
7. ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT
- Dianjurkan bagimu untuk menjenguk orang sakit, terutama bila ia temmasuk kerabat atau tetangga-tetanggamu atau Guru-gurumu atau teman-temanmu. Apabila engkau mendengar sakitnya salah seorang dari mereka, maka segeralah menjenguknya untuk mengetahui bagaimana keadaannya dan memasukkan kegembiraan di dalam hatinya serta mendo’akannya agar sehat. Dalam hadits: “Hak orang muslim atas orang muslim ada lima : menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang bersin.” Dalam hadits lain: “Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim lainnya pada waktu pagi, melainkan ia di do’akan oleh 70.000 malaikat sampai sore. Jika ia menjenguknya di waktu sore, maka ia di doakan oleh 70.000 malaikat sampai pagi dan ia mendapatkan buah di surga.”
Sebelum engkau menjenguk orang sakit, engkau harus bertanya lebih dulu : apakah ia bisa menerima tamunya atau tdak? supaya tidak memberatkannya. Bilamana ia bisa menenma, maka datanglah segera untuk menjenguknya. Adapun jika ia tidak mampu atau penyakitnya menular, maka cukuplah engkau memberi salam kepadanya dan mendo’akannya supaya sehat dan tanyakan kepada keluarganya tentang kesehatannya.
- Termasuk adab menjenguk, ialah engkau ringankan duduk bersama orang sakit agar ia tidak payah atau merasa berat menerima kamu. Kecuali bila ia terhibur dengan keberadaanmu, maka tidaklah mengapa kalau begitu. Dari sahabat Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Termasuk sunnah adalah meringankan duduk dan tidak bersuara keras pada waktu menjenguk orang sakit.”
Dalam hadits : “Menjenguk orang sakititu selama waktu memerah susu unta.” Seorang ulama sufi bemama Sanyyu . As-Sagathiy rahimalullah berkata, “Aku sakit di kota Turshus. Datang menjengukku. sekelompok orang yang duduk lama hingga mereka membuat aku jemu. Kemudian mereka meminta doa dan aku. Maka kuangkat tanganku dan. aku berkata : “Ya Allah, ajanlah kami bagaimana cara menjenguk orang sakit.” |
Termasuk adab pula adalah engkau bertanya kepadanya tentang keadaannya dengan perkataan. Singkat, jika jawabnya tidak memberatkan baginya. Kalau tidak, cukuplah dengan menanyai orang yang merawatnya. Hendaklah pertanyaanmu dengan suara yang sedang karena suara yang sangat pelan terkadang menimbulkan rasa takut di daiam hatinya, sedangkan suara yang keras barangkali membuatnya gelisah dan menambah penyakitnya. Letakkan tanganmu diatas dahinya atau tangannya. Dalam hadits : Kesempurnaan menjenguk orang sakit adalah bila seseorang dari kamu meletakkan tangannya di atas dahinya atau tangannya, lalu bertanya kepadanya, bagaimana dia ? dalam suatu riwayat: bagaimana keadaanmu ? Dan ornag sakit menjawab : Saya dalam keadaan baik, Alhamdulillah.” Apabila engkau melihat perubahan pada warnanya atau kelemahan pada badannya, jangan tunjukkan keprihatinanmu atas hal itu supaya ia tidak merasa takut atau terkejut sehingga semakin parah penyakitnya. Akan tetapi besarkan hatinya dan doakan dia supaya sehat dan panjang umur. Dalam hadits : “Apabila kamu menjenguk orang sakit, maka berilah dia harapan panjang umur, karena hal itu menolak sesuatu dan akan menghibur hatinya.” Hal itu dilakukan dengan mengucapkan seperti dalam hadits lain: tidak mengapa, suci dari dosa insya’ Allah.
- Janganlah engkau menyebut sesuatu yang mengganggu dan mengecewakannya seperti menceritakan rasa sakit dari penyakit dan kesulitan menggunakan obat-obatan atau mengatakan kepadanya: dulu si Fulan sakit seperti penyakitmu ini, lalu mati. Karena perkataan itu menyusahkannya dan merusak pikirannya serta menambah penyakitnya. Apabila orang yang sakit mengeluh kepadamu, maka janganlah membentaknya dan memarahinya, tetapi dengarkan keluhannya dan ringankan penderitaannya dengan katakata yang lembut seperti mengatakan kepadanya: engkau tidak apa-apa, penyakitmu ringan, sebagian orang-orang penyakit mereka lebih parah daripada penyakitmu, namun Allah menyegerakan kesembuhan bagi mereka. Apabila engkau melihatnya mengabaikan nasihat-nasihat dokter, janganlah engkau menegurnya dengan keras, tetapi ingatkanlah dia dengan lemah lembut dan doronglah dia untuk mengikuti nasihat-nasihat dan menggunakan obat. Apabila ia tidak mau makan yakinkanlah dia dengan pelan supaya ia memakannya dan jangan memaksa dia melakukannya. Dalam hadits: “Janganlah memaksa orang-orang sakit di antara kamu agar makan dan minum, karena Allah memberi mereka makan dan minum.”
- Disunnahkan untuk membangkitkan selera makannya. Dalam hadits : “Bahwa Rasulullah SAW. menjenguk seorang laki-laki Anshor, lalu beliau berkata, ‘Apa yang engkau Sukai?’ Orang itu menjawab, ‘Aku suka roti gandum.” Kemudian berdirilah seorang laki-laki, lalu pergi dan datang membawa sepotong roti. Maka Nabi SAW. memberikan roti itu kepadanya. Kemudian beliau bersabda: Apabila seorang yang Sakit di antara kamu menyukai sesuatu, hendaklah ia memberinya makanan itu.” Disunnahkan pula agar engkau mendo’akannya dengan do’a yang berasal dari Nabi SAW.. “Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung. Pemilik Arasy yang agung agar dia menyembuhkan kamu.” Dalam hadits : “Barangsiapa menjenguk orang sakit yang belum datang ajalnya, lalu mengucapkan doa yang tersebut tadi di hadapannya tujuh kali, maka Allah menyembuhkannya dari penyakit itu.”
Disunnahkan pula bagimu untuk meminta doa darinya berdasarkan hadits : “Jenguklah orang yang sakit dan surutlah mereka mendoakan kamu, karena doa orang sakit itu mustajab dan dosanya diampuni.”
- Termasuk adab orang sakit adalah bersabar atas penyakitnya. Maka ia tidak boleh gelisah/cemas dan tidak boleh banyak mengeluh, tetapi ridha dengan penyakit yang ditakdirkan Allah baginya agar mendapat pahala yang banyak.
Disebutkan dalam hadits: “Tidaklah orang mukmin ditimpa kepayahan dan penyakit, kesusahan dan kesedihan, gangguan dan kemelut, sekalipm duri yang mengenainya, melainkan Allah menghapus dosa-dosanya dengan semua itu.”
Hendaklah ia berdo’a kepada Allah agar dirinya sembuh sebagaimana dalam hadits : “Seorang laki-laki mengeluh badannya sakit kepada Nabi SAW. maka Rasulullah SAW. berkata kepadanya, letakkan tanganmu di bagian tubuhmu yang sakit dan ucapkanlah Bismillah (tiga kali), dan kernudian ucapkan (tujuh kali) : aku berlindung dengan keperkasaan Akah dan kekuasaan-Nya dari kejahatan apa yang aku rasakan dan aku takuti.”
- Hendaklah ia menggunakan obat yang berfaedah bagi kesehatannya. Dalam hadits : “Berobatlah kamu sekalian karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia menurunkan obat baginya.”
Hendaklah ia meyakini bahwa kesembuhan itu dari Allah, bukan dari obat. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam menceritakan tentang nabi-Nya Ibrahim a.s. : “Dan apabila aku sakit, maka Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku” (Asysyu’ara : 80).
Hendaklah ia sangat waspada dari meninggalkan shalat pada waktu ia sakit atau menundanya sesudah waktunya Ia harus melakukan shalat menurut kemampuannya sebagaimana sabda Nabi SAW. kepada Sayyidina Imran bin Hushan ra yang menderita penyakit bawasir (= penyakit di dubur) : “Shalatlah Sambil berdiri. Kalau engkau tidak sanggup, maka sambil duduk. Jika engkau tidak sanggup, maka diatas sisi tubuhmu. Jika engkautidak sanggup, maka sambil berbaring. Allah tidak memaksa seseorang, melainkan menurut kemampuannya.”
Orang sakit boleh menggabung antara shalat Zhuhur dan Ashar, baik tagdim atau ta’khir, begitu pula antara Maghnb dan Isya’ apabila penyakit itu dirasakan pada waktu ihram dalam kedua waktu itu dan ketika mengucap salam dani salam pertama dan antara keduanya. Jika ia tidak mampu berwudhu, biarlah orang lan membantunya berwudhu. Jika tidak ada yang membantunya, hendaklah ia bertayamum hendaklah ia menjaga dinnya sungguh-sungguh dari najis, oleh karena masalahnya sangat keras, dan jangan menggampangkannya sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang-orang yang sakit. Hendakiah ia tidak meninggalkan puasa Ramadhan bia mampu. Kalau tidak mampu, hendaklah ia segera menggodhonya (menggantinya) jika sudah sembuh.
- Apabila ia sudah sembuh, hendaklah ia banyak berSyukur kepada Allah atas kesembuhannya dan selalu mohon dari-Nya panjang umur dalam menaati-Nya disertai karunia dan keselamatan. Dalam hadits : “Mohonlah kepada Allah pengampunan dan kesehatan, karena tidak seorang pun yang diberi setelah keyakinan lebih baik dari sehat wal afiat”
Dalam hadits lan: “Sebaik-baik kamu ialah yang paling panjang umurnya di antara kamu dan paling baik amalnya.”
Hendaklah ia mengngat kebaikan orang-orang yang melayaninya dan menjenguknya pada waktu sakitnya serta berterima kasih kepada mereka dan mengunjungi mereka di rumah-rumah mereka sedapat mungkin. Dalam hadits : “Barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia, ia pm tidak bersyukur kepada Allah.”
Hendaklah ia menepati janjinya kepada Allah pada waktu sakitnya untuk bertaubat dan melakukan amal-amal shalih.
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW. menjenguk Khawwaat bin Jubair r.a. pada waktu sakitnya, lalu berkata kepadanya : “Apakah tubuhmu sudah sehat, ya Khawwaat?” Aku menjawab : “Dan tubuhmu, ya Rasulullah.” Beliau berkata : “Tepatilah apa yang engkau janjikan kepada Allah.” Aku berkata : “Aku tidak menjanjikan apa-apa kepada Allah azza .wa jalla (Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung). Nabi SAW. berkata: “Benar. Sesunggunya tidaklah seorang hamba menderita sakit, melainkan Allah azza wa jalla menimbulkan kebaikan. Maka tepatilah apa yang engkau janjikan kepada : Allah.”
One Comment