi ketika di sunyikan (dari huruf tambahan) itu babnya ada 6, seperti yang akan diterangkan (dalam nabom berikutnya).
BAB-BAB FI’IL TSULASI
Fi’il tsulasi ketika disunyikan ( dari huruf tambahan) itu babnya ada enam, seperti yang akan diterangkan (dalam nadhom berikutnya).
Pembahasan:
1. Tasrifnya fi’il itu jumlahnya ada 35 bab. Dengan perincian 6 bab untuk fi’il tsulasi mujarrad, 25 bab untuk fi’il tsulasi mazid, 1 bab untuk fi’il ruba’i mujarad, 3 bab untuk fi’il ruba’i mazid.
2. Fi’il tsulasi adalah kalimat yang huruf asalnya ada tiga.
3. Fi’il tsulasi terbagi menjadi dua macam, yaitu fi’il tsulasi mujarrad dan fi’il tsulasi mazid
4. Fi’il tsulasi mujarrad adalah fi’il yang madlinya terdiri dari tiga huruf asli serta tidak mendapatkan tambahan. Contoh: نصر،ضرب،فتح
5. Fi’il tsulasi mujarrad apabila dilihat dari segi harakat ‘ain fi’il yang ada pada fi’il madli dan fi’il mudlari’, maka berjumlah 9 bab.
6. Namun yang terpakai hanya 6 bab, sedangkan yang tiga bab tidak terpakai.
7. Wazan no.1 (فعل-يفعل) , karena dikhususkan untuk makna watak (sifat pembawaan), makna orang arab tidak mau memberi harakat ‘ain fi’il pada fi’il mudlari’nya dengan harakat yang berlainan dengan harakat ‘ain fi’il mudlari’nya, sebagai pertanda akan makna watak. Dalam kitab Mathlub hal.11 diterangkan bahwa tidak terpakainya wazan ini karena terdapat kumpulnya dhammah dengan kasrah, hal ini aangat dibenci oleh orang arab.
8. Sedangkan wazan no.2 (فعل-يفعل) karena wazan ini tidak terhitung lughat yang fasih/baik.
9. Untuk wazan no.3 (فعل-يفعل)karena didalam wazan ini terdapat kumpulan dua hal berat yang berlawanan, yaitu dhammah dan kasrah.
Apabila ain fi’il yang ada pada fi’il madhi difathah (فعل) maka untuk ain fi’il yang ada pada fi’il mudhori’ boleh dibaca 3 wajah: 1. Kasrah (يفعل) 2. Dhammah (يفعل) 3. Fathah (يفعل).
Pembahasan:
1. Fa’ fi’il hanya boleh dibaca fathah karena fathah harakat yang paling ringan, sedangkan harakat yg lain tidak boleh, karena sukar memulai dengan harakat sukun, dan dirasa berat jika berharakat dhammah atau kasrah. Adapun didhammahnya fi’il ketika mabni majhul, karena untuk membedakan antara mabni majhul dengan mabni ma’lum.
2. Adapun ain fi’il tidak boleh dibaca sukun karena untuk menghindari bertemunya 2 huruf yang mati ketika bertemu dengan dhamir rafa’ mutaharrik.
3. Sedangkan lam fi’il boleh wajah 2, yaitu harakat fathah, karena fi’il madli itu dihukumi mabni fath dan harakat sukun, karena fi’il madli itu dihukumi mabni sedangkan mabni yang asal adalah sukun.
4. Fi’il yang ikut wazan (فعل – يفعل) adalah kebanyakan dari fi’il muta’addi, contoh: ضرب زيد عمرا (Zaid memukul ‘Amr), dan juga yang dari fi’il lazim , tapi sedikit, contoh: جلس عمرؤ (‘Amr telah duduk)
5. Fi’il muta’addi adalah fi’il yang dapat mengamalkan (menasabkan) maf’ulnya.
6. Fi’il lazim adalah fi’il yang tidak dapat mengamalkan (menasabkan) maf’ulnya.
7. Cara untuk mengetahui kriteria muta’addi atau lazimnya fi’il adalah: setiap lafadz yang menunjukkan arti yang dikerjakan oleh semua anggota badan, hukumnya lazim, dan setiap lafadz yang menunjukkan arti yang dikerjakan oleh sebagian anggota badan, hukumnya muta’addi.
8. Menurut Imam Tsa’labi, Apabila ada kemusykilan (ketidak tahuan) pada suatu kalimat dan tidak jelas termasuk bab berapa, maka kalimat tersebut dapat diikutkan pada bab ini, sehingga bab ini (فعل – يفعل) dinamakan asal bab (induk bab).
9. Wazan ( فعل- يفعل) ini hukumnya sama’i (tidak dapat disama ratakan) sedangkan wazan (فعل – يفعل) hukumnya qiyasi (bisa disamakan).
10. Kebanyakan kalimat yang ikut wazan فعل – يفعل adalah fi’il muta’addi, contoh: نصر زيد عمرا (Zaid menolong Amr), dan sedikit yang terdiri dari fi’il lazim contoh: خرج زيد (Zaid telah keluar).
Catatan: lafadz yang ikut wazan ini terbatas pada lafadz-lafadz yang berbina’ ajwaf wawi, naqish wawi, mudha’af yang muta’addi, shahih dan mahmuzfa.
11. Fi’il yang ikut wazan فعل يفعل adalah kebanyakan dari fi’il muta’addi, contoh: فتح زيد الباب (Zaid membuka pintu) dan terkadang juga terjadi dari fi’il lazim, contoh: ذهب عمرو (Amr telah pergi).
Apabila ain fi’il madhi dibaca dhammah (فعل) maka ain fi’il mudhari’ hanya dibaca dlammah saja (يفعل) dan apabila ain fi’il madhinya dibaca kasrah (فعل) maka ain fi’il mudhari’nya boleh dibaca fathah (يفعل) dan kasrah (يفعل)
Pembahasan:
1. Fi’il yang mengikuti wazan فعل – يفعل hanya fi’il fi’il yang lazim, contoh: حسن زيد ( Zaid tampan), dikarenakan arti fi’il yang ikut wazan ini adalah menunjukkan tabiat (watak) atau sifat yang selalu melekat (tidak mudah luntur) seperti pemberani, penakut, bagus, jelek, kuning, hitam dan lain-lain, kecuali apabila menyimpan arti fi’il lain, contoh رحبتكم الدار menyimpan arti وسع atau pindahan dari lafadz lain, contoh: سدته pindahan dari سودته, maka menjadi mut’addi.
Catatan: fi’il yang berbina’ naqish ya’i dan ajwaf ya’i tidak dapat mengikuti wazan ini, sedangkan untuk bina’ mudha’af terhitung sedikit.
2. Wazan فعل – يفعل diikuti oleh fi’il-fi’il muta’addi, contoh: علم زيد المسئلة (Zaid mengetahui suatu masalah) dan kebanyakan terdiri dari fi’il lazim, contoh: وجل زيد (Zaid merasa takut).
Catatan:
•Lafadz yang ikut bab ini kebanyakan menunjukkan arti penyakit, susah, gembira, warna, aib, dan hiasan.
•Dalam wazan ini tidak terdapat Isim alat, dikarenakan sebagian besar fi’il yang ikut wazan ini berartikan sakit, gembira, sifat dan warna, aib hiasan atau muta’addi namun dilakukan oleh hati (bukan dilakukan oleh anggota badan dzahir.
3. Fi’il yang ikut wazan فعل – يفعل adalah fi’il muta’addi contoh: حسب زيد عمرا فاضلا (Zaid menyangka Amr orang yang utama). Namun kebanyakan berupa fi’il lazim contoh ومق زيد (Zaid telah mabuk cinta).
Catatan: yang ikut wazan ini sedikit dari fi’il Bina shohih dan yang banyak adalah terdiri dari bina mitsal wawi.
4. Fi’il yang ikut wazan ini adalah: ومق، وثق، وقف، ولي، ورث، ورم، ورع، وري
5. Fi’il yang boleh ikut wazan ini dan juga wazan فعل – يفعل iyu berjumlah sembilan: حسب، نعم، يئس، يبس، وغر، بئس، وحر، وله، وهل
Catatan: Bila kita menemui lafadz yang sulit ditemui wazannya maka dilihat terlebih dahulu apabila muta’addi, diikutkan wazan: فعل – يفعل dan bila lazim, diikutkan wazan فعل – يفعل sedangkan bila muta’addi tapi dilakukan oleh hati maka diikutkan wazan فعل – يفعل.
Lam fi’il atau ‘ain fi’il dari fi’il yang ‘ain fi’ilnya dibaca fathah (فعل – يفعل) itu harus berupa salah satu huruf halaq, contoh: فخر – يفخر dan سلخ – يسلخ. Jika tidak berupa salah satu huruf halaq, maka hukumnya syadz ( menyimpang dari kaidah yang ditetapkan), contoh: سلى – يسلى dan أبى – يأبى
Pembahasan:
1. Lafadz-lafadz yang ikut bab tiga ( wazan فعل – يفعل) diisyaratkan ‘ain fi’il atau lam fi’ilnya berupa huruf halaq yang jumlahnya ada enam, yaitu: همزة-هاء-حاء-خاء-غين-عين
2. Diisyaratkan demikian karena ‘ain fi’il dalam fi’il madli dan fi’il mudlari’nya dibaca fathah, sedangkan fathah adalah harakat yang sangat ringan, agar bisa ta’addul ( sembarangan) dengan bab lainnya maka diisyaratkan ain atau alam fiilnya berupa huruf yang berat yaitu huruf halaq.
3. Syarat ‘ain atau lam fi’il berupa halaq ini bukan berarti semua lafadz yang ain atau lam fi’ilnya berupa huruf halaq harus diikutkan pada bab tiga ini karena wujudnya syarat tidak mengharuskan wujudnya perkara yang diisyaratkan (masyruth).
4. Diantara lafadz yang menetap isyarat tapi tidak ikut bab ketiga, yaitu:تحت-ينحت، نكح-ينكح، رجع-يرجع، صح-يصح (bab dua), دخل-يدخل (bab satu), فرح-يفرح (bab empat), بعد-يبعد (bab lima).
5. Syadz menurut ulama dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
• tidak mencocoki qiyas tapi masih berlaku (digunakan dalam kalam yang fasib) seperti ابى-يأب. Lafadz ini hukumnya syadz mengikuti bab ketiga tetapi masih tergolong kalimat fasih sebagaimana terdapat dalam ayat Alquran: الا ابليس ابى واستكبر
•Tidak mencocoki dalam penggunaan (tidak terpakai dalam kalam fasih) tetapi mencocoki pada qiyas, seperti: ضرب-يضرب
•Tidak mencocoki qiyas dan juga tidak terpakai dalam kalam fasih, seperti: بيع-قول, karena qiyasnya wawu dan ya’ itu diganti alif.
6. Perbedaan syadz, nadzir dan dla’if.
•Syadz adalah kalimat yang banyak digunakan tapi tidak mencocoki qiyas, contoh: ابي-يأبى
•Dla’if adalah kalimat yang tidak diakui kefasihannya oleh ahli bahasa, contoh: دخل-يدخل
One Comment