
والمستحيلُ: هو الذي لا يُتصور في العقلِ وجوده أي: لا يُصدِّقُ العقلُ بوجوده
Mustahil yaitu sesuatu yang tidak tergambar dalam akal adanya, maksudnya akal tidak membenarkan adanya
فإذا قال قائل: إنَّ الجِرْمَ الفلانيَّ خالٍ عن الحركة والسكون معاً, لا يصدق عقلُك بذلك لأن خلوه عن الحركة والسكون مستحيلٌ لا يُصدقُ العقلُ بوقوعه ووجوده
Jika ada seorang yang mengatakan bahwa benda milik fulan itu terbebas dari gerakan dan diam secara bersamaan, maka akalmu tidak akan membenarkan hal tersebut, karena terbebasnya benda dari gerakan dan diam itu mustahil, akal tidak akan membenarkan terjadinya dan adanya
والجائزُ: هو الذي يصدق العقلُ بوجوده تارةً وبعدمه أخرى, كوجود ولدٍ لزيدٍ
Jaiz yaitu akal membenarkan adanya suatu ketika dan tidak adanya di suatu ketika yang lain seperti adanya anak bagi saya
فإذا قال قائلٌ: إن زيداً له ولد, جوَّز عقلُك صدقَ ذلك، وإذا قال إن زيداً لا ولد له, جوّز عقلك صدق ذلك
Jika ada yang mengucapkan bahwa Zaid memiliki anak, maka akalmu boleh membenarkan hal tersebut dan jika ada yang mengatakan saya tidak memiliki anak maka akan mu kan Benar kan hal tersebut
فوجودُ ولد لزيدٍ وعدمُه جائزٌ يصدق العقلُ بوجودِه وعدمِه.
Maka adanya anak bagi saya dan dia tanya itu boleh, akal membenarkan tentang adanya dan tidak adanya
فهذه الأقسام الثلاثة يتوقف عليها فهم العقائد, فتكون هذه الثلاثة واجبة على كل مكلف من ذكر وأنثى، لأن ما يتوقف عليه الواجب يكون واجباً
Maka 3 dasar ini adalah landasan pemahaman aqidah, maka tidak wajib bagi setiap mukallaf baik itu laki-laki atau perempuan, karena sesuatu yang dibuat untuk melaksanakan wajib maka perkara itu wajib
بل قال إمام الحرمين: إن فهم هذه الثلاثة هي نفس العقل، فمن لم يعرفها، أي: لم يعرف “معنى الواجب” و “معنى المستحيل” و “معنى الجائز” فليس بعاقل
Bahkan imam haromain mengatakan bahwa memahami tiga ini adalah inti dari akal, barang siapa tidak mengetahuinya -maksudnya tidak mengetahui makna wajib mustahil Jaiz- maka dia tidak orang yang berakal
فإذا قيل هنا: القدرة واجبة لله، كان المعنى قدرة لله لا يصدق العقل بعدمها، لأن الواجب هو الذي لا يصدق العقل بعدمه كما تقدم
jika di sini dikatakan, sifat qudrat itu wajib bagi Allah, maka maknanya qudroh itu milik Allah, akal tidak membenarkan ketiadaannya, karena perkara yang wajib yaitu perkara yang akal tidak membenarkan ketiadaanya, seperti yang dahulu
وأما “الواجب” بمعنى ما يثاب على فعله ويعاقب على تركه، فهو معنى آخر ليس مراداً في علم التوحيد، فلا يشتبه عليك الأمر.
Adapun wajib dengan makna sesuatu yang diberi pahala karena melakukannya dan disiksa karena meninggalkannya, maka itu adalah makna lain , tidak dimaksudkan pembahasan ilmu tauhid, Maka jangan bingung
نعم، لو قيل: يجب على المكلف اعتقاد قدرة لله تعالى، كان المعنى يثاب على ذلك ويعاقب على ترك ذلك.
Ya, jika dikatakan wajib bagi mukallaf mengitakadkan qudrat bagi Allah ta’ala maka maknanya Iya diberi pahala karena hal tersebut, dan disiksa karena meninggalkan hal tersebut
ففرق بين أن يقال: اعتقاد كذا واجب، وبين أن يقال: العلم مثلاً واجب
Maka bedakan antara ucapan mengitikadkan begini adalah wajib, dan antara ucapan sifat ilmu itu wajib
لأنه إذا قيل: العلم واجب لله تعالى، كان المعنى أن علم الله تعالى لا يصدق العقل بعدمه
karena Jika diucapkan sifat ilmu wajib bagi Allah, maka maknanya bahwasanya ilmu Allah ta’ala itu tidak dibenarkan akal ketiadaannya
وأما إذا قيل: اعتقاد العلم واجب، كان المعنى يثاب إن اعتقد ذلك، ويعاقب إن لم يعتقد
Jika diucapkan mengikuti sifat ilmu itu wajib, maka maknanya diberi pahala jika mrengitadkan hal tersebut dan di iyaSiksa jika tidak mengikuti hal tersebut
فاحرص على الفرق بينهما، ولا تكن ممن قلَّد في عقائد الدين فيكون إيمانك مختلَفاً فيه، فتخلد في النار عند من يقول: لا يكفي التقليد.
maka carilah terhadap perbedaan keduanya, dan jangan menjadi orang yang Bertaqlid dalam masalah aqidah agama maka imanmu di perdebatkan, maka kamu kekal di neraka menurut seorang yang mengatakan tidak cukup tablet
قال السنوسي: وليس يكون الشخص مؤمناً إذا قال: أنا جازم بالعقائد، ولو قطعت قطعاً قطعاً لا أرجع عن جزمي هذا، بل لا يكون مؤمناً حتى يعلم كل عقيدة من هذه الخمسين بدليلها.
Imam Sanusi berkata:seorang tidak beriman jika mengatakan saya mantap dengan akidah, walaupun aku dipotong potong aku tidak akan mencabut kemantapanku ini, tetapi ia tidak dikatakan Mukmin sampai ia mengetahui setiap aqidah ini dengan dalil dalilnya
One Comment