
Qiyamuhu Binafsihi
Pengertian Sifat Qiyamuhu Binafsihi
Arti dari “QIYAMUHU binafsihu” adalah tidak membutuhkan pada tempat dan yang menciptakan. Tempat diartikan sebagai dzat sedang yang menciptakan diartikan sebagai mukhassis.
Dengan demikian berarti dari Allah memiliki sifat “Qiyamuhu binafsihi” adalah bahwa Dia tidak butuh kepada dzat lain sebagai sandarannya dan juga tidak butuh kepada yang menciptakan karena memang Dialah Sang Pencipta segala sesuatu.
Dalil Allah Memiliki Sifat Qiyamuhu Binafsihi
Dalil yang membuktikan Allah memiliki sifat “Qiyamuhu binafsihi” adalah jika seandainya Allah itu membutuhkan suatu tempat atau dzat yang dijadikan sebagai pijakan sebagaimana warna putih butuh suatubtempat untuk melekat, niscaya Allah Ta’ala itu berupa suatu sifat sebagaimana halnya warna putih yang juga berupa sifat.
Allah Ta’ala tidak mungkin berupa sifat karena Allah Ta’ala sendiri memiliki beberapa sifat sedangkan sifat itu sendiri tidak mungkin memiliki sifat lagi. Dengan demikian berarti Allah Ta’ala itu tidak berupa sifat.
Jika seandainya Allah Ta’ala itu butuh kepada yang menciptakan sudah barang tentu Allah itu hadits, dan yang menciptakan Allah juga hadits pula. Bila demikian maka akan terjadilah “Daur dan Tasalsul”. Oleh karenanya maka jelaslah bahwa Allah Ta’ala itu Maha kaya yang memiliki kekayaan mutlak, yakni tidak butuh kepada apapun.
Adapun kekayaan yang dimiliki oleh makhluk itu adalah merupakan kekayaan yang terbatas yakni dia hanya memiliki sesuatu tapi masih butuh yang lain. Hanya Allahlah yang memberikan petunjuk kepada kita semua.
Wahdaniyah
Pengertian Wahdaniyyah
Sifat wajib Allah yang ke 6 adalah “Wahdaniyyah” (Esa) yang artinya adalah bahwa Allah Ta’ala itu Maha Esa dalam Dzat, sifat dan perbuatan-Nya. Esa artinya tidak berbilang.
Yang dimaksud Allah Ta’ala Maha Esa dalam dzat-Nya adalah Dzat Allah Ta’ala tidak tersusun dari berbagai macam anggota bada” Dan susunan inilah yang disebut dengan istilah “Kam Muttashil”. Ada lagi yang memberikan pengertian bahwa tidak ada dzat yang manapun yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini yang menyerupai dan mirip dengan Dzat Allah Ta’ala. Kemiripan semacam inilah yang disebut “Kam Munfashil”.
Dengan demikian berarti ke-Esa-an Allah dalam dzat ini dapat menafikan (menghapus) dua “Kam” tadi, yakni Kam Muttashil fidz dzat dan Kam Munfashil fidz dzat.
Yang dimaksud Allah Esa dalam sifat-Nya adalah bahwa Allah Ta’ala tidak memiliki dua sifat yang sama, baik sama dalam nama maupun artinya ilmu atau dua sifat iradah. Allah Ta’ala hanya memiliki satu sifat qudrah, satu sifat ilmu dan satu sifat iradah. Pendapat ini berbeda dengan pendapat Imam Abu Sahal yang mengatakan bahwa Allah Ta’ala itu memiliki beberapa sifat ilmu sesuai jumlah yang diketahui-Nya. Dan inilah – yakni double-nya sifat Allah – yang dinamakan Kam Muttashil fis sifaat.
Ada lagi yang mengartikan bahwa tak seorangpun yang memiliki sifat yang menyerupai salah satu dari’sifat-sifat Allah dan inilah – yakni ‘ jika ada orang yang memiliki sifat-sifat yang mirip dengan sifat Allah yang disebut Kam Munfasil fis sifaat.
Dengan demikian berarti ke-Esa-an Allah dalam sifat-sifat-Nya telah menafikan adanya Kam Muttashil fis sifaat dan Kam Munfashil fis sifat.
Yang dimaksud dengan Allah Maha Esa dalam perbuatan-Nya adalah tak seorangpun di dunia ini yang memiliki perbuatan yang sama atau mirip dengan perbuatan Allah, karena Allahlah yang menciptakan perbuatan semua makhluk tersebut baik itu perbuatan para Nabi, para malaikatatauyanglainnya.
Mengenai kematian seseorang atau ada orang yang disiksa lantaran menentang kepada salah satu wali Allah misalnya, itu adalah merupaka! sesuatu yang diciptakan Allah bersamaan dengan marahnya sang wali tersebutkarena dia berani menentangnya.
Esa dalam perbuatan tidak boleh ditafsirkan bahwa selain Allah Ta’ala itu memiliki perbuatan sama dengan perbuatan-Nya karena yang demikian itu dapat diartikan bahwa selain Allah juga memiliki perbuatan namun tidak seperti perbuatan Allah. Penafsiran yang demikian ini sam sekali tidak benar karena Allah Ta’alalah yang menciptakan segala perbuatan para makhluk-Nya.
Hal-hal yang terjadi pada diri saudara seperti gerakan tangan ketika memukul si Zaid misalnya itu adalah merupakan suatu gerakan yang diciptakan oleh Allah Ta’ala, karena di dalam Al Qur’an Allah telah berfirman: “Dan Allalah yang telah menciptakan kamu dan (menciptakan pula) semua yang kamu lakukan”.
Mengenai selain Allah merntiliki perbuatan inilah yang dinamakan dengan istilah “Kam Munfashil fidz dzat”‘.
One Comment