Terjemahan.ahmadalfajri.com | Terjemahan Kitab Risalah Qusyairiyah
PENDAHULUAN
Segala puji bagai Allah yang menguasai keagungan kerajaan Nya: memanunggali keelokan keluasan kekuasaan Nya: menguasai dengan keluhuran keesaan-Nya, dan menyucikan dengan ketinggian fungsi sebagai pusat penghambaan. Dia Agung dalam Dzat-Nya. Keagungan-Nya mengecilkan segala bentuk keserupaan dan penyerupaan. Suci Yang Maha Suci bagi Dzat dalam segala sifat-Nya dari segala bentuk penggambaran.
Bagi-Nya beberapa sifat khusus dengan Al-Haqq-Nya. Semua ayat berbicara bahwa Dia benar-benar tidak serupa dengan makhluk-Nya. Mahasuci dari segala kesucian. Tidak ada batas yang membatasi-Nya, tidak ada lintasan yang mampu menjangkau- Nya, tak ada hitungan yang mampu menghitung-Nya, meski sekedar mengkhayalkan pembilangan-Nya, tak ada ujung yang mampu memagari-Nya, tak ada satu pun yang menolong-Nya. Dia tidak beranak dan tak akan ada anak yang menolong-Nya: tak ada bilangan yang mampu menghimpun-Nya: tak ada tempat yang memaksa-Nya berdiam, tak ada zaman yang mampu menjumpai-Nya, tak ada pemahaman yang mampu mengira-ngirakan-Nya, dan tak ada dugaan yang mampu menggambarkan- Nya.
Dia Tinggi Yang Maha tinggi, Luhur Yang Maha Luhur dari ucapan “bagaimana Dia?” atau “di mana Dia?”. Tidak ada upaya, jerih payah, dan kreasi-kreasi yang mampu menggambari-Nya, atau menolak dengan perbuatan-Nya atau kekurangan dan aib. Karena, tak ada sesuatu yang menyerupai-Nya. Dia Maha Mendengar dan Melihat. Kehidupan apa pun tidak ada yang mengalahkan-Nya. Dia Dzat Yang Maha Tahu dan Kuasa.
Saya panjatkan segala puji untuk-Nya atas apa yang diatur dan dibuat-Nya, saya aturkan sembah syukur pula kepada-Nya atas apa yang dihimpun, digenggam, dan ditolak-Nya, saya juga berserah diri ke hadirat-Nya, puas, dan rida dengan apa yang diberi dan dicegah-Nya.
Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, Dzat Yang Maha Esa dan tak ada sekutu bagi-Nya, suatu kesaksian orang yang yakin dengan keesaan-Nya dan orang yang minta perlindungan dengan kebagusan perlindungan-Nya. Dan, saya bersaksi bahwa Muhammad hamba-Nya yang terpilih, terpercaya yang terkasih, dan seorang Rasulullah yang diutus untuk semua makhluk. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan salam kepada beliau, keluarga, dan para sahabatnya.
Al-Faqir ilallah (Abdul Karim bin Hawazin Al-Qusyairi menyebut dirinya al-faqir sebagai sikap pengakuan atas segala kekurangannya) menulis kitab ini dipersembahkan untuk kaum sufi di berbagai negara Islam, pada tahun 437 H. (bertepatan dengan tahun
1045 M.).
Kaum Sufi
Allah benar-benar telah menjadikan kaum iru sebagai kelompok para waliyullah terpilih: mengutamakan mereka atas semua hamba-Nya setelah para rasul dan nabi- Nya. Semoga Allah memberi shalawat dan salam pada mereka, menjadikan hati mereka tambang berbagai rahasia-Nya, dan mengkhususkan mereka lebih dari umat- Nya yang lain dengan pantulan cahaya-Nya. Mereka bagai hujan bayi makhluk-Nya yang selalu berputar dan berkeliling bersama Al Haqq dengan kehakikatan-Nya di tengah keumuman tingkah laku manusia.
Allah menjernihkan mereka dari segala kotoran sifat manusia, melembutkan hati dan rohani mereka pada pencapaian tempat- tempat musyahadat (persaksian rohani pada kebesaran dan rahasia kegaiban Allah) dengan penampakan Al-Haqq dani segala hakikat keesaan-Nya, menempatkan mereka untuk tetap tegak dengan sikap penyembahan dan mempersaksikan pada mereka saluran-saluran hukum ketuhanan. Karena itu, mereka mampu menunaikan segala bentuk kewajiban yang dibebankan. pada mereka, mampu menghakikati segala yang dianugerahkan-Nya berupa perubahan-perubahan dari berbagai putaran hidup, kemudian kembali pada Allah dengan kebenaran iftiqar (butuh dan menggantung pada kehadiran peran serta Allah) dan hati yang remuk redam karena Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Luhur dan Tinggi, bebas berbuat apa yang dikehendaki-Nya, bebas memilih siapa saja yang dikehendaki-Nya: tidak ada yang memberi ketentuan hukum kepada-Nya: tidak ada kebenaran bagi makhluk yang mengharuskan pada Allah, sebab pahala-Nya adalah awal keutamaan dan
siksaan-Nya adalah hukum keadilan-Nya: perintah-Nya adalah ketentuan yang mutlak dari Allah. Pergumulan Spiritual
Ketahuilah, sesungguhnya ahli hakikat sebagian besar telah punah, tidak ada yang tersisa di masa kita dari kelompok ini kecuali hanya bekas-bekasnya.
Sungguh, kelemahan telah terjadi di kelompok ini, bahkan mereka terkikis dari peran kehidupan. Para guru sufi yang memberikan petunjuk kebenaran telah lewat. Sedikit sekali para pemuda yang mengikuti jejak dan perilaku kehidupan mereka. Sehingga, sifat wira’i menjadi tergeser dari nilai kehidupan: kesederhanaan menjadi tergulung: sifat tamak menjadi lebih dominan dan kuat, hati terjauh dari rasa hormat pada syariat, dan sedikit yang bisa dihitung dari mereka yang benar-benar menaruh perhatian pada agama, dan akhirnya banyak manusia yang menyepelekan batas ketentuan hukum antara yang haram dan halal.
Sebagaimana sikap mereka yang meremehkan pelaksanaan ibadah, maka terhadap kewajiban puasa dan salat pun mereka berbuat sama. Manusia ini membiarkan langkah-langkahnya menjelajahi lapangan yang menyebabkan dirinya lupa menekuni kecondongan yang mengikuti hawa nafsu, sedikit menaruh perhatian pada pemberian yang belum jelas status hukumnya, dan mencari perlindungan dan legitimasi dukungan rakyat, wanita, dan pemegang kekuasaan.
Kemudian, kelompok sufi tidak rela dengan transaksi saling memberi yang bersumber dari kebusukan sikap, sehingga mereka menunjukkan ketinggian nilai hakikat dan perilaku batin. Mereka mengaku telah terbebas dari belenggu perbudakan (nafsu: membuktikan pencapaian hakikat wishal (ketersambungan rohani suci salik dengan Rohani Maha Suci). Kaum sufi ini berdiri tegak di atas garis hakikat, hukum-hukum Tuhan mengalir damai di denyut kehidupan mereka: dan tidak ada bagi Allah terhadap mereka tentang sesuatu yang membuat mereka mengutamakan lalu memilih-Nya. Sesungguhnya mereka ini seandainya telah tersingkap rahasia-rahasia keesaan-Nya, tentu semua yang bersifat universal dari keseluruhan alam bagi wujud kehendak keesaan-Nya akan terenggut di genggaman mereka, hukum-hukum kemanusiaan akan tergeser dari mereka, dan mereka akan tetap dengan cahaya perlindungan-Nya setelah peleburan sifat kemanusiaan. Maka, Tuhan yang berbicara tentang mereka
ketika mereka bicara dan menggantikan mereka ketika mereka bertindak atau ditindaki. Tuhan telah menyatu dalam gerak tangan, kaki, lidah, dan otak kehidupan mereka.
One Comment