Bab Pertama: tentang keutamaan akal dan mencela hawa nafsu
Ketahuilah bahwa setiap keutamaan memiliki dasar, dan setiap adab memiliki sumber, dan dasar keutamaan dan sumber adab adalah akal, yang dijadikan Allah pokok agama, dan tiang bagi dunia, maka Allah mewajib perintah karena kesempurnaan aka, dan menjadikan dunia di atur dengan hukum-hukum akal, dan dengan akal Allah menyatukan antara makhluknya dengan berbedaan keinginannya dan kebutuhannya, dan berpedaan harapan nya dan tujuannya, dan allah menjadikan ibadah dua bagian: suatu bagian yang wajib dengan akal, maka dikuatkan syara. bagian lain boleh dlam akan, maka diwajibkan akal, dan akal terhadap keduanya adalah timbangan.
Dan diriwayatkan dari nabi saw. beliau bersabda: soerang tidak menggunakan sesuatu seperti akal, akal dapat mnunjukkan pemiliknya pada petunjuk atau menolaknya dari kejelekan.
Dan diriwatkan dari Nabi saw. beliau bersabda: bahwa segala sesuatu itu memiliki kekuatan, dan kekuatan amal seseoang adalah akalnya, maka dengan sebesar akalnya maka sebesar itu ibadab kepada tuhannya, apakahkalian tidak mendengar firman Allah tentang ucapan orang yang durhaka: jika kita mendengar atau menggunakan akal maka kita tidak termasuk penghuni neraka.
Dan Umar ibn khottob berkata: dasar soseorang adalah akalnya, dan derajatnya adalah agamanya, dan harga dirinya adalah budipekertinya.
Dan Hasan basri berkata: Allah tidak menitipkan seorang akal , kecuali Allah akan menyelamatkan otang tersebut di suatu hari.
Dan sebagian Ahli hikmah berkata: akal adalah sebaik yang diharap, dan kebodohan adalah sejelek musuh.
Dan sebagian ahli adab berkata: teman setiap orang adalah akalnya, dan musuhnya adalah kebodohannya.
Dan sebagian ahli balaghoh berkata: sebaik pemberian adalah akal, dan sebaik musibah adalah kebodohan.
Dan berkata sebagian ahli syiir, yaitu ibrohim ibn hassan:
kebaikan akal pemuda itu menghiasi dalam masyarakat, walupun pekerjaanya di hina.
kerendahan akan pemuda menjelekannya dalam mayarakat, walaupun mulia nasabnya dan drajatnya
seorang pemuda hidup dengan akal dalam masyarakat , bahwa amalnya dan perlakuannya berdssar akal
sebaik pemberian Allah pada seoran adalah akalnya, dan tiada sesuatu yang mendekati akal.
jika Allah menyempurnakan akal seseorang, maka sempurna akhlaknya dan pekerjaanya.
Ketahuilah: bahwa dengan akal dapat diketahui kebenaran perkara, dan dapat dibedakan antara kebaikan dan keburukan, dan akal terbagi menjadi dua: ghorizi (sejak lahiri), dan muktasab (dapat dihasilkan)
Ghorizi adalah akal yang sejati, dan ia memiliki batas yang berhubungan dengan hukum syariat, tidak melewati pada tambahan, dan tidak kurang dari kekurangan, dan dengan akal tersebut manusia berbeda dari seluruh hewan, dan jika sempurna dalam manusia maka dinamakan akal, dan ia dapat keluar dengan akal tersebtu pada batas kesempurnaan, seperti ucapan Sholih ibn Abdul Quddus:
jika sempurna akal seseorang, maka sempurna urusan-urusanya, dan sempurna pemberianya dsn sempurna pujiannya.
dan diriwayatkan dari dohhak dalam firman Alah :” agar engkau memberi peringatan pada orang yang hidup” maksudnya seorang yang berakal.
Para ulama’ berbeda pendapat tentang akal dan tentang sifat akal atas berberapa madzhab yang bermacam-macam:
Sebagian kaum berkata: akal adalah jauhar (sesuat) yang lembut yang digunakan mebedakan kenyataan pengetahuan.
orang yang mengatakan dengan pendapat ini, mereka berbeda pendapat akan tempatnya, sebagian kelompok mengatakan tempatnya adalah otak, karena otak adalah tempat merasakan, dan sebagian kelompok mengatakan tempatnya adalah hati, karena hati tambang kehidupan, dan sumbernya adalah perasa.
Pendapat ini tentangn akal bahwa akal adalah jauhar itu tidak benar karena dua alasan:
Pertama: bahwa jauhar itu sama, maka tidak boleh menetapkan sebagiannya perkata yang tidak ditetapkan kepada lainnya, jika ditetapkan kepada seluruhnya apa yang ditetapkan kepada sebagiannya, maka orang yang memilik akal cukup dengan keberadaan dirinya tidak keberadaan akalnya.
Kedua: bahwa jauhar boleh berdiri dengan dzatnya, jika akal adalah jauhar, maka boleh akal tanpa orang yang berakal, seperti boleh jisim tanpa akal.
Maka dilarang sebab dua alasan ini bahwa akal adalah jauhar.
Dan ulama’ yang lain mengatakan bahwa akal adalah yang menemukan segala sesuatu, berdasar kenyataanya.
pendapat ini walaupun lebih mendekati kebenaran dari yang dahulu, tapi jauh dari kebenaran karena satu alasan, yaitu bahwa menemukan itu termasuk sifat orang yang hidup, dan akal adalah arod, yang muhal untuk hidup, seperti muhal akal itu merasakan enak atau sakit atau suka.
Dan ulama’ yang lain berkata: akal adalah kumpulan ilmu-ilmu yang dloruri. definisi ini tidak mencakup, karena ada global, dan mendapat kemungkinan-kemungkinan. definisinya yang benar adalah: penjelasan yang terbatas yang dapat menghilangkan global dan arah lain.
One Comment