
Iman Kepada Para Rasul
Soal : Bagaimanakah keyakinanmu terhadap para utusan Allah Ta’ala?
Jawab : Aku berkeyakinan, bahwa Allah Ta’ala mempunyai beberapa utusan yang diutus dengan membawa rahmat dan karunia, untuk memberikan kabar gembira kepada orang yang berbuat baik mendapatkan pahala dan memberikan peringatan kepada orang yang berbuat jahat mendapatkan siksaan. Mencrangkan apa yang dibutuhkan manusia dari beberapa hal yang bermaslahat terhadap agama mereka dan dunianya.
Para rasul juga menjelaskan mengenai suatu hal yang dapat mencapai derajat tinggi bagi manusia. Para rasul diperkuat dengan bebcrapa tanda kenabian yang nyata dan beberapa mukjizat yang terang. Permulaan mereka adalah Adam, sedang yang terakhir adalah Nabi kita, Muhammad saw.
Soal : Apakah pengertian Nabi?
Jawab : Nabi adalah manusia yang diberi wahyu syarak, sekalipun tidak diperintahkan untuk menyampaikannya (kepada manusia). Bila diperintahkan untuk menyampaikan kepada mereka, maka dinamakan Rasul.
Setiap Rasul adalah Nabi, bukan sebaliknya.
Soal : Berapakah jumlah para nabi?
qJawab : Secara pasti, tidak diketahui jumlah mereka (karena amat banyak. Allah tidak mencenitakan seluruhnya pada Nabi). Dalam Alqur-an yang mulia, nama mereka yang disebut hanya dua puluh lima orang, yaitu: Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Luth, Ismail, Ishag, Ibrahim, Ya’gub, Yusuf, Ayyub, Syu’aib, Musa, Harun, Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya, Yahya, Isa dan Muhammad saw. Mereka adalah juga para rasul.
Soal: Apakah mukjizat itu?
Jawab : Mukjizat adalah perkara yang luar biasa (dan tidak masuk ala yang ditampakkan kepada seorang yang mengaku menjadi Nab yang sesuai dengan pengakuannya, di mana orang-orang yang ingkar kepadanya tidak mampu melakukan sesamanya.
Soal: Apakah hikmah mukjizat ditampakkan kepada para nabi?
Jawab : Hikmat mulkyizat ditampakkan kepada para nabi, untuk menunjukkan kebenaran pengakuan mereka (bahwa merekala? utusan Allah yang membawa ajaran-Nya).
Sebab, setiap pengakuan yang tidak disertai dalil, tidak aka” didengar. Juga sebagai perbedaan antara mereka (para nabi) dan orang-orang yang mengaku menjadi nabi (nabi palsu).
Mukjizat tersebut menduduki firman Allah Ta’ala: “HambaKu benar tentang apa yang diakui.” (Pengakuannya adalah benar).
Soal: Bagaimanakah penjelasan kalau mukjizat itu menjadi bukti kebenaran para nabi dan sebagai pengganti dari firman Allah: “Pengakuan hamba-Ku adalah benar”
Jawab: Tentang mukjizat demi menunjukkan kebenaran para nabi, adalah bisa dilihat pada contoh di bawah ini:
Kalau seseorang berdiri pada suatu pertemuan, di mana seorang raja besar yang bijaksana hadir di sana dan ketika itu ia mengatakan: “Hai, sekaian manusia, sesungguhnya saya sebagai utusan baginda raja, untuk saudara-saudara sekalian, dan saya sebagai orang kepercayaan beliau di antara kalian. Saya diutus oleh beliau untuk menyampaikan titahnya kepada saudara-saudara. Beliau juga mengerti apa yang saya katakan ini, mendengar apa yang saya ucapkan dan beliau melihat kepada saya. Sebagai bukti kebenaran saya ralah, apabila saya minta beliau untuk berbuat sesuatu yang menyalahi kebiasaan, tentu beliau akan mengabulkan permintaan saya.
Kemudian orang itu membuktikan: Baginda, jika Tuan membenarkan pengakuan hamba ini, maka saya harap Baginda berbuat sesuatu yang manyalahi kebisaan, yaitu berdiri tiga kali berturut-turut. Ternyata baginda raja mengerjakannya.
Dengan demikian orang-orang pun meyakini, kalau orang itu memang benar dalam perkataannya. Perbuatan baginda raja yang menyalahi kebiasaannya itu, sebagai ganti dari sabda beliau: “Pengakuan orang itu adalah benar.” Dan tidak ada seorangpun yang merasa ragu kalau orang itu adalah utusan baginda raja.
Para nabi itu telah mengaku diutus oleh Allah kepada manusia dan Dia mengetahui pengakuan mereka, mendengar dan melihat (gerak-gerik mereka).
Bila mereka minta kepada Allah Ta’ala untuk menampakkan mukjizat-mukjizat yang manusia tidak mampu menjalankannya, maka Allah menolong mereka dan memberikan kekuasaan mereka untuk melakukannya.
Hal itu, sebagai tindakan nyata yang membenarkan kepada mereka secara perbuatan (yang dilihat), laksana pembenaran dengan lidah, bahkan lebih dari itu. Hal itu yang membuat mereka dibenarkan dalam mengaku sebagai Rasulullah.
Mengapa demikian! Sebab Allah Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui dan Maha Kuasa tidak akan membenarkan kepada orang yang bohong.
Lebih dari itu, di samping mukjizat tersebut, sifat dan keadaan mereka telah tersohor amat baik dan sempurna.
One Comment