Kitab Tasauf

Terjemahan Kitab Mukhtashar Syu’abul Iman Karya Imam Bayhaqi

Terjemahan Kitab Kuning | Terjemahan Kitab Mukhtashar Syu’abul Iman Karya Imam Bayhaqi

Terjemahan Kitab Mukhtashar Syu'abul Iman Karya Imam Bayhaqi

BAB PERTAMA : Cabang-cabang Keimanan

Cabang Keimanan Ke-1: Iman Kepada Allah Ta’ala

Iman adalah pecahan dari kata Aman lawan dari kata ketakutan (Al-Khauf). Iman secara mutlak adalah percaya. Iman Kepada Allah Ta’ala berarti “Menetapkan dan mengakui akan keberadaan Allah. Keimanan terhadap Allah berarti menerima-Nya dan taat kepada-Nya. Iman kepada Nabi Shailallahu Alaihi wa Sallam berarti menetapkannya dan mengakui kenabiannya. Iman terhadap Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah mengikutinya, menyesuaikannya dan menaatinya. Iman itu terbagi menjadi dua bagian iman yang samar (Khafi) dan iman yang tampak (Jali). Iman yang samar seperti yang berkaitan dengan niat, keinginan yang tidak boleh melakukan sebuah ibadah kecuali dengannya, sedangkan iman yang tampak adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh anggota tubuh secara lahir, seperti bacaan, shalat, puasa, zakat, haji, jihad di jalan Allah dan lain-lainnya. Dalam semua itu ada keimanan dan keislaman juga taat kepada Allah dan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam. Iman kepada Allah berarti ibadah kepada-Nya sedang iman kepada Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam berarti menerimanya bukan menyembahnya, karena ibadah tidaklah ditujukan kepada siapa pun kecuali hanya kepada Allah.

Allah Ta’ala telah berfirman,

“Demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah.” (QS.

Al-Baqarah: 285) Dan firman-Nya,

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah.” (QS. An Nisaa’:136)

Kemudian hal ini dianjurkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah! Radhiyallahu Anhu yang telah disepakati sahihnya dan disebutkan dalam dua kitab sahih (Bukhari dan Muslim),

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan, “La ilaha Illallah” (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah), barang siapa yang mengucapkan la ilaha illallah, maka jiwanya dan hartanya terjaga dariku kecuali dengan haknya dan atas Allah lah perhitungannya.”?

(Kecuali dengan haknya, dengan  kata  ganti  mudzakar):  yang  dimaksud  dengan haknya adalah hak keislamannya yaitu yang dipahami dari ucapannya, “La ilaha Illallah”. Sedang menurut riwayat Muslim  (kecuali dengan haknya. Dengan kata ganti muannats) maksudnya adalah kecuali dengan hak (ucapan) syahadat.

Sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam (Atas Allah lah perhitungannya) yaitu dalam hal kekafiran dan kemaksiatan (apakah ia mengucapkan kalimat syahadat itu hanya untuk mengelabui orang muslim, atau tidak. Sesungguhnya kita hanya melihat tampak lahirnya saja, dan Allah lah yang mengetahui keadaannya dan Dialah yang akan memperhitungkannya.

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu dalam kitab Sahih Muslim disebutkan,

“Barang siapa yang meninggal sedang ia mengetahui “La ilaha Illallah” maka ia masuk surga.”

Cabang Keimanan Ke-2: Iman Kepada Para Rasul Allah

Iman kepada para Rasul Allah adalah membenarkan segala apa yang datang dari

mereka bahwa semuanya dari Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

“Demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 285)

Hadits Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu dalam “Ash-Sahihain”, yaitu riwayat

tentang pertanyaan Jibril Alaihissalam

“Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab- Nya, dan Rasul-rasul-Nya…” (Al Hadits).‘

Cabang Keimanan Ke-3: Iman Kepada Para Malaikat

Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya sebagaimana jin diciptakan dari api dan manusia diciptakan dari sesuatu yang Allah sifati dalam firman- Nya dengan, turab (tanah), thiin (tanah liat), dan shalshalin kalfakhar (tanah yang terbakar). Keimanan terhadap para Malaikat ini sebagaimana ayat dan hadits yang disebutkan sebelumnya.

Cabang Keimanan Ke-4: Iman Kepada Al-Quran dan Semua Kitab Suci yang Diturunkan

Sebelumnya Sesungguhnya Al-Qur’an menjadi Nasikh (penghapus) bagi semua kitab sebelumnya, dan layak bagi setiap zaman dan tempat sampai hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman,

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.” (QS. An-Nisaa’: 136)

Dan hadits yang telah disebutkan sebelumnya.

1 2Laman berikutnya
Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker