
3 MACAM MACAM ADAB PERCAKAPAN
1, Wahai anak tercinta Apabila engkau ingin berbicara pertama kali engkau harus menimbang pembicaraanmu di dalam hatimu.Jika pembicaraan itu pantas, maka ucapkanlah. Kalau tidak, maka diamlah agar engkau selamat dari cacat cacat lisan yang besar. Allah Ta’ala berfirman: “Tidaklah ia mengucapkan suatu perkataan melainkan di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir” (Qaaf : 18).
Dalam hadits: “Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak jelas dan terang maka dapat menggelincirkannya ke neraka lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.”
Dalam hadits juga: “Cobaan/ijian Itu tergantung pada ucapan.” Andaikata ada seorang laki-laki mencela seorang lainnya bahwa ia menyusui anjing, niscaya ia pun menyusuinya. Dalam hadits lain: “Bukankah manusia yang terjerumus dengan muka mereka ke dalam neraka itu hanyalah korban-korban hasil dani lisan mereka.”
Dalam hadits juga: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah sa diam.”
Penyair berkata:
Timbanglah perkataanmu jika engkau berbicara karena ucapan itu menampakkan aib dari keaiban si pembicara
Berbicaralah seperlunya agar tidak terlalu banyak bicara.
Dalam hadits: “Barangsiapa banyak bicaranya, ia pun banyak kesalahannya. Dan siapa banyak kesalahannya, ia pun banyak dosanya. Barangsiapa banyak dosanya, api neraka akan menimpanya.”
Janganlah engkau berbicara dengan semua yang engkau dengar. Dalam hadits: “Cukuplah dosa bagi seseorang bila ia menceritakan semua yang didengarnya.”
- Bicarakanlah hal-hal sesuai dengan suasananya. Janganlah mencentakan hal-hal yang menertawakan pada waktu duka dan jangan pula menceritakan hal-hal yang menyedihkan pada waktu gembira. Jangan menyebutkan hal hal yang menjijikkan pada waktu makan dan jangan menerangkan adanya cacat badaniah apabila di dalam majelis ada orang yang menyandang aib itu agar ia tidak merasa malu atau tersinggung perasaannya. Perhatikanlah pada waktu berbicara agar jangan sampai keluar air liunmu atau bertebaran ludah dan mulutmu. Janganlah sering menunjuk dengan kepala atau tanganmu.
Apabila engkau ditanya tentang sesuatu, maka jawablah dengan ucapan, bukan dengan menggerakkan kepala atau kedua bahu.
Apabila orang lain ditanya, janganlah tergesa-gesa dalam menjawab. Berbicaralah dengan suara sedang agar bisa di. dengar oleh yang diajak bicara, karena suara yang sangat keras mengganggu pendengar dan menunjukkan kekasaran pembicara dan kedunguannya, sedangkan suara yang rendah tidak terdengar oleh orang yang diajak bicara. Jangan terburu-buru pada waktu engkau berbicara agar menjadi jelas dan bisa di mengerti, dan supaya engkau selamat dari pada kesalahan. Adalah Nabi SAW. berbicara dengan perkataan yang jelas dan di mengerti oleh setiap orang yang mendengarnya. Jangan memonopoli (menguasai) pembicaraan semuanya untuk dirimu, tetapi berilah teman dudukmu bagiannya dari pembicaraan itu.
- Apabila seseorang berbicara kepadamu, maka dengarkanlah apa yang dikatakannya dan hadapkan wajahmu kepadanya. Jangan memutuskan pembicaraannya. tetapi tunggulah. hingga ia selesai bicara. Apabila engkau tidak memahami perkataannya, janganlah engkau katakan: “Bagaimana?” “Apa yang anda katakan?” “Aku tidak paham Omonganmu!” akan tetapi gunakanlah ungkapan-ungkapan yang halus seperti, “Tolong ulangi perkataanmu.”
Apabila engkau berbicara dengan seseorang sedang ia tidak memahami pembicaraanmu, janganlah marah. Ulangilah perkataanmu kedua dan ketiga hingga ia memahaminya. Adalah Nabi SAW. apabila mengucapkan suatu perkataan, beliau mengulanginya tiga kali hingga di mengerti. Apabila engkau meminta sesuatu dari seseorang, janganlah engkau katakan, “Lakukan begini” dan “berikan ini, “karena ucapan itu termasuk kata-kata yang kasar. Akan tetapi katakanlah, “Tolong, lakukan ini,” atau “Aku minta tolong agar engkau sediakan itu.” Apabila seseorang memanggilmu, terutama gurumu atau salah seorang dari ibu bapakmu, maka jawablah segera dengan perkataan, “Labbaik/Ya.”
Dalam hadits: Tidaklah seseorang lebih baik akhlaknya daripada Rasulullah SAW. tidaklah salah seorang sahabatnya memanggilnya, melainkan beliau menjawab, “Labbaik.”
Janganiah engkau katakan, “Mau apa kamu?” Karena perkataan itu termasuk kata-kata kasar.
- Jika di dalam majelis ada seseorang yang lebih tua darimu maka janganlah mendahuluinya dalam bicara. Nabi SAW. telah berkata kepada Abdurrahmanbin Sahir.a., “Diamlah, engkau belum dewasa” ketika ia ingin berbicara tentang sesuatu masalah, padahal ia orang termuda.
Apabila engkau berbicara dengannya, gunakanlah kata-kata pengagungan dan penghormatan seperti: Antum, hadrotukum atau janabukum (anda, bapak dan sebagainya). Ketahuilah bahwa penghormatan kepada orang tua memberi kabar gembira tentang panjangnya umur anak muda.
Sebagaimana dalam hadits: “Tidaklah seorang muda menghormati seseorang karena umurnya, melainkan Allah menakdirkan baginya orang yang menghormatinya dikala ia mencapai umur itu.”
Apabila seseorang menceritakan sebuah cerita kepadamu atau mengabarimu tentang suatu kabar, janganlah menghancurkan perasaannya dengan perkataanmu, “Aku telah mendengar cerita atau berita ini,” tetapi diamlah seakan-akan engkau tidak mendengar itu sebelumnya.
- Begitu pula jika ia keliru dalam cerita atau beritanya, janganlah menertawakannya dan jangan pula menyalahkannya dengan kasar. Misalnya engkau katakan kepadanya, “Perkataanmu tidak benar.” Akan tetapi tunjukkan kesalahannya secara halus dengan berkata, “Barangkali begini, menurut perkiraanku begini.” Jika ia tidak menerima peringatanmu, biarkan ia dalam keadaannya.
Janganlah engkau bertengkar dengannya, walaupun kebenaran ada padamu. Dalam hadits: “Barangsiapa meninggalkan perdebatan sedang ia bersalah, didirikan baginya sebuah rumah di tepian surga.”
“Dan barangsiapa meninggalkan perdebatan, sedang ia bersikapbenar, didirikan baginya sebuahrumah disurga tertinggi.” Dalam hadits lain: “Janganlah mendebat saudaramu dan jangan bergurau dengannya.”
“janganlah menjanjikan sesuatu kepadanya, lalu engkau mengingkarinya.” Jika engkau bersalah, lalu diingatkan oleh seseorang, maka terimalah peringatannya dengan gembira dan berterima kasihlah kepadanya atas nasihatnya. Jangan sampai engkau tidak menerima kebenaran, karena hal itu termasuk kesombongan.
Dalam hadits: “Kesombongan itu adalah keengganan menerima kebenaran.”
- Termasuk adab percakapan pula adalah, engkau hindari kata-kata yang keji, caci maki dan pelaknatan.
Dalam hadits: “Bukanlah seorang mukmin itu suka mencaci dan melaknat, berkata keji dan kotor.”
Hendaklah engkau hindari ghibah (pergunjingan) dusta dan mengadu domba.
Allah Ta’ala berfirman : “Janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian lainnya, Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentulah kamu merasa jijik kepadanya” (Al-Hujuraat : 12).
Dalam hadits: “Adalah pengkhianatan yang besar bila engkau menceritakan sesuatu kepada saudaramu yang menaruh kepercayaan kepadamu sedang engkau berdusta kepadanya.” Dalam hadits lain: “Tidaklah masuk surga seorang yang suka mengadu domba.”
Hendaklah engkau tinggalkan sumpah, walaupun engkau benar, Allah Ta’ala berfirman : “Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah sebagai sasaran bagi sumpah-sumpahmu” (al-Baqarah : 224).
Janganlah engkau bicara dengan kebodohan. Apabila engkau ditanya tentang sesuatu yang tidak engkau ketahui, janganlah engkau malu berkata, “Allah lebih tahu,” atau “Aku tidak tahu.” Jawaban tersebut tidak menurunkan derajatmu, bahkan mengangkat kedudukanmu di sisi Allah dan manusia dan menunjukkan kekuatan agamamu serta kesucian hatimu sehingga engkau mendapat pahala ilmu. Oleh sebab itu Asy Sya’bi rahimahullah berkata, “Saya tidak tahu” adalah separuh ilmu.
- Hendaklah engkau berhati-hati pula dalam pembicaraanmu dan menyiarkan rahasia dan bergurau yang tidak pantas, karena hal itu menimbulkan dendam, dan dan banyak tertawa atau tertawa yang keras serta wajah cemberut Rasulullah SAW. bersabda “Sesungguhnya Allah Ta’ala membenci orang yang cemberut dihadapan saudara-saudaranya.”
Janganlah bersikap sombong. angkuh dan suka membanggakan diri.
Allah Ta’ala berfirman: “Maka janganlah kamu mengatakan -: dirimu suci. Dialah (Allah) yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (An-Najm : 32).
Janganlah kamu mengejek seseorang atau menirukan perkataan dan perbuatannya atau menyindir sesuatu aibnya atau mencelanya dengan julukannya.
Allah Ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka(yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olokkan)lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganiah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk” (Al-Hujuraat : 11).
Apabila seorang yang bodoh mengganggumu dengan pembicaraan maka janganlah menjawabnya.
Penyair berkata:
Jika orang bodoh bicara, jangan menjawabnya lebih baik diam daripada menjawab Aku diamkan orang bodoh hingga ia menyangka aku tak mampu menjawab, padahal aku tetap mampu
One Comment