
9. ADAB KUNJUNGAN TAKZIYAH
- Apabila engkau mendengar kematian seseorang disun- nahkan bagimu mengucapkan : “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un wa innaa ilaa robbinaa lamungalibuun. Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali, dan sesungguhnya kami kembali kepada Tuhan kami. Ya Allah, tulislah dia di sisi-Mu dalam golongan orang-orang yang berbuat baik dan sampaikan buku catatannya di “Illiyyin dan gantilah dia dalam keluarganya di antara orang-orang yang hidup. jangan Engkau haramkan pahalanya bagi kami dan jangan ttmbulkan fitnah pada kami sesudah ia tidak ada.” kemudian pergilah kepada keluarganya untuk bertakziyah kepada mereka dengan menngankan kesedihan mereka dan menghibur mereka atas musibah mereka serta menceritakan kepada mereka adanya pahala yang banyak atas kesabaran itu dan melarang mereka berkeluh kesah yang menghilangkan pahala dan menyebabkan dosa. Engkau katakan kepadanya : “Semoga Allah membesarkan pahalamu dan membeni kesabaran yang baik atas apa yang menimpamu serta mengampuni dosa orang yang telah meninggal darimu. Bagi Allah apa yang diambilNya dan bagi-Nya apa yang diberikan-Nya segala sesuatu di sis-Nya mempunyai masa tertentu.”
Demikianlah dunia ini dan inilah kesudahan setiap makhluk hidup “Setiap jiwa itu akan merasakan kematian.” (Ali Imran: 185).
Dalam hadits : “Tidaklah seorang mukmin menghibur saudaranya atas musibahnya, melainkan Allah azza wa jalla memakaikan padanya pakaian kemuliaan di hari kiamat.”
- Hendaklah engkau ikut serta dengan keluarga si mayit dalam merasakan kesedihan mereka. Maka jangan menampakkan kegembiraan di hadapan mereka dengan memakai pakaian yang mewah atau tertawa atau tersenyum atau bergurau dengan orang lain dan tidak banyak berbicara atau berbicara tentang keadaan orang yang wafat selama hal itu tdak dimula: »leh keluarga dan para kerabatnya. Ketika itu pujilah dia dan sebutiah kebaikan-kebaikan perbuatannya. Janganlah engkau menyebut sesuatu keburukannya. Nabi SAW. telah bersabda : “Sebutlah kebaikan-kebaikan orang mati di antara kamu dan jangan menyebut keburukan-keburukan mereka.” Dianjurkan melakukan takziyah sebelum penguburan dan sesudahnya dan dihukum makruh sesudah tiga han, karena memperbarui kesedihan. Kecuali bila pelaku takziyah atau orang yang menerima takziyah tidak ada, maka takziyah itu berlangsung hingga ia datang.
- Hendaklah engkau membantu keluarga mayit sesuai kemampuanmu dan berusaha menghadiri shalat atas mayit dan mengantarkan jenazahnya, karena hal itu termasuk hakhak sesama kaum muslimin di samping mempunyai keutamaan yang besar.
Dalam hadits: “Barangsiapa menghadiri jenazah hingga disembahyangi, ia mendapat satu girath, dan siapa yang menghadiri hingga dikubur, ia mendapat dua girath. Ada yang mengatakan: apakah dua girath itu ? Beliau menjawab: “seperti dua gunung besar.”
10. ADAB ORANG YANG MENGALAMI MUSIBAH
- Apabila seseorang mengalami kematian dari salah seorang kerabatnya atau temannya, maka ia harus bersabar dan tabah. Hendaklah ia mengucapkan: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Ya Allah, berilah aku pahala atas musibahku dan gantilah aku dengan yang lebih baik darinya.”
Dalam hadits : “Barangsiapa mengucapkan Itu, maka Allah Ta’ala memberinya pahala dalam musibahnya dan mengganti baginya dengan yang lebih baik dari itu.”
Berkata Ummu Salaman r.a. : “Ketika Abu Salamah wafat, akumengucapkan sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah SAW. kepadaku.” Maka Allah Ta’ala mengganti dengan orang yang lebih baik darinya, yaitu Rasulullah SAW. Dalam hadits lain : “Apabila anak hamba Allah meninggal dunia, Allah Ta’ala berfirman kepada para malaikat-Nya, “kalian cabutnyawa anak hamba-Ku?’ mereka menjawab, ‘Ya.’ Allah Ta’ala berfirman, ‘Kalian mencabut nyawa buah hatinya?’ Mereka menjawab, ‘Ya. ‘ Allah Ta’ala berfirman, ‘ Apakata hamba:Ku?’ Mereka menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan mohon perlindunganMu dengan mengucapkan :Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un. Kemudian Allah Ta’ala berfirman: Bangunlah bagi hamba-Ku sebuahrumahdisurgadannamakanlah ia BaitulHamdi (rumah pujian).”
- Hendaklah ia sangat waspada dari meratapi mayit dengan menyebut kabaikan-kebaikannya disertai tangis dan mengeraskan suara, karena ini menunjukkan bahwa ia tidak ridha kepada keputusan Allah dan takdir-Nya, sedangkan : perbuatan itu adalah haram. Begitu pula menampar pipi, mencakar wajah, merobek pakaian dan memukul dada. Dalam hadits : “Rasulullah SAW. berlepas diri dari wanita yang mengeraskan suaranya dengan meratap dan wanita yang mencukur rambutnya serta merobek bajunya pada waktu terkena musibah.”
Adapun tangis tanpa meratap dan mengeraskan suara, maka tidaklah haram. Dalam hadits: “Ketika Rasulullah SAW., diberitahu tentang kematian anak laki-laki dari putrinya Zainab r.a., berlinanglah air mata beliau. Maka Sa’ad bin Ubadah r.a. berkata kepadanya, ‘Apa gerangan ini ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Iniadalah rahmat yang dijadikan Allah dalam hati para hamba-Nya.’ Sesungguhn ya Allah merahmati hambahamba-Nya yang penyayang.”
11 ADAB BERKUNJUNG UNTUK MEMBERI SELAMAT
- Apabila temanmu lulus dalam ujian atau datang dari bepergian atau sembuh dari penyakit ataumerasakan kesenangan karena suatu sebab, maka dianjurkan bagimu untuk mengunjunginya dan memben selamat kepadanya agar supaya bertambah kegembiraannya dan menjadi kuat kecintaannya kepadamu karena engkau ikut bergembira dengannya. Allah telah membenkan kabar gembira bagi para hamba-Nya yang beriman dengan firman Allah Ta’ala : “Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dan keridhaan dari-Nya serta surga yang di dalamnya mereka mendapat kenikmatan yang kekal.” (At-Taubah : 21).
Ketika diturunkan kepada Nabi SAW. ayat : “Supaya Allah « mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang kemudian” (Al-Fath : 2), pada waktu beliau pulang dari Hudaibiyah, Nabi “SAW. bersabda : “Telah diturunkan kepadaku sebuah ayat yang lebih aku sukai daripada segala yang ada di atas bumi.”
Kemudian beliau membacakannya kepada para sahabat. Maka mereka berkata “Selamat bagimu, ya Rasulullah” (Alhadits).
Nabi SAW. memberi kabar gembira kepada Sayyidah Khadijah r.a. tentang sebuah rumah baginya di surga dari mutiara, tiada keributan di situ dan tiada kepayahan.
Nabi SAW. bertanya kepada Ubay bin Ka’ab r.a., “Ayat manakah yang paling agung di dalam Kitab Allah?” Ubay menjawab, “Ayat Kursi.” Nabi SAW. berkata, “Selamat bagimu atas Imumu, hai Abal Mundzir.”
Rasulullah SAW. berkhutbah di akhir bulan Sya’ban, maka beliau berkata: “Hai sekalian manusia, kalian telah dinaungi oleh sebuah bulan yang agung, bulan yang penuh berkah dan di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan.” (Alhadits). Ini adalah dalil atas anjuran memberi selamat atas kedatangan bulan Ramadhan dan hari Raya.
- Ketika memberi kabar gembira kepada temanmu hendaklah engkau menyambutnya dengan wajah tersenyum dan jiwa yang dipenuhi kegembiraan seraya berkata kepadanya ketika datang dari bepergian : “ Segala puji bagi Allah yang menyelamatkanmu. Atau segala puji bagi Allah yang mempertemukan aku denganmu.” Atau, “Aku ucapkan selamat kepadamu karena engkau telah tiba dengan selamat atau semacam itu.” Dan ketika pulang dari haji, “Semoga Allah menerima hajimu dan mengampuni dosamu serta mengganti biayamu.” Atau, “Semoga menjadi haji yang mabrur dan amal yang disyukuri (diterima) dan perniagaan yang tidak akan merugi.” Ketika memberi selamat atas perkawinan, “Semoga Allah memberi berkah bagimu dan memberi berkah atasmu serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.” Dan ketika bayi lahir, “Semoga Allah memberi berkah bagimu dalam bayi itu dan engkau syukuri Allah yang memberikannya, semoga ia mencapai usia dewasa dan ia berbakti kepadamu.” Sebagai jawaban temanmu kepadamu, ia berkata, “Semoga Allah memberi berkah bagimu dan memberi berkah atasmu. Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan dan semoga Allah mengaruniaimu sepertinya.”
Pada waktu memberi selamat atas kedatangan Ramadhan, “Bulan yang diberkati.” Dan pada waktu hari Raya, “Semoga kita termasuk orang-orang yang kembali dan beruntung dengan ridha Tuhan sekalian alam, setiap tahun dan kamu selalu dalam kebaikan.”
One Comment