
Kalam
Pengertian Kalam
Sifat wajib Allah yang ke tigabelas adalah Kalam (berbicara), yakni suatu sifat Qadim yang berada pada dzat Allah Ta’ala. Pembicaraan (kalam) Allah itu tidak menggunakan huruf dan juga tidak bersuara, tidak ada permulaan dan juga tidak ada akhirnya: tidak memakai susunan dan tidak ada binaknya. Berbeda dengan pembicaraan makhluq.
Al Qur’an Bukan Kalam Allah
Yang dimaksud kalam Allah bukan lafadz-lafadz syarifah (Al Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. itu, karena Al Qur’an an tersebut baru saja diturunkan, sementara sifat kalam yang ada pada Allah Ta’ala itu Qadim (ada sejak dahulu kala).
Al Qur’an yang ada pada kita itu pada permulaannya, ada akhirnya, ada surat-suratnya dan ada ayat-ayatnya. Sedang sifat kalam yang Qadim terlepas dari semua itu sehingga disana tidak terdapat ayat, surat maupun i’rabnya, karena semua itu (Al Qur’an) adalah merupakan kalam yang mengandung berbagai macam huruf dan suara, sedangkan pada sifat kalam Qadim tidak terdapat huruf dan suara sebagaimana penjelasan terdahulu.
Lafadz-lafadz syarifah (Al Qur’an) tidak dapat menunjukkan adanya sifat kalam Allah yang Qadim tadi. Maksudnya sifat kalam Allah yang Qadim itu ada pada pemahaman Al Qur’an yang artinya bahwa pemahaman dari Al Qur’an itu sama persis dengan pemahaman yang ada pada kalam Allah yang Qadim sehingga seandainya tabir telah terbukti dari kita niscaya kita akan dapat mendengarkannya.
Kesimpulannya adalah bahwa lafadz-lafadz yang ada pada Al Qur’an itu menunjukkan suatu makna dan makna ini sama persis dengan pemahaman dari kalam Qadim yang ada pada dzat Allah Ta’ala. Tolong perhatikan perbedaan ini karena banyak orang salah membedakannya.
Masing-masing dari sifat Qadimah dan lafadz-lafadz syanifah biasa disebut dengan namaAl Qur’an atau kalam Allah. Hanya saja bedanya bahwa lafadz-lafadz syarifah (Al Qur’an)itu diciptakan dan ditulis di Laukh Al Mahfudz yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw setelah terlebih dahulu Al Qur’an tersebut diturunkan pada – Lalatul Oadar di Baitul Izzah sebuah tempat yangadadi langit dunia yang ditulis pada beberapa lembar kertas dan kemudian disimpan di sana.
Bagaimana cara alqur’an diturunkan?
Mengenai bagaimana cara Al Qur’an diturunkan, ada beda pendapat di kalangan ulama, yakni:
Pertama : Ada yang mengatakan Al Qur’an diturunkan di Batul Izzah dalam satu kali turun, baru kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. pada masa 20 th, 23 th, atau 25 tahun.
Kedua : Al Qur’an diturunkan di Baitul Izzah pada malam Qadar sesuai dengan ukuran yang ditentukan tiap tahunnya dan ta tidak diturunkan dalam sekali turun.
Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. itu berupa lafazh dan maknanya, namun ada yang berperidapat maknanya saja.
Tentang cara turunnya Al Qur’an ini dikalangan ulama terjadi perbedaan pendapat. Sebagian ulama mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. mengucapkan makna dan lafadznya, sedang ulama lain mengatakan bahwa malaikat Jibril Lah yang mengucapkan lafadznya.
Yang jelas bahwa Al Qur’an itu diturunkan berupa lafazh dan maknanya. Dengan demikian berarti sifat kalam yang ada pada dzat Allah Ta’ala itu Qadim yang tidak menggunakan huruf dan tidak ada suaranya.
Jawaban Kelompok Ahlussunnah Kepada Kelompok Mu’tazilah Mengenai Sifat Kalam
Kelompok Mu’tazilah merasa bingung tentang adanya kalam (ucapan) tanpa menggunakan huruf, kemudian kelompok Ahlussunnah memberikan jawaban bahwa bisikan hati adalah merupakan ucapan seseorang di dalam hati yang tidak menggunakan huruf dan suara.
Dalam hal ini bukan berarti orang-orang Ahlussunnah menyamakan kalam Allah Ta’ala dengan bisikan hati karena kalam Allah itu Qadim sementara bisikan hati adalah hadits. Akan tetapi tujuannya adalah untuk mengcontre pendapat orang-orang Mu’tazilah yang mengatakan tidak ada ucapan yang tanpa menggunakan huruf dan suara.
Dalil Yang Membuktikan Allah Memiliki Sifat Kalam
Dasar yang membuktikan bahwa Allah Ta’ala memiliki sifat kalam adalah firman-Nya dalam Al Qur’an: “Dan Allah telah berbicara dengan Nabi Musa dengan sebenar-benar pembicaraan.”
Keterkaitan (Ta’alluq) Sifat Kalam
Sifat kalam ini memiliki keterkaitan yang sama dengan sifat ilmu, yaitu berkait pada sesuatu yang wajib, yang jaiz dan yang mustahil. Hanya saja keterkaitan sifat ilmu dengan hal-hal tersebut merupakan ta’alluq inkisyaf yang artinya bahwa segala yang wajib, yang jaiz dan yang mustahil akan menjadi jelas oleh Allah Ta’ala melalui ilmu-Nya, sementara keterkaitan sifat kalam dengan hal-hal tersebut adalah merupakan ta’alluq dalalah yang maksudnya andaikan hijab telah dibuka dari kita dan kita dapat mendengarkan kalam Qadim tersebut niscaya kita akan dapat memahaminya.
One Comment