Kitab Tauhid

Terjemah Kitab Kifayatul Awam Lengkap

Qidam

Pengertian Qidam

Arti daripada qidam adalah tidak ada permulaannya. Ini berarti bahwa yang dimaksud dengan Allah memiliki sifat qidam adalah wujudnya Allah Ta’ala tidak ada permulaannya. Hal ini sangat berbeda dengan si Zaid misalnya, yakni wujudnya Zaid ada permulaannya, yaitu . sejak dari diciptakannya air sperma yang mana dia diciptakan dari air sperma tadi.

Beda Pendapat Antara Qadim Dan Azali 

Ada beda pendapat tentang apakah antara QADIM (qidam) dan Azali itu satu makna atau masing-masing mempunyai arti yang berbeda?

Bagi yang mengikuti pendapat pertama (memiliki arti sama) ia mendifinisakan QADIM dengan kata “MAALAAAWWALA LAHU” dengan mengartikan kata “MAA” dengan “SYAI-UN? sesuatu, yakni sesuatu yang tidak mempunyai permulaan, sedang Azali adalah “ASYSYAI-U ALLADZI LAAAWWALALAHU”, sesuatu yang tidak memiliki permulaan” sehingga hal ini akan mencakup Dzat Allah dan segala sifat-sifat-Nya. Sementara yang mengikuti pendapat kedua (yang memiliki arti berbeda) dia mendifinisikan QADIM sebagai sesuatu yang wujud yang tidak mempunyai permulaan dan mendifinisikan Azah sebagai sesuatu yang tidak memiliki permulaan. Azali ini akan mencakup segala yang wujud dan yang tidak wujud dan Azali ini lebih umum dibanding QADIM,

Kedua hal tersebut dapat bertemu pada Dzat dan sifat Allah yang ada seperti Qudrah, Iradah dan lain sebagainya, sehingga dapat dikatakan bahwa Dzat Allah itu Azali (dan juga dalam Qadim). Demikian pula qudrah Allah juga Azali (dan Qadim pula).

Azali ini dapat berdiri sendiri pada “ahwaal” (sifat-sifat maknawiyah), sebagaimana Allah Ta’ala memiliki sifat qudrah (kuase menurut pendapat yang menyetujui adanya “ahwaal” tadi. Karena Allah Ta’ala itupun azali juga menurut pendapat ini, dan dia tidak dapat dikatakan Qadim lantaran kita telah mengetahui bahwa QADIM itu hans dibarengi dengan wujud, sementara qudrah sendiri tidak akan dapal sampai kepada tingkatan wujud karena wujud itu adalah merupakan keadaan,

Dalil Yang Membuktikan Allah Ta’ala Qidam

Bukti yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala itu qidam adalah jika seandainya Allah Ta’ala itu tidak qidam (ada permulaannya) sudah barang tentu Allah Ta’ala itu hadits (baru diciptakan) karena antara qidam dan hadits itu tidak ada perantaranya sehingga setiap sesuatu yang terlepas dari qidam pasti ia hadits dan jika Allah Ta’ala itu hadits sudah barang pasti ada pencipta yang menciptakan-Nya, sedang yang menciptakan Allah akan butuh kepada yang menciptakannya lagi. Demikian pula seterusnya. :

Tasalsul Dan Daur

Jika para pencipta Allah itu adalah selalu berurutan tanpa ada habisnya berarti itu akan terjadi “tasalsul”, yakni pertalian sesuatu dengan yang lain tanpa ada batas akhirnya, toh tasalsul yang demikian ini sangat mustahil terjadi,”

Bila pertalian para pencipta Allah itu ada batas akhirnya seperti jika pencipta yang telah menciptakan Allah itu terlebih dahulu diciptakan oleh Allah Ta’ala maka akan terjadilah “daur” yakni pertautan sesuatu kepada yang lain dan yang lain itu bertaut kembali kepada yang pertama lgi.

Dengan demikian berat jika seandainya Allah Azza Wajalla itu  ada yang menciptakan maka sudah barang pasti Dia akan sangat tergantung kepadanya, padahal kita semua telah berkeyakinan bahwa Allahlah yang menciptakan segala apa yang ada di dunia ini sehingga semuanya sangat bergantung kepada Allah.

Daur dalam hat ini sangat mustahil terjadi, yakni hal tersebut tidak akan dibenarkan oleh akal, sedang yang mendatangkan kepada daur dan tasalsul yang muhal itu berarti ada-kesimpulan bahwa Allah Azza Wajalla itu hadits, padahal Allah Ta’ala muhal jika Dia hadits karena setiap sesuatu yang telah sampai kepada tataran muhal berarti itu muhal pula.

Kesimpulan Dalil Qidam

Kesimpulan dari dalil qidam di atas adalah jika seandainya Allah Ta’ala itu tidak qidam atau dengan kata lain Dia itu hadits pasti Dia butuh kepada yang menciptakan. Jika demikian maka akan terjadilah daur dan tasalsul, toh keduanya itu tidak mungkin terjadi. Bila memang Allah Ta’ala itu muhal hadits maka Dia wajib qidam dan inilah yang harus terjadi.

Demikian inilah yang disebut dengan “dalil ijmali” tentang Allah QIDAM dan dengan mengetahui dalil inilah seseorang akan terlepas dari belenggu taqlid yang menyebabkan dia akan kekal di neraka menurut pendapat Imam Ibnu Arabi dan Imam Sanusi sebagaimana penjelasan terdahulu

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25Laman berikutnya
Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker