Kitab Tasauf

Terjemahan Kitab Ayyuhal Walad

Terjemahan.ahmadalfajri.com | Terjemahan Kitab Ayyuhal Walad

Segala puji bagi Allah, dan akhir yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa, dan selawat serta salam semoga atas nabinya yaitu Muhammad dan keluarganya semuanya.

Ketahuilah bahwa ada seorang pelajar dahulu itu selalu melayani Al-Syekh Al-imam Zainuddin Hujjatul Islam  Abi Hamid Muhammad Muhammad  Al Ghozali  -semoga Allah  merahmati beliau- Dan sibuk menghasilkan dan membaca ilmu kepada imam Ghozali, sampai ia mengumpulkan ilmu-ilmu yang sulit, dan menyempurnakan keutamaan jiwa. Lalu ia berpikir di suatu hari, tentang keadaan dirinya dan bisikan hatinya, ia berkata: aku telah membaca bermacam-macam ilmu, dan menggunakan keindahan umurku untuk mempelajari ilmu dan mengumpulkannya, dan sekarang saya harus mengetahui apa macam ilmu yang bermanfaat besok dan menyenangkan aku di akhiran? Dan apa yang tidak bermanfaat lalu aku tinggalkan. Rasulullah bersabda: wahai Allah aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat: H.r. muslim dan lainya. Lalu pikiran ini terus, sampai ia menulis kepada Syekh Hujjatul Islam Muhammad Al Ghozali untuk meminta fatwa, dan menanyakan kepada beliau beberapa masalah dan meminta kepada beliau nasihat dan doa. Ia berkata: walaupun karya-karya Syekh seperti Ihya dan lainya itu mencakup jawaban pertanyaanku tetapi tujuanku adalah agar syekh menulis kebutuhanku di beberapa lampiran yang akan bersamaku di saat hidupku dan aku melaksanakannya selama umurku insya Allah taala, Lalu syekh menulis kitab ini untuk menjawabnya:

Wahai  anakku, semoga Allah SWT mengaruniakan kepadamu umur yang panjang untuk engkau gunakan melakukan ketaatan kepada-Nya dan semoga mengilhami kepadamu tentang jalan para kekasih-Nya. Sesungguhnya nasehat itu ditulis dari sumbernya, Muhammad SAW. Jika telah sampai kepadamu suatu nasehat yang bersumber dari Rasulullah, apa perlu engkau minta nasehat kepadaku? Jika belum menerima nasehat- nasehat dari Rasul maka katakan kepadaku. Apa yang engkau peroleh dari pada waktu-waktu yang silam.

Wahai anakku, dari sejumlah nasehat-nasehat yang telah disampaikan Rasulullah SAW. Kepada umatnya ialah sabda beliau: “Tanda-tanda kebencian Allah terhadap seseorang ialah apabila ia menyia-nyiakan waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna. Sesungguhnya orang yang kehilangan satu jam dari umurnya dalam perbuatan yang tidak

diperuntukkan kepada-Nya, maka patutlah ia akan lama mengeluh. Barangsiapa yang umurnya melebihi empat puluh tahun, sedang kebaikannya tidak mengungguli keburukannya, maka bersiaplah untuk pergi ke neraka”.    Nasehat ini sudah cukup mengingatkan hati bagi orang yang berpengalaman.

Wahai anakku, nasehat itu mudah, yang sulit adalah pengamalannya. Sebab nasehat itu akan terasa pahit bagi orang yang memperuntukkan kehendak nafsunya. Hal-hal yang terlarang itu disukai oleh manusia, khususnya bagi siapa yang menuntut ilmu dan menyibukkan diri untuk memiliki keutamaan budi dan kebaikan-kebaikan di dunia. Ia akan menduga bahwa ilmu yang ia jadikan pengalaman itu akan menjadi sarana untuk keselamatan dirinya. Ia mengira bahwa ilmu yang ia miliki itu telah cukup tanpa diamalkan. Ini adalah keyakinan ahli-ahli filsafat. Subhanallah.

Ia tidak mengetahui dengan anggapan bahwa bila tidak mengamalkan ilmunya, maka ilmunya akan menjadi lawan yang mendebat dengan sekuatnya, seperti yang dikatakan Rasulullah dalam sabdanya :  “Manusia yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah mereka yang berilmu, namun Allah tidak memberinya manfaat dari ilmunya itu.”

Diriwayatkan, bahwa Al-junaid semoga Allah menyucikan hatinya setelah beliau wafat pernah diimpikan, dalam impian itu beliau ditanya: “Apa kabar, wahai Abu Qasim?” Ia menjawab: “Semua ilmu-ilmu saya hilang lenyap dan tidak berbekas. Tidak ada lagi sesuatu yang memberi manfaat kepada saya, kecuali rakaat: rakaat yang dilakukan dalam shalat di tengah malam.

Wahai anakku, janganlah engkau miskin akan amal shaleh dan jangan pula engkau kosong dari ilmu kepribadian. Yakinlah bahwa ilmu yang tiada diamalkan adalah tidak akan memberi kemanfaatan. Contohnya ialah: seandainya ada seorang pemberani dan suka berperang, ia membawa sepuluh pedang Hindia, dan berada di padang sahara yang luas itu, ia diserang oleh seekor singa besar yang menakutkan. Apa dugaanmu? Apakah senjata-senjata itu dapat menangkis serangan singa itu tanpa menggunakannya! Tentu kamu akan menjawab, “tidak”. Ya, senjata itu tidak akan mendatangkan manfaat sama sekali bila tidak digunakan.

Begitu pula halnya dengan seseorang telah membaca seratus ribu masalah ilmiah, ia telah mempelajarinya dan mengajarkan namun ia tidak mau mengamalkannya, maka sungguh hal tersebut tiada berfaedah kecuali kalau ia mau mengamalkannya.

Begitu juga orang yang tubuhnya panas terkena penyakit kuning yang obatnya dengan daun sakanjabin dan kasykab, maka Ia tidak akan sembuh bila tidak meminumnya.

Kemudian Al Ghazali mengungkapkan sebuah bait, dengan bahasa Persia:

“Jika engkau menakar 2000 kati arak, hal itu tidak akan menjadikanmu mabuk kecuali dengan meminumnya.

Apabila dirimu menimba ilmu selama seratus tahun dan menghimpun seribu kitab , tapi bila kandungan ilmu yang ada di dalamnya tidak diamalkan maka hal itu tidak akan menghantarkan dirimu kepada kebahagiaan dan rahmat Allah”.

Allah SWT telah berfirman : “Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah ia usahakannya. (Qs An-Najm: 39)

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan

amal yang saleh.” (Qs. Al-Kahfi: 110)

“Sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (Qs. At-Taubah: 82) “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, bagi mereka adalah surga

Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.” (Qs. Al-Kahfi: 107 – 108)

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan” (Qs. Maryam: 59)

“Kecuali orang yang bertaubat, beriman yang beramal sholeh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun.” (Qs. Maryam: 60)

1 2 3 4 5 6Laman berikutnya
Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker