Terjemahan Kitab Kuning | Terjemah Matan Bina Wal Asas
- MUKADDIMAH
- 1. BAB PERTAMA
- 2. BAB KEDUA
- 3. BAB KETIGA
- 4. BAB KEEMPAT
- 5. BAB KELIMA
- 6. BAB KEENAM
- 7. BAB KETUJUH
- 8. BAB KEDELAPAN
- 9. BAB KESEMBILAN
- 10. BAB KESEPULUH
- 11. BAB KESEBELAS
- 12. BAB KEDUA BELAS
- 13. BAB KETIGA BELAS
- 14. BAB KEEMPAT BELAS
- 15. BAB KELIMA BELAS
- 16. BAB KEENAM BELAS
- 17. BAB KETUJUH BELAS
- 18. BAB KEDELAPAN BELAS
- 19. BAB KESEMBILAN BELAS
- 20. BAB KEDUA PULUH
- 21. BAB KEDUA PULUH SATU
- 23. BAB KEDUA PULUH TIGA
- 24. BAB KEDUA PULUH EMPAT
- 25. BAB KEDUA PULUH LIMA
- 26. BAB KEDUA PULUH ENAM
- 27. BAB KEDUA PULUH TUJUH
- 28. BAB KEDUA PULUH DELAPAN
- 29. BAB KEDUA PULUH SEMBILAN
- 30. BAB KETIGA PULUH
- 31. BAB KETIGA PULUH SATU
- 32. BAB KETIGA PULUH DUA
- 33. BAB KETIGA PULUH TIGA
- 34. BAB KETIGA PULUH EMPAT
- 35. BAB KETIGA PULUH LIMA .
MUKADDIMAH
Ketahuilah, bahwa bab-bab tashrif ada 35 bab, enam di antaranya untuk tsulatsi mujarrad.
1. BAB PERTAMA
Yang sama dengan wazannya ialah dan tandanya ialah ‘ain fi’ilnya maftuh (bertanda fathah) pada fi’il maadhi dan bertanda dhommah dalam fi’il mudhaari’. Pada umumnya bentuk fi’il ini merupakan fi’il muta’addi dan kadangkadang fi’il lazim.
Contoh ffi’il muta’addi seperti: (Zaid menolong Amru)
Contoh fril lazim seperti: (Zaid keluar).
Fi’il muta’addi ialah fi’il (perbuatan) fa’il (pelaku) yang meluas kepada maf ul bihi (objek penderita). Sedangkan fi’il lazim ialah ffi’il (perbuatan) fa’il (pelaku) yang tidak meluas kepada maf ‘ul bihi (objek penderita), tetapi terjadi pada dirinya sendiri.
2. BAB KEDUA
Yang sama dengan wazannya ialah Tandanya ialah ‘ain fi’ilnya bertanda fathah dalam fi’il maadhi dan bertanda kasroh dalam fi’il mudhaari’. Pada umumnya penggunaan /fi’il ini adalah sebagai ffi’il muta ‘addi dan kadang-kadang fi ‘il lazim.
Contoh fi ‘il muta ‘addi seperti: (Zaid memukul Amru).
Contoh fi’il lazim seperti: (Zaid duduk).
3. BAB KETIGA
Yang sama dengan wazannya ialah Tandanya ialah ‘ain fi’ilnya bertanda fathah dalam fi’il maadhi dan mudhaari’ dengan syarat ‘ain fi ‘ilnya atau Jaamnya salah satu dari huruf| huruf halg yang berjumlah enam: dan Pada umumnya fr’il ini digunakan sebagai fr’il muta’addi dan kadang-kadang fi’il lazim.
Contoh fi’il muta’addi seperti: (Zaid membuka pintu).
Contoh fi’il lazim seperti: (Zaid pergi).
4. BAB KEEMPAT
Yang sama dengan wazannya ialah Tandanya ialah “ain fi’ilnya bertanda kasroh dalam fi’il maadhi dan bertanda fathah dalam fi’il mudhaar?’. Penggunaan bentuk fi’ilnya juga pada umumnya adalah sebagai fril muta’addi dan kadang-kadang fr’il lazim.
Contoh fi’il muta’addi seperti: (Zaid mengetahui masalah itu).
Contoh fi’il lazim seperti: (Zaid takut).
5. BAB KELIMA
Yang sama dengan wazannya ialah Tandanya ialah “ain fi’ilnya bertanda dhommah dalam fi’il maadhi dan fril mudhaari’. Penggunaan fi’il ini hanya sebagai fi’il lazim. Seperti: (Zaid menjadi baik).
6. BAB KEENAM
Yang sama dengan wazannya ialah Tandanya ialah ‘ain fi’ilnya bertanda kasroh dalam fi’il maadhi dan fi’il mudhaari’. Penggunaan bentuk fi’ilnya juga pada umumnya adalah sebagai fi’il muta’addi dan kadang-kadang fi’il lazim.
Contoh fi’il muta’addi, seperti: (Zaid mengira Amru seorang yang mulia).
Dan contoh fi’il lazim, seperti: (Zaid menjadi pewaris).
Dan dua belas bab di antaranya adalah untuk fi’il yang lebih dari Tsulaatsi, yaitu tiga macam: Macam pertama: yang ditambahkan padanya satu huruf pada fi’il tsulaatsi, yaitu tiga bab:
One Comment