Terjemahan Kitab Kuning | Terjemah Kitab Jawahirul Bukhari Karya Syeikh Mustafa Imarah
- KEUTAMAAN AHLIL HADITS
- Kitab Permulaan Turun Wahyu
- Kitab Iman
- 2. KETAKWAAN, PETUNJUK, RUKUN-RUKUN ISLAM DAN MASALAH-MASALAH AGAMA
- 3. MUSLIM SEMPURNA, CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH
- 4. MEMBERI MAKANAN TERMASUK PENGAMALAN ISLAM
- 5. CINTA RASULULLAH SAW TERMASUK IMAN
- 6. KEMANISAN IMAN
- 7. PEMBAI’ATAN NABI SAW TERHADAP PARA SAHABATNYA
- 8. MENYEBARKAN SALAM TERMASUK PENGAMALAN ISLAM
- 9. MAKSIAT DARI PERBUATAN JAHILIYAH DAN PELAKUNYA TIDAK DIHUKUMI KAFIR, KECUALI DENGAN SYIRIK
- 10. PENGAMALAN ISLAM YANG BAIK OLEH MANUSIA
- 11. KETAKUTAN ORANG MUKMIN AKAN KEGAGALAN AMALNYA SEDANG IA TIDAK MERASA
- 12. PERTANYAAN JIBRIL KEPADA NABI SAW TENTANG IMAN, ISLAM DAN IHSAN
- 13. KEUTAMAAN ORANG YANG MEMBERSIHKAN AGAMANYA
- 14. AGAMA ADALAH NASIHAT
- Kitab Ilmu
- 15 ORANG YANG DITANYAI ILMU KETIKA IA SIBUK BICARA
- 16. MENGAJAR ILMU DENGAN SUARA KERAS
- 17. TENTANG ILMU DAN FIRMAN ALLAH TA’ALA
- 18. ILMU SEBELUM PERKATAAN DAN AMAL
- 19. PENENTUAN WAKTU-WAKTU OLEH NABI SAW UNTUK MENASEHATI DAN MENGAJAR PARA SAHABATNYA
- 20. RASA IRI DALAM MENDAPATKAN ILMU DAN HIKMAH
- 21. KEUTAMAAN ORANG YANG BERILMU DAN MENGAJAR
- 22. PENGANGKATAN ILMU DAN MUNCULNYA KEBODOHAN
- 23. MENGULANGI PEMBICARAAN TIGA KALI
- 24. MENJAWAB FATWA
- 25. SERUAN NABI SAW KEPADA DELEGASI ABDUL QAIS AGAR MENJAGA IMAN, ILMU DAN MENGABARI ORANG-ORANG DI BELAKANG MEREKA
- 26. DOSA ORANG YANG BERDUSTA TERHADAP NABI SAW
- 27. MENGKHUSUSKAN SUATU KAUM DENGAN ILMU KARENA KHAWATIR MEREKA TIDAK MENGERTI
- 28. RASA MALU UNTUK BELAJAR ILMU DAN MENGAJARKANNYA
- Kitab Wudhu
- 29. SHALAT TIDAK DITERIMA BILA TANPA BERSUCI
- 30. KEUTAMAAN BERWUDHU & ORANG-ORANG YANG MUKA & ANGGOTANYA PUTIH BERSERI-SERI KARENA BEKAS WUDHU
- 31 TIDAK PERLU BERWUDHU KARENA RAGU HINGGA IA MERASA YAKIN
- 32 TIDAK MENGHADAP KIBLAT DI WAKTU KENCING DAN BUANG AIR BESAR, KECUALI DI DALAM BANGUNAN
- 33 LARANGAN BERISTINJA’ (CEBOK) DENGAN TANGAN KANAN
- 34 BERWUDHU TIGA KALI TIGA KALI
- 35 MENGELUARKAN AIR DARI HIDUNG
- 36 MEMULAI DENGAN YANG KANAN DI WAKTU BERWUDHU DAN MANDI
- 37 TENTANG MINUMNYA ANJING DI DALAM BEJANA
- 38 KEUTAMAAN TINGGAL DI MASJID
- 39 BERWUDHU DARI BEJANA
- 40 MENGGUNAKAN BATU DALAM BILANGAN GANJIL KETIKA BERISTINJA
- 41 BERWUDHU SETELAH TIDUR
- 42 TERMASUK DOSA BESAR ADALAH BILA SESEORANG TIDAK MENJAGA ANGGOTA BADAN DARI KENCINGNYA
- 43 SIWAK
- 44 KEUTAMAAN ORANG YANG TIDUR DALAM KEADAAN BERWUDHU
- KITAB MANDI
- 1 BERWUDHU SEBELUM MANDI
- 2 ORANG YANG MANDI SAMBIL TELANJANG
- 3 ORANG YANG DALAM KEADAAN JANABAH HENDAKNYA BERWUDHU KETIKA AKAN TIDUR
- 4 APABILA DUA ANGGOTA KHITAN BERTEMU
- KITAB HAIDH
- 1 WANITA HAID MEMBASUH KEPALA SUAMINYA DAN MENYISIRNYA
- 2 LELAKI MEMBACA AL-QUR AN SAMBIL BERSANDAR DI PANGKUAN WANITA YANG HAID
- 3 MENINGGALKAN PUASA BAGI WANITA YANG HAIDH
- 4 WANGI-WANGIAN UNTUK WANITA KETIKA MANDI SETELAH HAID
- 5 DAGING YANG SEMPURNA CIPTAANNYA DAN TIDAK SEMPURNA
- 6 KEUTAMAAN MENGHADAP KIBLAT
- 7 MERAPIKAN SHAF-SHAF
- 8 BUMI DIJADIKAN TEMPAT SHALAT BAGIKU
- KITAB SHALAT
- 1 KEWAJIBAN SHALAT DENGAN MEMAKAI BAJU
- 2 DOSA ORANG YANG LEWAT DI DEPAN MUSHALLI (ORANG YANG SEDANG SHALAT)
- 3 BERHADATS DI DALAM MASJID
- 4 ORANG YANG DUDUK DI TEMPAT TERAKHIR DARI SUATU MAJLIS
- 5 SALING MENOLONG DI ANTARA KAUM MUKMININ
- 6 ORANG YANG SEDANG SHALAT MENCEGAH ORANG YANG LEWAT DI DEPANNYA
- 7 KEUTAMAAN SHALAT PADA WAKTUNYA
- 8 SHALAT LIMA WAKTU ADALAH TEBUSAN
- 9 DOSA ORANG YANG KETINGGALAN SHALAT ASHAR
- 10 KEUTAMAAN SHALAT ASHAR
- 11 ADZAN SESUDAH HILANGNYA WAKTU
- 12 KEWAJIBAN SHALAT JAMA’AH
- 13 KEUTAMAAN SHALAT JAMA’AH
- 14 KEUTAMAAN PERGI DI AWAL WAKTU UNTUK MENGERJAKAN SHALAT DHUHUR, MEMELIHARA SHALAT ISYA’ DAN FAJAR
- 15 KEUTAMAAN MASJID -MASJID DAN TUJUH ORANG YANG DINAUNGI ALLAH
- 16 APABILA MAKANAN TELAH HADIR
- 17 APABILA IMAM DIPANGGIL UNTUK MENUNAIKAN SHALAT DI SAAT IA MEMEGANG MAKANAN
- 19 PERGI MENUJU SHALAT
- 20 SIAPA YANG TERGANGGU OLEH SESUATU DALAM SHALATNYA
- 21 WANITA SENDIRIAN BERADA DALAM SATU SHAF
- 22 KEUTAMAAN ORANG-ORANG YANG LEMAH
- 23 ORANG YANG MENGANGKAT KEPALANYA SEBELUM IMAM
- 24 HAMBA SAHAYA MENJADI IMAM
- 25 MERINGANKAN SHALAT OLEH IMAM
- 26 BERDIRI TEGAK DALAM SHALAT
- 27 PERKATAAN YANG DIUCAPKAN SESUDAH TAKBIR
- 28 MEMANDANG KE LANGIT (KE ATAS)
- 29 MENOLEH DALAM SHALAT
- 30 UCAPAN “AMIN” IMAM DENGAN SUARA KERAS DAN KEUTAMAANNYA
- 31 KEUTAMAAN SUJUD
- 32 MENGUCAPKAN TASBIH DAN BERDOA DI DALAM SUJUD
- 33 DZIKIR SETELAH SHALAT
KEUTAMAAN AHLIL HADITS
Aku memohon dari Al-Maula Yang Maha Agung pertolongan dan penjelasan dan memohon dari-Nya taufik dan ridha dan menjadikan amalku ini murni untuk wajah- Nya yang Maha Pemurah.
Dan aku memohon agar Allah menambahi kami dari ilmu-Nya dan membantu kami untuk menaati-Nya dan menyiarkan hadits Rasulullah SAW, karena itu adalah sebagian besar tujuanku. Maha Suci Allah, Dialah yang kami andalkan dan kepada- Nya kami bersandar.
Diriwayatkan dari ibnu Mas’ud r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Semoga Allah membaguskan wajah orang yang mendengar perkataanku, lalu menghafal dan memahaminya, serta menyampaikannya (kepada orang lain). Ada kalanya orang yang memahami figih menyampaikannya kepada orang yang lebih fagih daripada dia.”
Maknanya ialah Allah Ta’ala mengkhususkannya dengan keindahan dan kegembiraan, karena ia berusaha dalam menampakkan keindahan ilmu dan memperbarui sunnah.
Maka Rasulullah SAW membalasnya dalam doanya untuk orang itu dengan balasan yang sesuai dengan keadaannya dalam memperlakukannya.
Di samping itu, siapa yang hafal hadits yang didengarnya dan menyampaikannya seperti yang didengarnya tanpa mengubahnya, seakan-akan ia menjadikan makna hadits itu baru dan segar.
Kata “figih” disebut secara khusus, bukan ilmu, untuk memberitahukan bahwa orang yang memahami figih itu tidak kosong dari ilmu.
Dari ibnu Abbas r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Ya Allah, rahmatilah para khalifahku. Kami berkata: Ya Rasulallah, siapakah para khalifahmu itu? Rasulullah SAW menjawab: Orang-orang yang meriwayatkan hadits- haditsku dan mengajarkannya kepada orang-orang.” Hadits riwayat Thabarani
Tiada keraguan bahwa menyampaikan sunnah-sunnah kepada kaum muslimin sebagai nasihat bagi mereka termasuk tugas para nabi shalawat dan salam Allah atas mereka semuanya. Maka siapa yang melakukan itu adalah khalifah bagi nabi yang dia sampaikan haditsnya.
Sebagaimana tidak patut bagi para nabi alaihimus salam untuk mengabaikan musuh- musuh mereka dan tidak menasihati mereka, demikian pula tidak baik bagi pencari hadits dan perawi sunnah untuk memberikannya kepada temannya dan mencegahnya dari musuhnya.
Orang yang alim tentang sunnah harus menjadikan keinginannya yang terbesar menyiarkan hadits Nabi SAW yang menyuruh menyebarkan hadits darinya.
Beliau bersabda: “Sampaikan hadits dariku, walaupun satu ayat.” Hadits ini riwayat
Bukhari.
Al-Madhari berkata: Yakni sampaikan hadits-hadits dariku, walaupun sedikit.
Al-Baidhawi rahimahullah berkata: Sesungguhnya Nabi SAW hanya mengatakan: “Walaupun satu ayat dan bukan walaupun satu hadits”. karena perintah menyampaikan hadits bisa dipahami darinya dengan yang lebih utama.
Karena meskipun ayat-ayat itu tersebar dan banyak penghafalnya, Allah Ta’ala menjamin penjagaan dan perlindungannya dari kehilangan dan penyelewengan.
Inilah yang mendorong orang yang menukil hadits-hadits ini untuk mencetaknya dan menyebarkannya di berbagai negeri demi mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan melayani agama dan kaum muslimin dan mencintai rasul termulia
Shallallahu alaihi wa sallam dan menambahkannya dengan 2000 hadits dari Sahih Muslim.
Imam dari para imam, Malik rahimahullahu Ta’ala berkata: Telah sampai padaku bahwa para ulama akan ditanya pada hari kiamat tentang penyampaian ilmu mereka sebagaimana para nabi alaihimus sholatu was salam akan ditanya.
Sufyan Ats-Isauri berkata: Aku tidak tahu ilmu yang lebih utama daripada ilmu hadits bagi siapa yang menginginkan ridha Allah.
Orang-orang membutuhkannya hingga mengenai makanan dan minuman mereka dan ia lebih utama daripada shalat sunnah dan puasa sunnah, karena hukumnya fardhu kifayah.
Dalam hadits Usamah bin Zaid r.a. dari Nabi SAW disebutkan bahwa beliau bersabda:
“Ilmu ini dibawa oleh orang-orang yang adil dari setiap generasi. Mereka singkirkan darinya penyelewengan orang-orang yang melampaui batas dan pemalsuan orang- orang yang berbuat batil dan penakwilan orang-orang yang bodoh.”
Hadits ini diriwayatkan sejumlah sahabat Nabi SAW radhiyallahu anhum.
An-Nawawi rahimahullah berkata dalam At-Tahdzib: Ini adalah pemberitahuan dari
Nabi SAW tentang perlindungan dan penjagaan atas ilmu dan keadilan para rawinya.
Dan Allah Ta’ala mengadakan dalam setiap masa generasi dari orang-orang adil yang membawanya dan menyingkirkan penyelewengan darinya sehingga tidak hilang.
Ini adalah penegasan tentang keadilan para rawinya dalam setiap masa. Demikianlah yang terjadi dan segala puji bagi Allah dan itu termasuk tanda-tanda kenabian.
Tidaklah membahayakan bahwa sebagian orang fasik mengetahui ilmu hadits, karena hadits itu hanya memberitahu bahwa orang-orang adil meriwayatkannya, bukannya tidak ada orang lain yang tidak mengetahui ilmu itu.
Di samping itu, ilmu yang diketahui orang fasik bukanlah ilmu yang sebenarnya, karena mereka tidak mengamalkannya.
Al-Imam Asy-Syafi’i radhiyallahu anhu telah mengisyaratkan kepada hal itu dalam perkataannya: Tidak ada ilmu kecuali dengan ketakwaan, dan tidak ada akal, kecuali disertai adab.
Ibnul Qaththan berkata: “Tidak ada di dunia pembuat bid’ah, melainkan ia membenci ahli hadits.”
Termasuk kemuliaan ahli hadits ialah yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku di antara orang-orang pada hari
kiamat adalah yang paling banyak membaca shalawat untukku.”
Ibnu Hibban berkata dalam kitab Shahihnya: Dalam hadits ini terdapat penjelasan yang benar, karena tidak ada kaum dari umat ini yang lebih banyak membaca shalawat untuknya daripada mereka (ahlil hadits).
Abul Yaman ibnu Asakir berkata: Berbahagialah ahlil hadits. Allah Ta’ala memperbanyak kabar gembira ini. Allah Ta’ala telah menyempurnakan nikmat-Nya atas mereka dengan keutamaan terbesar ini. Mereka adalah orang-orang yang paling dekat dengan nabi mereka Muhammad SAW dan yang terdekat di antara mereka insya Allah Ta’ala untuk menjadi perantara pada hari kiamat kepada Rasulullah SAW. Karena mereka mengabadikan namanya di kitab-kitab mereka dan memperbarui shalawat dan salam untuknya dalam sebagian besar waktu di majelis-majelis pengkajian mereka dan penyampaian hadits serta pelajaran-pelajaran mereka. Mereka ini insyaAllah golongan yang selamat.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita dari golongan mereka dan membangkitkan kita dalam kelompok mereka dan memberi kita taufik untuk
menempuh jalan yang tepat dan benar serta memberi perbaikan dan kebahagiaan kepada kita.
Semoga Allah menerima amalku dan memberinya pertolongan. Semoga Allah meridhai Al-Imam Bukhari dan Asy-Syeikh Al-Qasthallani. Keduanya adalah sumber amalku dan kebaikan dari kitabku.
“Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam.” Ash-Shaaffaat: 180-182
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. Yunus: 57-58
One Comment