Kitab Tasauf

Terjemah Akhlak Lil Banin Juz 3

2 ADAB PADA WAKTU DUDUK

Seorang anak bisa diketahui apakah ia beradab atau tidak beradab dengan gerak dan diamnya. Maka apabila engkau duduk, haruslah engkau ikuti nasihat-nasihat ini:

  1. Duduklah dengan gaya yang baik, yaitu tegak dan tenang, tidak membengkokkan kepala atau badan dan tidak mengulurkan kedua kakimu, tidak membunyikan jari-jarimu dan tidak bermain atau mengaitkan sebagian jari-jari dengan sebagian lainnya atau menggunting kuku di depan orang-orang. Apabila engkau duduk di atas kursi, maka janganlah meletakkan betis yang satu di atas betis yang lain dan jangan menggerakkan kedua betismu. Apabila engkau ingin memanggil seseorang, maka janganlah menunjuk kepadanya dengan jarimu atau kepalamu,tetapi panggillah dia dengan suaramu yang pelan supaya tidak mengganggu para hadirin. Engkau tidak boleh bergurau yang tidak pantas atau tertawa tanpa suatu sebab atau terlalu banyak bergurau dan tertawa. Dalam tafsir disebutkan bahwa ketika sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhum banyak bergurau, turunlah firman Allah Ta’ala: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya yang telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” (Al-Hadiid : 16).

Engkau tidak boleh mengeraskan suaramu pada waktu bicara atau mempergunjingkan seseorang atau memakinya ataupun menyiarkan rahasianya. Nabi SAW. bersabda: “Majers-majelis itu harus disertai amanat.” Janganlah engkau berdusta dalam . pembicaraanmu supaya para hadirin tertawa. Dalam hadits: “Celakalah orang yang menceritakan suatu cerita supaya orang-orang tertawa, padahal ia berdusta. Celakalah dia, celakalah dia.”

  1. Hendaklah engkau memperhatikan suasana majelis. Bilamana majelis gembira, ikutlah bergembira bersama orang orang di majelis itu, dan begitu pula sebaliknya. Janganlah engkau tertawa di hadapan orang-orang dalam majelis duka atau engkau bersedih di hadapan orang-orang dalam majelis gembira. Ini tidak sesuai dengan perasaan. Hendaklah engkau melapangkan tempat bagi siapa yang ingin duduk sesuai – dengag firman Allah Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu” (Al Mujadilah: 11).

Berlakulah baik terhadap teman dudukmu. Tersenyumlah engkau kepadanya dan dengarkanlah pembicaraannya, serta jangan mengganggunya.

Engkau hormati setiap orang yang berada di majelis, terutama orang yang lebih tua darimu, maka berdirilah untuk menghormatinya dan majukanlah dia dalam majelis serta mundurlah sedikit darinya. Dalam hadits disebutkan bahwa Nabi SAW. berkata kepada kaum Anshor radhiyallahu ‘anhum: “Berdirilah untuk menghormati pemimpinmu”, yakni Sa’ad bin Mu’adz r.a. Datang seorang tua ingin menemui Nabi SAW. orang-orang berbuat lamban dalam melapangkan tempat baginya. Maka Nabi SAW. bersabda: “Bukanlah termasuk golongan kami barangsiapa yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang tua.”

Apabila engkau masuk dalam suatu majelis, maka berilah salam kepada para hadirin dan jabatlah tangan mereka, serta mulailah dengan orang yang di sebelah kanan. Apabila engkau ingin keluar, berilah salam lagi. Nabi SAW. bersabda: “

Apabila seseorang dari kamu masuk ke dalam majelis, berilah salam. Apabila ia ingin berdiri, berilah salam. Tidaklah salam pertama lebih utama daripada yang terakhir.”

  1. Janganlah engkau menyuruh seseorang berdiri dari tempatnya, karena perbuatan itu haram. Dalam hadits: “janganlah seseorang dari kamu menyuruh orang lain berdiri dari tempat duduknya, kemudian ia duduk di situ, tetapi lapangkanlah tempatmu.”

Apabila seseorang berdiri dari tempatnya, lalu engkau duduk di situ, kemudian ia ingin kembali ke situ, maka janganlah melarangnya. Ia lebih berhak atas tempat duduknya yang . pertama.

Dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu berdiri dari suatu majelis, kemudian ja kembali ke situ, maka Ia lebih berhak atasnya.”

Dan janganlah engkau memisahkan antara dua orang, kecuali dengan izin mereka berdua. Apabila engkau memasuki suatu majelis yang penuh dengan para hadirin, janganlah mengganggu mereka dengan mendesak mereka, kecuali jika engkau temukan tempat yang lapang, maka duduklah di situ. Dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu masuk dalam Suatu majelis, lalu dilapangkan tempat baginya, maka duduklah di situ. Kalau tidak, handaklah ia melihat ke tempat yang terluas baginya.”

Dan janganlah engkau duduk ditengah-tenaah lingkaran majelis. Dalam hadits: “Orang yang duduk di tengah lingkaran majelis itu terkutuk.” Sebabnya ialah karena jika ia duduk di tengahnya, maka ia pun membelakangi sebagian mereka dengan punggungnya sehingga mengganggu mereka, lalu mereka memaki dan melaknatnya.

  1. Berusahalah duduk menurut kemampuanmu dengan menghadap kiblat. Dalam hadits: “Sebaik-baik majelis adalah yang menghadap kiblat” Hendaklah engkau datangi majelis majelis kebaikan yang berfaedah bagimu mengenai un.dan urusan agamamu atau duniamu dan engkau jauhi majelis majelis keburukan atau majelis-majelis omong kosong yang tidak disebut nama Allah di dalamnya. Nabi SAW. bersabda: “Tidaklah suatu kaum berdiri dari suatu majelis tanpa menyebut nama Allah Ta’aladidalamnya melainkan mereka seperti meninggalkan bangkai keledai dan majelis itu menimbulkan penyesalan bagi mereka di hari kiamat.” Hendaklah engkau jauhi majelis-majelis di mana terdapat perbuatan-perbuatan mungkar seperti bermain judi, atau menyediakan khamar (minuman keras). Dalam hadits: “Nabi SAW. melarang duduk menghadapi jamuan di mana orang minum khamar.”

Apabila engkau tidak menemukan teman duduk yang shalih, hendaklah engkau tinggal sendirian, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.:

“Tinggal sendirian lebih baik daripada teman duduk yang jahat dan teman duduk yang shalih lebih baik daripada tinggal sendirian.”

Janganlah engkau masuk suatu majelis rahasia sedangkan engkau tidak diundang agar penghuninya tidak marah kepadamu, karena engkau memata-matai rahasia mereka.

Dalam hadits: “Barangsiapa mendengarkan pembicaraan suatu kaum sedang mereka tidak menyukainya, dituangkan ke dalam kedua telinganya timah panas pada hari kiamat.”

  1. Hendaklah engkau duduk di-tempat yang terdekat . darimu dan jangan memaksakan duduk di tengah-tengah majelis. Nabi SAW. tidak dikenali tempat duduknya di antara para sahabatnya, karena beliau duduk di mana majelis itu berakhir dan begitu pula cara sahabat-sahabatnya duduk. Apabila engkau duduk dalam suatu masjid, berniatlah melakukan iktikaf untuk memperoleh pahala, dan amalkan adab di dalamnya. Janganlah engkau bermain atau berteriak atau mengganggu seseorang yang sedang shalat. Sibukkan dirimu dengan membaca Al-Qur’a atau berdzikirlah atau ucapkan shalawat Nabi SAW.

Janganlah engkau berbicara tentang urusan-urusan duniawi di situ, lebih-lebih pula tentang hal-hal yang diharamkan.

Dalam hadits: “Akan terjadi di akhir zaman suatu kaum yang pembicaraan mereka di masjid-masjid mereka, Allah tidak butuh pada mereka.” Dalam hadits lain: “Pembicaraan di dalam masjid memakan pahala amal kebaikan seperti hewan memakan rumput.”

Janganlah engkau melangkahi pundak orang-orang, kecewa ‘ bila engkau dapati tempat kosong di baris depan.

Dalam hadits: “Barangsiapa melangkahi pundak orang-orang pada hari Jum’at, ia telah membuat jembatan ke Jahannam.”

Para ulama berkata, “Sesungguhnya pengharaman melangkahi pundak bersifat umum dalam seluruh majelis, karena hal Itu mengganggu orang-orang yang duduk dan merendahkan mereka.”

  1. Hindarilah kebiasaan-kebiasaan buruk pada waktu engkau duduk. Janganlah memasukkan jarimu ke dalam telingamu atau hidung ataupun mulutmu. Jangan mengeluarkan sisa makanan di antara gigi-gigimu, jangan: membuang ingus dengan tanganmu, tetapi dengan sapu tangan yang bersih dengan menyembunyikannya serta tidak mengeraskan suara. Apabila engkau batuk, letakkan sapu tanganmu pada mulutmu agar ludahmu tidak bertebaran. Apabila engkau ingin menguap, cegahlah menurut kemampuanmu dengan meletakkan tanganmu yang kiri di atas mulutmu atau menutup kedua bibirmu.

Bila engkau tidak berdaya, tutuplah mulutmu dengan belakang telapak tanganmu yang kiri dan jangan menimbulkan suara.

Nabi SAW. bersabda: “Apabila seseorang dari kamu menguap, maka hendaklah ia meletakkan tangannya diatas mulutnya, karena syaitan masuk pada waktu ia menguap.”

Dalam hadits lain: “Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Maka apabila seseorang dari kamu menguap, hendaklah ia mencegahnya sedapat mungkin dan jangan mengucapkan, “Hah, hah”, karena ucapan itu berasal dari syaitan yang menertawainya.”

.Para ulama berkata, “Karena bersin menunjukkan kegesitan dan kegiatan badan, sedangkan menguap itu biasanya menunjukkan badan yang berat dan perut penuh sehingga menimbulkan kemalasan. Nabi SAW. mengaitkannya dengan syaitan, karena ia menyenangkan syaitan.”

  1. Apabila engkau bersendawa (mengeluarkan bunyi dan udara dari kerongkongan sehabis makan kenyang) atau bersin, letakkan tanganmu atau sapu tanganmu di atas mulutmu agar supaya ludahmu tidak bertebaran atau mengganggu seseorang dengan sendawamu dan jangan mengeraskan suaramu.

Dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu besendawa atau bersin, maka janganlah mengeraskan suaranya, karena syaitan suka suara yang keras dari keduanya.”

Apabila engkau bersin, maka pujilah Allah.

Dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu bersin, maka ucapkanlah, “Alhamdulillah” dan hendaklah saudaranya atau temannya mengucapkan, “Yarhamukallahu” (semoga Allah merahmatimu).”

Dan apabila ia berkata kepadanya, “Yarhamukallahu’”, maka hendakiah ia mengucapkan, “Yahdiikumullahu wa yushlihu baalakum” (Semoga Allah memberi petunjuk bagimu dan membaikkan hatimu).

Apabila anak yang belum baligh bersin di dekatmu, lalu ia mengucapkan, “Alhamdu lillahirobbil’aalamiin” ( Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam), maka ucapkanlah, “Baarokallahu fiika, ya ghulaam” (Semoga Allah memberkatimu, hai anak). Demikianlah yang tersebut dalam salah satu hadits.

  1. Janganlah kamu duduk di jalanan. Nabi SAW. telah melarang kita melakukannya. Bilamana kita terpaksa duduk di situ, maka berilah jalanan itu haknya, yaitu sebagaimana dalam hadits: “Menjaga pandangan (dari yang terlarang), menyingkirkan gangguan, menjawab salam, menyuruh berbuat kebajikan dan melarang berbuat kemungkaran.” Apabila engkau bangun dari tempat dudukmu, bacalah do’a yang dinwayatkan dari Nabi SAW., yaitu : “Subhanaaka Allahumma wa bihamdika Asyhadu an laa ilaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika” (Maha suci Engkau, ya Allah, dan segala puji bagiMu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepadaMu). Barangsiapa mengucapkan itu, diampunilah dosanya apa yang terdapat di majelis itu.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14Laman berikutnya
Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker