
DUA MACAM PENYAKIT
Penyakit ada dua macam: Penyakit fisik dan penyakit non fisik. Penyakit fisik adalah penyakit yang disebabkan oleh kelebihan materi dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi-fungsi normal tubuh seharihari. Ini adalah penyakit umum. Penyebabnya adalah mengonsumsi makanan lain sebelum makanan dalam tubuh tercerna dengan sempurna. Atau mengonsumsi makan secara berlebihan dari kebutuhan tubuh sendiri. mengonsumsi makanan yang kurang berguna. mengonsumsi makanan yang sulit dicerna atau banyak mengonsumsi berbagai jenis makanan. Kalau seseorang terlalu sering mengonsumsi makanan-makanan seperti itu dan terbiasa mengonsumsinya. akan mengakibatkan berbagai macam penyakit. ada yang mudah diatasi ada juga yang sulit disembuhkan. Kalau seseorang mengonsumsi makanan secara seimbang, yakni hanya mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan tubuh seimbang dalam porsi dan kualitasnya, tubuh akan dapat mengambil manfaat dari semua makanan tersebut lebih banyak daripada makanan yang banyak jumlahnya.
Makanan memiliki tiga tingkatan: pertama, tingkat yang dibutuhkan oleh tubuh. Kedua, tingkat memadai. Ketiga. tingkat kemewahan. Nabi telah mengajarkan, bahwa seseorang cukup mengonsumsi beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. sehingga staminanya tidak melorot dan tubuh tidak menjadi lemah. Kalau lebih dari itu, bisa saja ia mengonsumsi makanan sepertiga volume yang bisa ditampung oleh perut, sepertiga lagi untuk minuman dan sepertiga lagi untuk napas. Demikianlah yang paling bermanfaat bagi tubuh dan hati, karena kalau perut itu sudah penuh dengan makanan, maka minuman akan sulit masuk. Kalau dipenuhi dengan minuman, maka ia akan sulit bernapas sehingga akan mudah capek dan terkena penyakit, seperti layaknya wanita yang hamil karena membawa beban berat. Di samping konsekuensi lain, seperti kerusakan hati dan kelemahan organ-organ tubuh untuk menjalankan ibadah. bahkan terdorong untuk melakukan perbuatan maksiat yang menjadi konsekuensi syahwat yang tidak tertahankan.
Perut yang penuh oleh makanan dapat membahayakan hati dan tubuh.“ Itu kalau sering terjadi atau bahkan terus-menerus. Tetapi kalau sesekali saja, tidak apa-apa. Abu Hurairah -pernah minum susu di hadapan Nabi secara terus menerus sampai ia
berkata, “Demi Zat yang telah mengutus engkau dengan membawa kebenaran,
rasanya perutku sudah tidak bisa menampung susu ini lagi.”
Para sahabat juga pernah makan di hadapan Nabi secara terus menerus hingga kenyang. Terlalu kenyang justru melemahkan stamina dan tubuh, meskipun tubuh akan tumbuh subur. Tubuh hanya akan menjadi kuat dengan takaran makanan yang diterimanya, bukan karena banyaknya makanan.
Karena pada diri manusia terdapat unsur tanah, unsur udara dan unsur air. Maka, Nabi juga membagi perut manusia untuk menampung ketiga unsur tersebut. Kalau ada orang bertanya, “Mana lagi tempat untuk unsur api pada tubuh manusia?” Ini persoalan yang dikaji oleh kalangan kedokteran. Mereka menyatakan, “Memang benar tubuh mengandung unsur api tetapi bukan bersifat materi melainkan berupa reaksi. Api merupakan salah satu dari empat unsur sixtosit” (unsur substansial) pada tubuh.
Namun banyak kalangan terpelajar lain baik dari kalangan medis atau yang lainnya, yang menentang pendapat mereka. Para penentang pendapat tersebut menyatakan: Tubuh tidak mengandung unsur api sedikitpun meksipun secara reaksional. Mereka memiliki beberapa alasan:
Sudut Pandang Pertama
Bahwa unsur api bisa diklaim sebagai unsur yang turun dari langit lalu bercampur dengan unsur-unsur lain yakni unsur air dan bumi. Bisa juga dikatakan bahwa unsur ini lahir dan tercipta dengan sendirinya.
Kemungkinan pertama jelas mustahil. karena dua alasan juga. Alasan pertama, karena secara alami api itu justru selalu naik ke atas. Kalau ia turun. berarti ia meninggalkan pusat keberadaannya menuju alam dunia ini. Alasan kedua, bahwa ketika api itu turun dari langit, ia harus melewati rotasi uap kapur yang amat dingin sekali. Kita telah menyaksikan sendiri di dunia ini bahwa api yang sebesar apapun akan bisa dipadamkan dengan air yang lebih sedikit. Lalu bagaimana mungkin unsur- unsur api tersebut akan bisa melalui rotasi uap kapur di antariksa yang amat dingin
sekali dan ukuran yang juga amat besar sekali. sudah pasti unsur-unsur itu akan padam.
Alasan Kedua: Kalau dikatakan bahwa unsur api itu tercipta dengan sendirinya, itu jauh lebih tidak mungkin lagi. Karena unsur yang menjadi api sebelum tercipta menjadi api tentunya memiliki wujud, seperti tanah, air atau udara. karena unsur yang ada hanyalah empat itu saja. Calon api itu dahulunya menyatu pada salah satu dari unsur tersebut, bersenyawa dengannya. Unsur yang bukan api kalau bertemu dengan unsur-unsur besar yang juga bukan api juga bukan merupakan bagian dari api, tentu saja tidak siap untuk berubah menjadi api. Karena pada hakikatnya unsur itu bukanlah api. Unsur-unsur yang bercampur dengan api itu adalah unsur dingin, bagaimana mungkin akan siap berubah menjadi api?
Kalau ada yang menyela: Kenapa tidak mungkin kalau ternyata sudah ada unsur- unsur api yang merubah unsur-unsur lain itu menjadi api karena bercampur dengannya?
Jawabannya, bahwa ulasan terhadap proses terwujudnya unsurunsur inti api itu sendiri sama dengan ulasan pertama.
Kalau ada yang menjawab: Karni melihat sendiri, bahwa ketika batu kapur yang telah dibakar dan padam diperciki kembali dengan air, api pun keluar terpisah darinya. Kalau sinar matahari mengenai kaca pembesar, akan muncul api. Kalau batu kita pukul dengan besi, akan terlihat api memercik. Semua jenis api tersebut tercipta ketika terjadi percampuran unsur. Kenyataan ini menggugurkan apa yang telah disimpulkan oleh penulis pada bagian pertama di atas.
Mereka yang tidak menerima kesimpulan itu menyatakan: Kami tidak mengingkari bahwa bila dua benda digesekkan dengan keras akan timbul percikan api, seperti batu yang dipukul dengan besi. Demikian juga dengan pemanasan melalui media sinar matahari yang mampu menghasilkan api, yakni ketika diarahkan ke kaca pembesar. Akan tetapi pada jenis tumbuhan dan hewan, kami menganggap itu mustahil.
Karena tidak ada unsur gesekan yang dapat menimbulkan api, hewan dan tumbuhan juga tidak memiliki transparansi dan penyimpan cahaya yang setara dengan kaca pembesar. Bagaimana tidak? Bukankah sinar matahari juga mengenai tubuh mereka, tetapi tidak timbul api sedikitpun? Karena cahaya tidak bisa menembus perut mereka. bagaimana mungkin akan timbul api?
Sudut Pandang Kedua
Dalam pokok persoalan ini, kalangan medis bersepakat. air yang mendekam lama bisa mencapai suhu yang panas sekali secara alami. Kalau suhu panas itu disebabkan oleh unsur api. tentu itu mustahil. Karena unsur api yang demikian ringan bagaimana bisa bertahan dalam unsur-unsur air dalam waktu yang amat lama sekali tanpa menjadi padam? Padahal api yang besar sekalipun bisa dipadamkan dengan air yang sedikit saja.
Sudut Pandang Ketiga
Kalau secara reaktif hewan dan tumbuhan itu mengandung unsur api. tentunya akan kalah oleh unsur air yang ada di dalamnya. Unsur api akan didominasi oleh unsur air. Unsur yang kalah karena didominasi oleh unsur lain pasti akan berubah jenisnya menjadi sama dengan unsur yang mendominasinya. Karena secara aksiomatik unsur api yang demikian kecil pasti akan berubah menjadi air yang menjadi lawan dari api.
Sudut Pandang Keempat
Sesungguhnya Allah menyebutkan penciptaan manusia dalam Al-Qur an dalam banyak ayat. Pada sebagian ayat Allah menyebutkan bahwa manusia diciptakan oleh- Nya dari air. Pada sebagian ayat. Allah menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah. Namun di ayat yang lain, Allah menceritakan bahwa manusia diciptakan oleh- Nya dari senyawa air dengan tanah, yakni tanah liat. Sementara dalam ayat lain lagi Allah menyebutkan bahwa manusia diciptakan oleh-Nya dari tanah bakar, yakni sama dengan tembikar. Tanah bakar artinya tanah yang dipanasi oleh sinar matahari dan didinginkan oleh angin sehingga berubah wujud menjadi shalshal yang menyerupai tembikar. Namun tidak dalam satu ayat pun Allah menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari api. Bahkan penciptaan dari api itu merupakan ciri khas penciptaan Iblis.
Diriwayatkan dengan shahih dalam Shahih Muslim dari Nabi bahwa beliau bersabda:
“Para malaikat itu diciptakan dari cahaya. Iblis itu diciptakan dari api. Sementara Adam
diciptakan dari bahan yang telah dilukiskan kepada kalian.”
Hadits ini tegas. bahwa Allah menciptakan Adam hanya dari bahanbahan yang telah disebutkan oleh Allah dalam Kitab-Nya. Sementara Allah tidak pernah menceritakan dalam Kitab-Nya bahwa Dia menciptakan Adam dari api, dan tidak pernah pula menyebutkan bahwa dalam unsur ciptaannya, Adam mengandung unsur api.
Sudut Pandang Kelima
Paling tidak, yang bisa mereka jadikan sebagai alasan hanyalah suhu panas yang mereka saksikan pada tubuh hewan, yakni bahwa itu menunjukkan adanya unsur api. Padahal tidak ada indikasi ke arah itu. Karena sebab adanya suhu panas lebih umum dibandingkan dengan api. Suhu panas terkadang bisa berasal dari api, tetapi terkadang juga bisa berasal dari aktivitas, atau dari pantulan sinar. dari temperatur panas udara atau karena berdekatan dengan api. Dan semua itu harus melalui media temperatur udara yang panas. Panas tidak harus berasal dari api.
Kalangan yang mendukung pendapat adanya unsur api pada manusia” menyatakan: Sudah dimaklumi bahwa kalau air dan tanah bercampur pasti akan mengeluarkan panas sehingga campuran kedua unsur itu menjadi bersenyawa dan matang. Kalau itu tidak terjadi, berarti salah satu unsur belum bersenyawa atau bersatu dengan unsur lainnya. Demikian pula halnya apabila kita menaburkan bibit tanaman di atas tanah liat yang tidak bisa ditembus oleh air dan sinar matahari, tentu bibit itu akan rusak. Maka realitanya adalah bahwa dalam senyawa dua unsur itu tercipta unsur yang menjadi ‘masak’ dan matang secara alami. Kalau itu terjadi, berarti unsur api memang ada. Kalau tidak terjadi proses tersebut, berarti senyawa dua unsur tersebut tidaklah terpanasi dengan sendirinya. Kalaupun ada unsur pemanas alami hanyalah bersifat reaksi. Kalau reaksi panas itu hilang maka unsur yang ada tidak akan menjadi panas secara alami, secara reaktif juga tidak berubah menjadi panas. Bahkan akan menjadi dingin sekali. Akan tetapi kenyataannya di antara jenis makanan dan obat-obatan ada yang menjadi panas secara alami. Maka terbukti panas itu terjadi semata-mata karena adanya ester api.
Juga, kalau tubuh tidak mengandung unsur pemanas, tentunya akan mengalami rasa dingin yang amat sangat. Karena kalau secara alami sudah mengarah ke suhu dingin sementara tidak ada unsur logam atau unsur penghantar panas lain yang mengantisipasinya, pasti akhirnya sampai pada titik beku. Bila itu terjadi, tubuh tidak akan memiliki? sensitifitas terhadap suhu dingin lagi. Karena suhu dingin sudah sampai kepadanya. Suhu tidak akan bereaksi bila bertemu suhu yang sama. Kalau tidak bereaksi, berarti juga tidak bisa merasakannya. Kalau tidak bisa merasakan dingin, berarti juga tidak akan terganggu oleh hawa dingin tersebut. Kalau dingin yang menyerang lebih rendah suhunya, tentu lebih tidak terasa lagi. Kalau tubuh tidak mengandung unsur pemanas secara alami, tentunya tubuh tidak akan bereaksi karena hawa dingin dan tidak akan terganggu sama sekali.
Namun pendapat mereka itu dibantah: Sesungguhnya dalil-dalil kalian itu hanyalah membantah pendapat mereka yang menyatakan bahwa unsur-unsur api itu tetap utuh ketika terjadi percampuran dengan unsur lain, tetap menjadi api dan tetap memiliki karakter sebagai api. Namun kami tidak berpendapat demikian. Kami hanya berpendapat bahwa materi api akan rusak bila terjadi percampuran dengan unsur lain (air).
Ada lagi sebagian orang yang berpendapat: Kenapa tidak bisa dikatakan misalnya bahwa ketika tanah, air dan udara bercampur, panas yang dapat memasak campuran tersebut hingga matang adalah panas sinar matahari atau benda langit lainnya. Lalu hasil komposisi ketiga unsur tersebut ketika sampai pada titik masak yang optimal, tentu akan responsif terhadap karakter komposisif tersebut dengan media panas yang ada, baik benda itu tumbuhan, hewan ataupun logam. Kenapa tidak mungkin bila dikatakan bahwa sumber panas pada komposisi ketiga unsur tersebut adalah faktor karakteristik dan energi yang diciptakan oleh Allah saat terjadi persenyawaan, bukan unsur-unsur api khusus yang bersifat reaktif? Kalian tidak akan mempunyai alasan untuk menolak adanya kemungkinan tersebut sama sekali. Banyak kalangan medis terkemuka yang mengakui hipotesis tersebut.
Sementara mengenai ulasan tentang sensitifitas tubuh terhadap hawa dingin, kita tegaskan: Itu menunjukkan bahwa tubuh mengandung unsur panas dan unsur
penghangat. Tidak ada yang menolak hal itu. Akan tetapi mana indikasi bahwa yang bisa menjadi penghangat itu hanyalah unsur api? Meskipun setiap api bisa menjadi penghangat. tetapi logikanya tidak bisa dibalik begitu saja. Bahkan realita justru menunjukkan sebaliknya, “Di antara unsur penghangat adalah api.” Adapun berkaitan dengan pendapat kalian bahwa bentuk asli api itu akan dengan sendirinya rusak. maka jawabannya bahwa kebanyakan kalangan medis berpendapat bahwa bentuk asli api tersebut tidaklah rusak. Pendapat yang mengatakan bentuk asli api itu rusak adalah pendapat yang keliru. Kalangan medis mutakhir kalian telah mengakui kekeliruan pendapat itu dalam sebuah buku berjudul Asy-Syifaa. Ia berhipotesis bahwa semua jenis unsur tersebut tetap utuh seluruhnya sesuai dengan struktur alaminya ketika bersenyawa dengan unsur lain. Semoga Allah memberikan taufik-Nya.
One Comment