Kitab Tasauf

Terjemah Kitab Targhib Wat Tarhib Karya Al Mundziri

Terjemahan.ahmadalfajri.com | Terjemah Kitab Targhib Wat Tarhib Karya Al Mundziri

MUKADIMAH

Amma ba’du!

Berdasarkan apa yang telah ditetapkan dalam kurikulum pengurus Sekolah Al-Falah, Al-Hijaziyah, agar mengajarkan kitab hadis yang memberikan targhib dan tarhib (memberikan semangat untuk menjalankan suatu amal dan memberi peringatan agar menjauhi suatu amalan lain) dengan menggunakan urutan Bab Fikih. Maka pengurus sekolah tersebut telah memberikan perintah kepada kami untuk menyusunnya, lalu kami kumpulkan beberapa hadis dengan memohon pertolongan kepada Allah. Nara sumbernya dari kitab At- Targhib wat Tarhib oleh Al-Mundziri, kitab Zawajir oleh Ibnu Hajar, kitab Kasyful Ghummah oleh Al-Quthub Asy-Syekh Abdul Wahhab Asy- Sya’rani dan dari kitab Ihya’ Ulumuddin oleh Imam Ghozali serta beberapa kitab terkenal lainnya.

Sungguh kami telah memberikan komentar dalam catatan kaki buku ini dengan memberitahukan kepada perawi setiap hadis, kitab yang menjadi sumbernya, nomor halaman dan juznya. Begitu juga : sebagian arti kalimat yang diperlukan (namun dalam terjemahan ke Indonesia ini kami letakkan setelah hadis).

Kami mohon kepada Allah, supaya kitab ini bermanfaat dan Allah menjadikan usaha kami ikhlas untuk mencari keridhaan yang mulia, dan Dia-lah yang mencukupi kami dan sebaik-baik Tuhan yang diserahi urusan.

ANJURAN MENCARI ILMU

Rasulullah saw. bersabda:

“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka diberi pengertian tentang ajaran agama.” (H.R. Bukhari, Muslim, begitu juga Al-Munaziri him. 26, juz 1).

Keterangan:

Seorang yang belajar ilmu agama, berarti tanda menjadi orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, begitu juga gurunya.

Rasulullah saw. bersabda:

“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (orang yang tampaknya enggan menerimanya atau orang yang mengetawakan ilmu agama) Seperti orang yang mengalungi beberapa babi dengan permata, lu’lu’ dan emas.”(H.R. Ibnu Majah, dan lain-lain. Begitu juga Al- Mundziri 28/1).

Keterangan:

Hadis tersebut diberi tanda lemah oleh Imam Suyuthi. Kesimpulannya:

1. Mencari ilmu agama adalah wajib.

2. Jangan memberikan ilmu agama kepada orang yang enggan menerimanya, Rasul bersabda:

“Para malaikat menggelar  sayapnya  kepada  penuntut  ilmu  agama  karena  ridha kepada ilmu yang dituntutnya.”

(H.R. Ibnu Asakir. Demikian pula di Jamiush Shaghir, hadis tersebut sahih). Rasul bersabda:

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan mencari ilmu agama, maka bertemu dengan Allah dan tidak ada perbedaan antara dia dan para nabi, kecuali derajat kenabian.” (H.R. Thabrani dalam kitab Ausath, begitu juga Al-Mundziri hlm. 28/1).

Keterangan:

Hadis tersebut mursal (lemah) dari Al-Hasan. Rasul bersabda:

“Dunia ini terlaknat, apa yang di dalamnya terlaknat, kecuali zikrullah, apa yang membantunya, orang alim, dan pelajar.” (H.R. Tirmidzi, begitu juga Al-Mundziri 29/1)

Keterangan:

Imam Suyuthi memberikan tanda hasan pada hadis tersebut.

Maksudnya: Yang disenangi oleh Allah dalam dunia ini hanya zikir, dan apa yang membantunya, pelajar dan orang alim yang menjalankan ilmunya. Bila si alim itu hanya bisa berkata dan tidak menjalankan ilmunya, maka termasuk orang yang tidak disenangi – Allah.

Rasul bersabda:

“Sedekah yang paling utama hendaklah seorang muslim belajar ilmu (agama), lalu diajarkan kepada saudaranya yang muslim.”

(H.R. Ibnu Majah, begitu juga Al-Mundziri 29/1. Imam Suyuthi memberi tanda hasan padanya).

Keterangan:

Sedekah ilmu ini sedekah yang paling disenangi Allah, sebab fungsinya untuk menambah ilmu teman dan meluruskannya, lalu bila dia mengamalkan, maka si pengajar mendapat pahala yang sama . dengan murid yang mengamalkan ilmu itu. Dan tiada para nabi diutus, kecuali untuk menyebarkan ilmu.

“Keutamaan ilmu lebih utama daripada keutamaan ibadah, dan agamamu yang terbaik adalah warak (berhati-hati dari perkara syubhat, apalagi haram).

(H.R. Ibnu Majah, begitu juga Al-Mundziri 29/1).

Keterangan:

Keutamaan ilmu lebih utama daripada keutamaan ibadah, karena fungsi ilmu untuk menambah pengalaman, memberi penerangan, meluruskan perilaku dan salah satu cabang hidayah, sedang ibadah tidak begitu.

“Dari Abu Umamah r.a. berkata: ‘Disebut di muka Rasulullah saw. dua orang lelaki. Salah  satunya  ahli  ibadah  dan  yang  lain  alim,  Lantas  Rasul  saw.  bersabda:

‘Keutamaan orang alim atas ahli ibadah, seperti keutamaan aku atas orang yang terendah di antaramu’.”

Lantas beliau bersabda lagi:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi hingga semut di lubangnya atau ikan (di laut, sungai, tambak atau sumur) sama memintakan rahmat kepada orang-orang yang mengajar kebaikan kepada manusia.”

(H.R. Tirmidzi, begitu juga 4/-Mundziri 30/1). Rasulullah saw.

“Ibadah yang terbaik adalah mengerti tentang ajaran agama bukan lainnya. Seorang yang mengerti ajaran agama lebih memberatkan kepada setan dari seribu ahli ibadah (karena ahli ibadah yang bodoh mudah ditipu dan dia tidak mengerti, bahwa dia ditipu oleh setan). Dan setiap sesuatu terdapat tiangnya, dan tiang agama ini adalah fikih (pengertian tentang ajaran agamanya).”

(H.R. Ad-Daruquthni, begitu juga Al-Mundziri 31):

Keterangan:

Hadis tersebut lemah menurut Imam Suyuthi. Rasulullah saw. bersabda:

“Nila kamu sekalian melewati pertamanan surga, maka mengembalalah (di situ, kamu akan beruntung, dan rohanimu akan terisi sebagaimana layaknya seorang pengembala akan merasa puas, karena ternaknya makan dengan lahap lalu kenyang dan gemuk). Para sahabat berkata: ‘Wahai Rasulullah! Apakah pertamanan surga itu?” Rasul bersabda: ‘Majelis ilmu’.”

(H.R. Thabrani dalam kitab Al-Kabir, begitu juga Al-Mundziri 33/1)

Keterangan: .

Hadis tersebut lemah menurut Imam Suyuthi: Tapi bisa diamalkan.

1 2Laman berikutnya
Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker