
6 ADAB BERKUNJUNG DAN MINTA IZIN
- Wahai anak, patutlah engkau memperhatikan kunjungan kepada para kerabatmu, karena hal itu termasuk silaturahmi. Hendaklah engkau perhatikan pula kunjungan kepada teman-temanmu agar supaya terwujud cinta yang kekal diantara engkau dan mereka.
Dalam hadits : “Barangsiapa menjenguk orang sakit: atau menjenguk saudaranya karena Allah, dua malaikat berseru : bahagialah kamu dan baiklah perjalananmu dan engkau tempati surga sebagai rumahmu.”
- Engkau harus memelihara adab-adab kunjungan:
Yaitu engkau minta izin lebih dulu sebelum masuk dengan berdiri di muka pintu sebelah luar sehingga engkau tidak melihat kepada yang di dalam rumah.
Dalam hadits : “Sesungguhnya dijadikannya minta izin untuk menjaga pandangan.”
Sunnahnya ialah engkau ucapkan salam, kemudian engkau minta izin seraya mengucapkan, “Assalamu’alaikum.” Bolehkah saya masuk ?
Apabila pintu terbuka, menghadaplah ke sisi kanan atau kiri. Sebagaimana dalam hadits : “Adalah Rasulullah SAW. apabila mendatangi pintu orang lain tidak menghadap pintu dari deparmya, tetapi dari sisinya yang sebelah kanan dan kiri, Kemudian beliau mengucapkan, “Assalamu’alaikum, assalamu’alaikum.” Hal itu disebabkan rumah-rumah pada waktu itu tidak memakai tabir.”
- Bilamana pintunya tertutup, maka ketuklah ia denganpelan. Jika ia mempunyai bel, maka bunyikanlah bel itu tanpa mengejutkan dan tidak dengan Keras. Allah telah mengajari kita adab minta izin dalam firman Allah Ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu (selalu) ingat” (An-Nuur ” 27). Jika kamu tidak menemukan seseorang, maka janganlah memasukinya hingga diizinkan bagi kamu.
- Minta izin itu dilakukan tiga kali. Dalam hadits: “Apabila Seseorang dari kamu minta izin tiga kali, tetapi tidak diizinkan baginya, maka hendaklah ia pulang.” Apabila dikatakan kepadamu : Siapa kamu? atau siapa di pintu ? Maka jawablah dengan menjelaskan namamu. Jangan katakan : saya atau temanmu atau saya termasuk orang yang mencintaimw/ menyayangimu, atau semacam itu, kecuali jika tuan rumah .mengenaimu dengan suaramu.
Jika demikian, tidaklah mengapa. Dalam hadits Mi’raj : Ketika Jibril minta dibukakan pintu, dikatakan kepadanya: “Siapa ini?”
Jibril menjawab,”Jibril.” Sahabat Jabir r.a. berkata : Aku mendatangi Nabi SAW., lalu kuketuk pintu. Kemudian beliau berkata, “Siapa ini?” Aku menjawab, “Saya.” Maka Nabi SAW. “berkata, “Saya, saya,” nampaknya beliau tidak menyukainya.
Seorang laki-laki Mengetuk pintu rumah seorang alim ulama’. Orang alim itu berkata, “Siapa?” Orang itu menjawab, “Saya.” Maka orang alim itu berkata, “Saya tidak mengenal seorang pun di antara teman-teman kami yang bernama: Saya.”
Jika dikatakan kepadamu: “Tuan rumah tidak ada,” maka janganlah engkau marah. Jangan berburuk sangka bahwa’ia tidak suka menemui kamu. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan jika dikatakan kepadamu : “Kembali (saja)lah,” maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (An-Nuur : 28).
Setiap keluarga yang berdiam di satu numah terkadang masingmasing menempati kamar khusus, maka harus minta izin pula.
Tidak boleh seseorang membuka kamar orang lain, kecuali dengan izin darinya, walaupun orang yang terdekat kepadanya seperti ayah dan ibunya. Dalam hadits: “Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW., apakah aku harus minta izin untuk masuk kekamar ibuku?’ Nabi SAW. menjawab, ‘ya.” Orang itu berkata, ‘aku tinggal bersamanya di rumah.” Nabi SAW. berkata, ‘mintalah izin kepadanya!” orang itu berkata, ‘aku pelayannya. ‘ Maka Rasulullah SAW. berkata, “mintalah izin kepadanya!’ apakah engkau suka melihat ibumu dalam keadaan telanjang? Orang itu menjawab. ‘tidak’. Nabi SAW. berkata, kalau begitu, mintalah izin kepadanya.”
- Termasuk adab berkunjung adalah bila engkau berkunjung pada waktu yang pantas, bukan pada waktu makan atau tidur ataupun kerja agar orang yang dikunjungi tidak merasa keberatan dan tidak membenci kunjunganmu. Hendaklah engkau berkunjung secara wajar. Jangan berkunjung setiap hari atau di hari-hari yang berdekatan agar tuan rumah tidak bosan dengan kedatanganmu. Termasuk adab pula ialah jangan sedikit sekali berkunjung agar tidak menimbulkan kesepian dan pemutusan hubungan.
Dalam hadist: “Berkunjunglah setelah beberapa waktu Ijarangjarang), niscaya engkau menambah rasa cinta.” Jangan berkunjung dalam waktu yang lama terutama jika orang yang dikunjungi itu sibuk atau bersiap untuk keluar atau akan makan, kecuali jika ia memintanya darimu. Jika demikian tidaklah mengapa.
- Hendaklah engkau memakai baju yang bersih, berpenampilan bagus dan duduk di tempat yang pantas. Jangan mendahului orang yang lebih tua umurnya atau kedudukannya daripadamu. Jangan mempermainkan apa yang kau dapatkan di ruang tamu seperti : buku-buku dan surat-surat atau alat-alat atau bunga-bunga atau lainnya. Jangan mengambil sesuatu tanpa izin tuan rumah. Apabila engkau menemukan sepucuk surat, janganlah membacanya karena terdorong oleh rasa ingin tahu.
Dalam hadits: “Barangsiapa membaca surat saudaranya tanpa izinnya seakan-akan ia mengintai ke dalam neraka.”
Jangan meludah di lantai atau permadani, tetapi di tempat ludah atau di tempat yang sesuai. Hendaklah engkau menyertai tuan rumah dalam suka dan dukanya. Jika hendak pulang engkau minta izin darinya. Apabila ia mengizinkan bagimu, lalu datang tamu lain, maka tetaplah duduk sebentar dan jangan bergegas-gegas keluar supaya ia tidak menyangka bahwa engkau berdiri karena dia, dan tidak suka bertemu dengannya. Kecuali bila engkau terburu-buru, maka beritahulah dia tentang alasan berdirimu dan mintalah maaf kepadanya.
- Apabila seseorang mengunjungimu, maka sambutlah dia dengan wajah berseri dan giat sambil berkata, “Ahlan wa sahlan wa marhaban.”” Jabatlah tangannya sedang engkau sangat gembira atas kunjungannya, kemudian dudukkan dia pada tempat yang pantas baginya dan bertanyalah kepadanya tentang kesehatannya dan kesehatan keluarganya, kemudian bicaralah kepadanya dengan lemah lembut dan sopan serta wajah cerah. Layanilah tamumu sendiri. Allah Ta’ala telah memuji Nabi Ibrahim a.s. dengan firman-Nya:
“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan?” (Adz-Dzaariyaat: 24).
Mereka dimuliakan karena Ibrahim sendiri yang melayani mereka dan menyuruh istrinya melayani mereka serta menghidangkan makanan bagi mereka dengan segera. Allah Ta’ala berfirman : “Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang” (Huud : 69).
“Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar)” (Adz-Dzaariyaat : 26).
Dalam hadits : “Datang-utusan Raja Najasyi (Raja Habasyah di Ethiopia) kepada Rasulullah SAW. lalu beliau sendiri yang melayani mereka. Makapara sahabatnya berkata kepadanya, kami mencukupimu. ya Rasulullah. ‘Beliau berkata, ‘jangan.: Mereka dulu memuliakan sahabat-sahabatku, dan aku ingin membalas mereka.”
Imam As-Syafii datang kepada Imam Malik rahimahumallahu. Maka beliau menghidangkan sendiri makanan kepadanya kemudian menuangkan air sendiri atas kedua tangannya dan berkata, “Jangan terkejut atas apa yang anda saksikan.” Melayani tamu adalah wajib.
- Hidangkan kepada tamumu makanan dan minuman yang sesuai dengannya jika ada, tanpa dipaksakan, supaya engkau tidak merasa berat atas kedatangannya. Jangan katakan: maukah aku hidangkan makanan bagimu? akan tetapi suguhkan makanan itu lebih dulu Jika ia suka biarlah ia makan. Kalau tidak suka, maka angkatiah makanan itu. Sahabat Salman Al-Farisi ra berkata, “Rasulullah SAW. menyuruh kita untuk tidak memaksa din bagi tamu dengan menyediakan apa” yang tidak ada pada kita dan menyuruh menyuguhkan apa yang ada.”
Jangan membatasi dalam memuliakan tamumu. Dalam hadits: “Rasulullah SAW. singgahpada seorang laki-laki yang mempunyai banyak unta dan sapi, tetapi tidak menjamunya sebagai tamu dan beliau singgah pada seorang perempuan yang mempunyai beberapa ekor kambing. Kemudian perempuan itu menyembelih kambing untuknya. Maka beliau berkata, “lihatlah kepada kedua orang itu.’ Sesungguhnya akhlak iniada dalam kekuasaan Allah. Maka barangsiapaingin diberi akhlak yang baik, ia pun melakukannya.” Dalam hadits lain: – “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ja menghormati tamunya.” Dalam riwayat lain : “Aku dan Orang-orang yang bertakwa dari umatku tidak suka memaksa diri.”
Penyair berkata :
Kecerahan wajah manusia lebih baik danpada jamuan maka bagaimana dengan orang yang memben jamuan sambil tertawa
9 Disunnahkan agar engkau menggiatkan tamumu untuk makan dan menganjurkannya. Dalam hadits yang panjang dani Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW. menyuruhnya memanggil ahli Shuffah (fakir miskin yang tinggal di masjid Nabi), lalu mereka hadir. Kemudian Nabi SAW. Mengenyangkan mereka semua dan segelas susu. Abu Hurairah mencentakan hadits itu hingga beliau berkata, “Tinggal aku dan kamu.” Aku berkata, “Benarkah anda, ya Rasulullah.” Nabi SAW. berkata, “Duduklah dan minumlah.” Maka akupun duduk dan minum. Kemudian beliau berkata, “Minumlah.” Maka akupun minum. Beliau terus berkata kepadaku,”Minumlah !’, sampai aku berkata, “Jangan, demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran. Aku tidak sanggup lagi meminumnya.” Nabi SAW. berkata, “Berilah aku.” Maka aku pun memberinya gelas. Kemudian beliau memuji Allah dan menyebut basmalah dan meminum sisanya.
- Apabila datang seseorang kepadamu untuk mengunjungimu, maka janganlah bersembunyi darinya dan menyuruh pelayan mengatakan kepadanya bahwa engkau tidak ada di rumah atau sedang tidur. Ini bukanlah termasuk akhlak yang baik. Perbuatan itu haram karena merupakan dusta. Engkau harus menemui tamumu. Jika merasakan kepayahan, maka tahanlah itu. Apabila tamu minta izin kepadamu untuk pulang, janganlah terburu-buru mengizinkannya, tetapi mintalah agar ia bersabar. Kecuali jika ia terus mendesakmu dalam meminta izin. maka izinkanlah ia pulang dan antarkan ia ke pintu rumahmu atau ke jalan sambil menyesalkan ketergesaannya dan berterima kasih atas kunjungannya dan mengharapkan supaya ia sering berkunjung. Dalam hadits : “Termasuk sunnah adalah keluarnya seseorang bersama tamunya menuju pintu rumah.”
One Comment